Aku mendesah lega ketika melihatnya mengangguk dengan malu-malu. Benar apa kata mama. Kami memang perlu bicara terbuka.
Wanita memang kadang rumit, tidak perlu sinis atau berubah dingin. Cukup bilang ia cemburu dan masalah selesai.
Tapi Anastasya sepertinya adalah tipe wanita pemalu, jadi seperti kata mama lagi. Aku yang harus memulainya.
"aku bertanya padamu Anastasya. Apa kau juga mencintaiku?"
Dia lagi-lagi mengangguk, tak mengucapkan sepatu katapun sedari aku masuk kamar ini.
"aku butuh mendengar suaramu sayang. Bukan anggukanmu," aku terkekeh ketika melihat telinganya juga memerah sewarna dengan pipinya.
Dia benar-benar pemalu.
"iya Dilan, aku juga mencintaimu" ia semakin menunduk menghindari tatapanku.
"Apa kamu memaafkanku?" bisikku sambil terus berjalan mendekatinya, secara spontan ia bergerak mundur sejurus langkahku yang semakin mengikis jarak kami.
Ia terjatuh di atas tempat tidur. Lalu memberanikan diri mendongakkan kepalanya, semburat itu masih menghiasi pipinya dan lagi. Kini tatapanku beralih pada bibirnya.
Bibir itu bergetar lembut, "iya Dilan. Aku memaafkanmu"
Lalu hening. Tatapan kami saling menyelami perasaan masing-masing. Kemudian tanpa diminta, Tubuh kami bergerak sendiri. Beradu dalam sebuah ciuman lembut namun membara.
Anastasya melingkarkan tangannya di leherku sedangkan aku menunduk padanya. Kami masih berpangut, memcecapi setiap inci rongga dalam mulut masing - masing. Saling membelit lidah hingga bunyi decapan sesekali terdengar.
Lututku naik keatas tempat tidur, memberi dorongan kecil tanpa harus melepaskan ciuman kami agar Anastasya rebah disana.
Ciuman kami terlepas napas yang memburu saling bersautan "kamu sexy pakai baju ini," komentarku "dan aku juga suka ketika ini," aku meremang dadanya yang membusung dan dia mengerang "membayang samar dan menggodaku sejak di meja makan tadi," ujarku kemudian lalu kembali melumat bibirnya.
Tapi kali ini ciuman kami semakin panas, membakar setiap saraf dalam tubuhku. Aku melepas pakaiannya dan pakaianku sendiri dengan tergesa. Kakinya masih menjuntai di lantai hingga celana panjang yang ia kenakan_Anastasya tidak memakai bra dan juga celana dalam, catat itu.
Mungkin karena dia tidak membawa ganti. Mengingat kami memang tidak ada pembicaraan kalau akan menginap.
Hingga tubuh kami kini sama-sama polos. Kulit yang bersentuhan, panas dengan cepat menyebar. Menyalurkan desiran dan membuat meremang.
"enggghhhh" erangan Anastasya lolos ketika bibirku turun kerahangnya, menjelajahi lehernya dan berhenti di pucuk dadanya yang mengeras.
"oh... Dilan," erangnya lagi sambil meremas helaian rambutku.
Ku kulum disana, memberi gigitan kecil, menghisap lalu mengulum lagi.
Anastasya memekik, mendesis dengan menjabak rambutku dan menekan kepalaku semakin dekat ke dadanya.
Ciumanku kini turun ke perutnya berlama-lama di pusarnya kemudian semakin kebawah. Menuju inti dirinya, aku biarkan napasku menyapu area itu. Dan dia meremang. Terlihat dari rambut halus yang berdiri di daerah paha dan perutnya.
Lidahku terjulur dan menyapu disana, "oh... Dilan, janganhh!" penolakan yang tidak berarti itu membuatku semakin bersemangat.
Aku hisap cairan apapun yang ada disana, karena Anastasya sangat basah. Dengan lidah ku aduk-aduk dirinya lalu menyentil dengan Lidahku agar mengenai titik sensitifnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adult short stories
Romancehanya cerita pendek ber genre dewasa 21++ Ini cerita dewasa ya!!!!! Ingat DE_WA_SA, jadi mohon pengertiannya buat siapa saja yang masih adek-adek.. Untuk ⛔ stop jangan baca... Please.. Saya nggak mau punya masalah sama siapapun.i7