"Sadarkah kau bahwa yang kulakukan ini tidak berguna?"
Sejak dua jam terakhir, aku hanya duduk sambil memandangi pin api di hadapanku. Pin itu terbakar terang saat Xiao Long menyentuh nya tadi.
"Elementer lain butuh bertahun tahun untuk bisa menggunakan pin mereka. Jangan putus asa kalau kau tidak bisa melakukan nya dalam dua jam."
Aku menoleh ke jamtangan ku. 16.47. "Sudah sore. Aku harus pulang. Aku tidak mau melanggar jam malamku."
"Siapa yang menentukan jam malammu?"
"Orangtua ku tentu saja."
Xiao Long mendesah, "Baiklah. Datang lah besok pagi atau malam. Kau harus datang. Sadarlah bahwa nasib seluruh dunia ada di tanganmu." Ucapnya sambil melepas pakaian atasnya, bersiap mengikuti pesta berendam. Perut nya yang kotak kotak mengingatkan ku akan Hakim, cowok yang suka pamer six pack di kelas ku.
Setelah Xiao Long pergi, aku segera lepas landas lewat jendela kuil. Disinilah kesialan itu dimulai.
Awalnya semua baik baik saja, aku terbang di langit Cina, hanya ditemani angin sejuk, burung burung, dan api yang berkobar di tubuhku.
Lalu, batu sebesar truk meluncur kepadaku dari bawah. Aku membuat bola api hijau dan melemparnya ke batu itu tepat sebelum menabrakku.
'Duar!' batu itu meledak berkeping-keping.Aku terkagum memandangi tanganku, "Wow, aku bisa melakukan itu. Keren!", aku terlalu terkagum sehingga tidak menyadari batu sebesar buku terbang dan menghantam kepalaku.
Aku memegang kepalaku. Darah.'Apa apaan ini? Aku menghancurkan batu raksasa, tapi malah dilumpuhkan oleh batu kecil.' pikirku sebelum pandangan ku mengabur dan tidak sadarkan diri. Aku terjatuh ke hutan di bawah.
***
Aku terbangun diantara semak semak. Diatasku pohon pohon membentuk lubang seperti manusia. Aku memandangi badanku. Lecet di mana mana. Yah, aku sih tidak mengeluh. Manusia mana pun tidak akan selamat jatuh dari ketinggian itu.
Aku masih memikirkan cara memadamkan api di tanaman sekitarku, saat aku dikejutkan dengan suara percakapan tak jauh dari sana.
"Dia seharusnya tidak jauh dari sini."
"Baiklah. Berpencar, cari dia. Ingat, kita harus bawa dia hidup hidup."
'Mereka mencari ku. Pasti mereka yang melempar batu itu.'
Aku mengintip dari semak semak. Dua orang sedang mencari di antara semak semak. Aku bersumpah baju yang mereka pakai persis dengan kostum Sub-Zero dan Scorpio dari game Mortal Kombat, hanya saja yang satu warna kostum nya hijau dan yang satu lagi ungu.
"Tidak ada kah racun yang cocok untuk menemukannya?" Tanya si ungu.
"Ada satu. Tapi aku takut racun nya juga membunuh nya." Jawab si hijau.
"Coba saja. Semoga dia tidak mati."
Si Scorpio hijau itu mengangkat tangan kanannya. Mataku langsung tertuju ke jari tengah dan jari telunjuk, bagian paling aneh dari tangannya. Dua jari itu memiliki sisik alih alih kulit, dan kukunya yang panjang dan berwarna hijau itu terlihat sungguh mengerikan. Seolah olah itu belum cukup menakutkan, asap hijau mulai berputar di sekitar dua jari itu, dan dengan satu gerakan cepat, dia menancapkan dua jari itu ke tanah. "Jreb"
Seketika semua tanaman dalam radius sekitar 7 meter dari si hijau, meledak menjadi debu. Begitu juga semak tempatku bersembunyi.
Kedua orang itu menatapku. "Anak anak?"
Si Ungu bertanya kepadaku, "Nak, apa kau punya...eh..." dia menunjukkan pin elemen nya "...benda seperti ini?"
Aku, yang masih kaget dengan kejadian barusan, dengan polosnya menunjukkan pin api milikku.
Reaksi mereka persis seperti dugaan ku, hanya saja aku tidak menduga kalau mereka mengejar ku dengan merayap lewat bawah tanah dan ber teleportasi.
Untungnya reaksi ku tidak kalah cepat. Aku langsung menyala dan mulai terbang melewati pohon pohon. Aku bisa menyebabkan kebakaran besar kalau nekat terbang melewati dahan dahan lebat di atas.
"Kenapa elementer mengejarku? Apa mereka anak buah Penguasa Bayangan?"
Kukira mereka sudah cukup jauh, ternyata Si hijau tiba tiba muncul lewat tanah di depanku. Dia menyerang ku dengan dua jari beracun nya.
Dua jari itu kurang satu centi untuk menjemput kematianku, saat si ungu muncul di bawah ku dan menendang ku ke langit.
"Kau gila ya? Tuan ingin dia hidup hidup!"
"Iya iya. Kau saja yang tangkap, aku pasti membunuh nya kalau aku yang tangkap."
Aku baru saja berpikir, 'Hari ku tidak mungkin lebih buruk dari ini.'. Tiba tiba di Ungu muncul di atasku dan menendang ku ke bawah.
"Duaaarr" tubuhku menghantam tanah dengan sangat kuat. Setiap tulang di tubuhku rasanya mau rontok.
"Dep" kedua orang itu mendarat di depanku.
"Nak, kami tidak ingin menyakiti mu. Tapi kalau kau melawan, kami tidak segan mencopot tangan mu dari tempatnya."
Dengan kekuatan terakhirku yang tersisa, aku menembakkan bola api.
Bola itu menabrak baju mereka tanpa efek sedikit pun.Saking lemahnya aku, pin api terlepas dari genggaman ku.
"Sayang sekali, kekuatan sebesar itu diserahkan pada bocah sepertimu."
Si Ungu maju dan tanpa kesulitan, menginjak pin api sampai hancur.
"Aku bahkan jauh lebih pantas untuk memiliki pin ini dibandingkan dirimu."
Dengan tangannya, dia mengangkat tubuhku.
"Tuan kami melarang kami membunuhmu, tapi kalau hanya sedikit sobekan di perut, tidak apa apa kan?" Ucapnya sambil tertawa.
"Sang Pendekar pernah membuat robekan besar di perutku, jadi akan kulakukan hal yang sama pada Pewarisnya."
Dia mengeluarkan pedang dari punggungnya. Dengan pelan, pedang itu mulai mengiris kulit perutku.
Aku meringis, berusaha menahan sakit.Irisannya semakin lebar. Darah mulai bercucuran.
'Sialan. Setelah semua yang kulewati... aku harus mati konyol dibunuh oleh bajingan di depanku ini? Tidak! Aku memang akan mati, tapi tidak sekarang, dan tidak oleh orang ini.
Aku... tidak...boleh...MATI!!!'"GRAAAAAAAAHHH!"
Tepat saat itu, aku melihat diriku di pantulan bola mata Si Ungu, mataku merah sepenuhnya, dan sebuah baju mulai mewujud di tubuhku...
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Warrior
FantasyDax, anak SMP biasa terpaksa mengalami petualangan penuh pertarungan melawan sang Ninja Bayangan. Elemen api dia kuasai pertama kali, namun mampukah dia selamat dari musuh musuh yang selalu mengintai?