Aku bangun karena suara alarm yang biasa ku gunakan setiap pagi. Untuk menyiapkan keperluan sekolah Jaydan.
Nampaknya aku tertidur setelah puas menangis. Buktinya, bahkan aku tidak mengganti pakaianku yang di koyak olehnya_Dilan. Satu-satunya yang berbeda adalah, kakiku tidak lagi menggantung dan selimut menutupi sebatas leher__mungkin Dilan juga pelakunya.
Dan pergi kemana pria itu? Melihat dari sisi lain tempat tidur ini. Sudah pasti Dilan tidak menempatinya, karena tempat itu masih rapi.
Mengenyahkan segala bingung dalam pikiran tentang Dilan, aku lebih memilih menghubungi suster yang biasa mengurus Jaydan. Menginterupsikan apa-apa yang dibutuhkan anak itu. Karena selama ini biarpun ada yang membantuku, aku tetap menyiapkan kebutuhan Jaydan. Dan karena sangat tidak memungkinkan aku pulang sekarang.
Itu akan sangat tidak sopan.
Terlebih semalam. Aku meninggalkan pesta begitu saja.
Setelah selesai menghubungi pengasuh Jaydan. Aku mandi, menarik kemeja dan celana trening milik Dilan sebagai ganti bajuku yang koyak.
Peduli setan jika nampak kebesaran. Yang penting. Ini lebih layak dari baju 'itu'__aku melirik ngeri gaun yang sudah ku lemparkan kekeranjang sampah.
Memoles wajahku dengan sedikit bedak. Lalu beranjak turun kelantai satu. Mungkin ada yang ku siapkan untuk sarapan. Syukur jika keluarga ini mau memakan masakan buatanku.
Karena sungguh aku belum mengenal mereka sepenuhnya_selain orang tua Dilan yang sahabat baik dengan orang tuaku.
"eh... Tasya sudah bangun!" seru nenek Mirra. Wanita tua tapi masih energic di usianya.
Aku tersenyum sungkan, mengingat semalam. Aku belum sempat menyapanya "nenek masak apa?" Tanyaku menjurus pada sayur dan buah di tangannya.
"Dilan minta di bikinin salad buah dan kentang, itu terus yang dia minta setiap kali datang kemari" wanita tua itu terkekeh "kamu mau bantu?"
Aku mengangguk mantap.
Selanjutnya. Acara masak menjadi sangat seru dengan perbincangan kami. Suasana hangat, ternyata nenek Mirra wanita tua yang lumayan suka bercanda.
Hingga waktunya sarapan dan semua orang berkumpul di meja makan. Ah... Ini sangat menyenangkan.
Aku hanya menanggapi godaan mereka tentang masakanku dengan senyum malu.
Tapi di balik senyum itu. Aku sedikit gundah. Dilan tak menunjukkan batang hidungnya, pria itu tak muncul. Pun tak terlihat di manapun. Dengan wanita itu__Dela juga tidak ada.
Suara derap langkah membuat semua orang mendongak,juga aku.
Dilan di sana, seperti biasa. Ada tangan mungil yang bergelayut di lengan kokoh pria itu. Dan aku terganggu.
Tapi Fidel. Kembaran Fidela, yang kebetulan juga baru turun dari tangga yang sama dengan Dilan menyeringai menatapku. Ada senyum geli disana_melihatku atau pakaian yang ku kenakan?
Keningku mengernyit, karena kata Dilan. Fidel sedikit memiliki sifat papanya. Yaitu mesum.
"wah ... Kamu seksi pakai baju kebesaran itu Ann" komentar pria itu begitu duduk di sebelahku_tempat yang harusnya ditempati Dilan.
Nah kan, aku yakin pria itu pasti sudah mengisi segala pemikiran msuk didalam kepalanya "emm, aku tak mungkin memakai gaun malam untuk acara sarapan kan?" sahutku asal guna menjawab komentarnya_itu suatu kebenaran, karena tak ada wanita sinting manapun yang menggunakan gaun malam untuk acara sarapan. Dan kenapa pula aku harus jujur tentang urusan ranjangku pada orang Lain'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Adult short stories
Romancehanya cerita pendek ber genre dewasa 21++ Ini cerita dewasa ya!!!!! Ingat DE_WA_SA, jadi mohon pengertiannya buat siapa saja yang masih adek-adek.. Untuk ⛔ stop jangan baca... Please.. Saya nggak mau punya masalah sama siapapun.i7