Aku memutuskan berteman dengan Nero. Carls Sr. itu restoran yang mahal, dan dia membelikan burger terbesar dan termahal. Mataku berkaca kaca saking senangnya.
"Inhi uenak segai! Unduk owang yang saangad jalang magan di ruar, ini benar buenar genikmadan dag dertandigi!", ucapku dengan mulut penuh roti, ham, dan selada. Nero hanya mengangguk sambil menyesap sodanya.
"Abwa hyang...glek...aah...apa yang ingin kau bicarakan?"
"Nanti saja. Suaramu saat makan seperti sapi sekarat yang menderita infeksi tenggorokan."
Aku meletakkan burger, "Silakan bicara."
"Cewek yang kau lihat kemarin..."
"Pacarmu?" tanyaku penuh kepolosan.
"Apa? Bukan! Kalau dia memang seperti deskripsimu..."
"Mantanmu?" tanyaku dengan lebih banyak kepolosan.
"Bukan cuma suara makanmu yang seperti sapi, otakmu juga otak sapi."
Aku terbahak. "Iya iya, cuma bercanda. Silakan lanjutkan."
"Dia itu..."
"Sahabatmu?"
Nero mendongak, "Darimana kau tahu?"
"Aku tidak tahu. Aku cuma menebak, ingat."
Nero mendesah. "Apa kau pernah suatu kali datang ke lab, dan menemukan tabung tabung yang menempel ke langit langit?"
Aku teringat kali keduaku datang ke Lab Prof. Mike. "Tabung tabung pecah itu?"
Nero mengangguk. "Salah satu tabung itu berisi temanku."
Otakku mengkerut. Tabung tabung itu berisi manusia?
"Beberapa bulan lalu, paman membuat eksperimen dengan beberapa sukarelawan. Dia mau membuat super human."
"Dan kenapa dia mau melakukan itu? Tidak cukupkah kau berada di sisinya?"
"Itu ada hubungan nya dengan kematian kedua orang tuaku." ekspresinya murung. Dia mungkin pendiam, tapi murung bukan gayanya. Aku ingin bertanya lebih lanjut, tapi wajahnya menegaskan untuk tidak melakukan itu.
"Aku tidak tahu rinciannya, tapi yang jelas dia butuh DNA...genetik...apalah itu, dariku dan salah satu alien temannya."
"Prof. Mike kenal seorang alien?!", disaat seperti inilah rasa penasaranku meningkat pesat.
Nero tidak menanggapi pertanyaanku. "Beberapa jam sebelum mereka keluar, segalanya benar benar kacau. Detak jantung, sel sel mereka yang ber ubah ubah, dan bahkan salah satu dari mereka mengalami transformasi fisik yang mengerikan.". Nero mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah rekaman video.
Lab Prof Mike yang lama dengan tabung tabung besar yang masih utuh. Kemudian semua tubuh yang mengambang di tabung tabung itu mulai bergerak tidak keruan, dan seluruh lampu di ruangan mati, menyisakan beberapa lampu darurat yang masih menyala. Pria di tabung terlebar mulai berteriak teriak. "Itu Budi Jagad, satu satu nya sukarelawan dari kota ini.". Tubuhnya membengkak, berubah menjadi sesuatu yang kau tidak akan pernah mengira bahwa sebelumnya itu manusia. Dia meringkuk menjadi bola, dan sekejap kukira dia memang berubah menjadi bola. Terdengar suara bising logam mengiris logam, kemudian mahluk itu menerobos lantai lab dan hilang dari pandangan.
Pria selanjutnya yang paling tidak aneh dan mencolok, tapi juga paling tidak dimengerti. "Itu Marcus Grey.". Dia hanya menoleh ke sana kemari di dalam tabung, seolah mencari sesuatu, tapi dengan mata masih tertutup. Kemudian dengan beberapa ketukan ringan di titik titik tertentu kaca, kaca tebal itu pecah berkeping, menumpahkan air di dalamnya. Kemudian dengan kecepatan yang hanya bisa dilakukan Usain Bolt, dia berlari keluar dari lab, dengan mata tertutup.
