Bab 13

51 4 0
                                    

Mungkin 100 atau 150 km/jam. Kalau dia berlari dengan kecepatan seperti itu, mungkin ia bisa berlari di atas air. Perjalanannya hanya 10 detik, tapi itu lebih dari cukup untuk membuat Dax mual dan pusing.

Saat tiba ke bawah, pandangan matanya kabur dan ia kehilangan keseimbangan. Dax terjatuh. Dia mengetuk kepalanya, berusaha menghilangkan pusing dan menjernihkan matanya. Perlahan, penglihatannya jernih kembali.

Daxon memandangi sekitar, ia berada di laboratorium, hanya saja ukuran laboratorium ini hanya ¼ laboratorium yang sebelumya. Dan di pojok ruangan, duduk Profesor Mike sedang bekerja di mejanya. Dax terkejut, sepertinya Profesor Mike tidak menyadari Dax ada di laboratorium nya.

Dax menarik napas. Ia memandangi lantai yang terbentang antara dirinya dan Profesor Mike. Mungkin saja ada perangkap beruang atau bom atau ranjau di sana.

Dax mulai mendekati Profesor Mike. Dia mencoba berjalan sepelan mungkin tanpa suara. Ia menutup mulutnya dengan jaket agar suara nafasnya terdengar. Sayangnya Dax lupa kalau kamera pengawas sudah diciptakan sejak lama. Bunyi alarm langsung memenuhi ruangan.

Sebelum Dax sempat bergerak, Profesor Mike berbalik dan melempar sesuatu ke arah Dax. Benda itu meledak jadi kumpulan asap biru di kaki Dax. "Bom asap? Manusia sejenius Profesor Mike menyerangku dengan bom asap?". Asap itu berputar di kakinya, lalu asap itu memadat menjadi es. "Bom beku? Cocok untuk orang seperti Profesor Mike". Dax menoleh ke Profesor Mike, ia terlihat terkejut. Profesor Mike mendekati nya. "Ja..jangan! Aku hanya ingin mengembalikan catatan dan perkamenmu." Ucap Dax sambil menyodorkan catatan dan perkamen Profesor Mike. "Tidak, tidak apa apa. Aku tidak ingin menyakitimu. Perkamen itu milikmu, aku hanya menemukannya. Aku tidak berhak atas perkamen itu." Dax terkejut, ia tidak hanya mengambil catatan Profesor Mike, ia juga membiusnya. Profesor Mike melihat kaki Dax, "Maaf aku membekukan kakimu, kukira kau pencuri." "Tidak apa apa." Dax menyalakan api di kedua tangannya, lalu melelehkan es di kakinya. "Oh, jadi kau tahu cara menggunakannya? Maksudku..pin itu."tanya Profesor Mike "Tidak, aku tidak benar benar menggunakannya. Aku hanya menggenggam pin ini-" Dax menunjukkan pin yang dia genggam "-lalu menyerap..." "energi yang ada di dalamnya." Lanjut Profesor Mike, "Yah, itu maksudku.".

"Jadi, kutebak kau datang kesini untuk memintaku menerjemahkan perkamen yang satunya?" "Ya. Kau bisa menterjemahkannya kan?" "Aku sudah menerjemahkannya. Menurut perkamen itu, Sang Pewaris akan mengetahui sendiri cara penggunaannya. Kau harus cukup pantas untuk bisa menggunakan pin pin itu." jelas Profesor Mike. "Bagaimana aku tahu aku sudah pantas atau belum?" "Kalau kau sudah pantas, kau akan tahu sendiri cara menggunakannya.".

"Apa yang kau lakukan tadi?" Tanya Dax menunjuk ke meja Profesor Mike, "Aku baru saja selesai menerjemahkan perkamen lain yang kutemukan." "Perkamen apa itu?" "Semacam lanjutan dari perkamen yang kau pegang." "Masih ada perkamen lainnya?!". Dax mendekat untuk melihat lebih jelas perkamen di meja, perkamen itu lebih kecil dari yang lain, hanya ada beberapa baris tulisan dan di tengah perkamen itu ada lempengan besi. Bagian atas lempengan itu menonjol sekitar 3 cm ke atas.

"Kau sudah menerjemahkannya?" Tanya Dax, "Sudah. Hanya tentang yang kukatakan tadi.". Dax maju untuk melihat lebih dekat perkamen itu saat ponsel nya bergetar. Telepon dari ibunya. "Halo, bu. Ada apa?" "Dax, kamu kan besok ujian. Kok malah keluyuran sih?" "Oh, ok. Aku pulang." Dax segera menutup telepon.

"Ada apa?" Tanya Profesor Mike, "Aku besok UN, dan aku belum belajar. Aku harus pulang."
"Tunggu-" Profesor Mike mengambil perkamen di mejanya "-ambil lah, ini milikmu. Dan makan ini." Ucap Professor Mike sambil melempar sebuah pil "sebelum 5 jam dari sekarang, kau harus sudah selesai belajar." Dax menelan pil itu, "Terima kasih Professor, Aku pulang dulu. Aku minta maaf soal penjaga pintumu.". "Aku kan tidak punya penjaga pintu." Batin Professor Mike.

Dax bergegas keluar dan bersepeda pulang. "Aku terpaksa menunggu sampai ujian selesai." Keluhnya.

--

Seorang manusia berjalan memasuki sebuah gang, sambil sesekali menoleh ke belakang memastikan tidak ada yang mengikutinya. Orang itu adalah penjaga di rumah Professor Mike. Didalam gang ia berbicara dengan sesosok gelap di dalam bayangan. "Sepertinya dia belum bisa menggunakannya. Ia hanya menggenggam nya di tangan." Lapor penjaga itu, "Bagus. Bagaimana dengan Si Petir?"Tanya sosok hitam tersebut, "Dia belum menemukan bocah itu." "Baik. Pergilah!" Penjaga itu pergi, meninggalkan sosok hitam yang tersenyum licik itu.


Pengumuman
Mulai bab 14,
1. Judul diganti jadi element kungfu, mengingat ninja berasal dari Jepang.
2. Cerita dari sudut pandang Dax, bukan sudut pandang penuli lagi. Kata 'Dax' jadi 'Aku'. Tapi nggak semua bagian dari sudut pandang nya Dax, kayak di atas gitu tetap di munculkan, kalo itu dari sudut pandang penulis.

Sekian, tunggu bab selanjutnya...

The WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang