Ana memandang dirinya didepan cermin, cerminan dirinya dengan balutan gaun pernikahan. Ya untuk kali ini Ana mencoba percaya pada Abangnya.. Dirinya mencoba mengikuti ide yang difikir Ana adalah ide gila.. Tapi Ana tetap mencobanya.
"kamu lumayan cantik An dengan gaun itu". Komentar Tiara yang memang sejak tadi memang menemani Ana. "entah karena gaun yang dipilih Ryan yang harganya kelewat mahal itu yang membuatmu cantik, atau memang kamu lumayan cantik karena jarang memakai gaun". Cibir Tiara penuh ejekan.
Ana mendengus, "aku memang lebih cantik dari lahir, kalau tidak mana mungkin Ryan mau menikahiku." terselip nada bangga dari kalimatnya.
"ya, anak mama memang cantik, dan pantas mendapatkan Ryan yang tampan dan baik". Sahut Mirra dari ambang pintu.
Kedua anak gadisnya menoleh secara bersamaan, "mom!!!!" pekik keduannya, tapi Tiara lebih dulu berhambur kepelukan ibunya dengan manja.
Ana yang melihat itu, hanya bisa mencebik 'dasar manja'. Gumamnya.
"aku mendengarmu An!". Teriak Tiara marah.
"sudah sudah, kalian ini tidak ada hari tanpa bertengkar, Tiara... Sana lihat Ayahmu.. Bantu dorong kursi rodanya sana... Mama mau ngomong sama Ana". Lerai Mirra pada kedua putrinya.
"siap laksanakan ibu suri". Tiara memberikan hormat layaknya seorang prajurit... Sebelum berlari keluar kamar... Gaun dengan bawahan mengembang berwarna tosca yang dipakainya.. Ikut berayun seiring gerakan gadis kecil itu.
Sepeninggalan Tiara, Mirra mendudukkan dirinya ditempat tidur... Lalu menepuk sisi lain disampingnya meminta Ana untuk ikut duduk.
"apa kau bahagia?". Pertanyaan itu terlontar dari Mirra tepat saat Ana baru saja mendaratkan bokongnya diatas tempat tidur.
"apa mama bahagia?"
"mama bahagia jika anak-anak mama bahagia".
"kalau begitu Ana bahagia untuk mama". Sergah Ana cepat.
Mirra terdengar menghela nafas, lalu meraih tangan Ana lembut.. "apapun yang kamu dan Ryan rencanakan, itu akan menjadi resiko kalian berdua".
Tubuh Ana mendadak menegang._tertangkap basah bahkan sebelum berperang.
,"mama tidak bisa membela salah satu diantara kalian kalau terjadi sesuatu dikemudian hari, karena kamu dan Ryan adalah anak mama". Tutur Mirra sebelum beranjak pergi.. Sesampainya diambang Pintu Mirra menoleh lagi pada Ana, "mama terlalu mengenalmu An... Juga Ryan... Mama sangat mengenal kalian berdua". Imbuhnya sebelum menutup pintu dengan perlahan.
Ana terpaku dan terpekur menatap pintu yang baru saja ditutup oleh mamanya., benar dirinya sudah tertangkap basah oleh mamanya sendiri.
Dirinya melupakan fakta bahwa Mirra adalah mamanya, wanita yang melahirkannya... Wanita baya itu tentu bisa merasakan keanehan yang terjadi pada dirinya ketika dengan mudah menerima pernikahannya dengan Ryan.. Padahal sebelum ini.. Ana amat getol tidak ingin menikah dengan Abangnya itu.🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Sementara diruangan lain, Ryan tengah sibuk memakai dasinya... Disisi tempat tidur ada sang ayah yang duduk tenang melihat putranya yang terlihat berbinar terang penuh kebahagiaan.
"ayah senang melihatmu tersenyum".
Ryan mengerutkan keningnya, "apa ayah tidak pernah melihatku tersenyum?".
Ryhan menggeleng sambil terkekeh, pria dengan rambut yang sudah ditumbuhi beberapa uban itu.. Memandang putranya sambil terkekeh. "ayah tau kamu mencintai Ana sejak lama".
KAMU SEDANG MEMBACA
Adult short stories
Romancehanya cerita pendek ber genre dewasa 21++ Ini cerita dewasa ya!!!!! Ingat DE_WA_SA, jadi mohon pengertiannya buat siapa saja yang masih adek-adek.. Untuk ⛔ stop jangan baca... Please.. Saya nggak mau punya masalah sama siapapun.i7