Pria di tengah bahkan masih muda, sekitar 17-18. "Dia Ben Blue, yang termuda dari yang lain. Tahun lalu, dia jadi mahasiswa favorit paman. Benar benar seorang jenius.". Setiap bagian tubuhnya bergantian terbuyar, benar benar terbuyar secara harfiah, kemudian menyatu kembali. Kemudian dia membuka matanya, dan menghilang begitu saja disertai kelebatan biru, tidak meninggalkan apa pun.
Pria ke empat terlihat normal."Itu Cal. Namanya adalah satu satunya yang kami tahu tentang dia.". Tubuhnya tidak mengalami perubahan apa pun. Tapi layar statistik nya menunjukkan perubahan berat badannya yang terus berubah drastis tak beraturan. Sekejap kemudian, beratnya menjadi puluhan ton dan merobohkan lantai tabungnya.
Yang terakhir seorang wanita. Nero tidak mengatakan apa apa kali ini. Segalanya di cewek itu normal. Tubuhnya tidak berubah, layar juga tidak menunjukkan perbedaan genetis apapun. Hanya saja ada medan energi keunguan yang membulat mengelilingi tubuhnya, menahan setiap tetes air dari menyentuh tubuhnya. Kemudian, medan energi tersebut membesar, terus membesar, lebih besar, hingga meledak kan tabung dan beberapa ubin di lantai. Asap menyebar kemana mana. Dia sudah tidak di sana saat asap mereda.
Aku menatap Nero, yang sudah mengembalikan wajahnya yang asli, yang niscaya membuat cowok manapun ingin menghancurkan wajah tampannya.
"Jadi...kau ingin menemukan temanmu itu?"."YA!", Nero berteriak begitu keras, sampai membuat beberapa orang di sebelah kami menoleh. "...Maksudku tidak...tidak juga."
Aku mengangkat gelas soda. "Jadi apa masalahnya?".
"Begini, yang Paman tidak ketahui saat itu adalah baik Budi maupun Marcus adalah mantan kriminal berat dan masih dicari."
Soda di mulutku menyembur seketika, menciprati burger dan kentang goreng di meja. Nero membuang burger nya ke tempat sampah.
"Apa apa an kalian ini?! Kalian baru tahu itu setelah mereka bebas? Biar kutebak lagi, kalian hanya tahu nama mereka, bahkan tidak tahu kelamin mereka!". Nero menatap ku sambil terheran. Aku sendiri juga merasa aneh. Sejak kapan aku begitu serius dalam menanggapi perkataan orang, apalagi perkataan Nero? Cukup yakin ini efek samping dari menjadi pewaris Sang Pendekar.
"Jadi...apa yang akan kalian lakukan? Mencari mereka?"
"Mungkin. Kami baru saja mendapat beberapa data kepolisian tentang mereka berdua.", Nero mengeluarkan dua lembar dokumen. Aku membaca salah satunya. Marcus Grey, 43 tahun. Ilmuwan biologi. Penggemar sains fiksi. Bertahun tahun mempelajari melakukan mutasi genetis pada manusia sehingga memiliki kemampuan kemampuan khusus. Pernah hampir bunuh diri tahun lalu karena frustrasi. Teman sekaligus saingan berat Prof. Michael Vinter. Dia dan Prof. Mike sudah kenal sebelumnya?
Otak baruku memproses setiap kata yang kubaca. Merangkai setiap kata, seperti puzzle, tapi aku merangkai nya dengan otak ku, dan menghasilkan satu kesimpulan.
"Kau harusnya tidak meninggalkan Prof. Mike sendirian?", kataku pasti.
"Dan kenapa begitu?", Ucap Nero sambil mengambil dokumen di tanganku dan membacanya.
"Karena...dia yang akan mendatangi kalian.", aku menunjuk pria yang baru saja memasuki restoran. Marcus Grey sudah di sini. "Kuharap kau membawa cakram mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Warrior
FantasyDax, anak SMP biasa terpaksa mengalami petualangan penuh pertarungan melawan sang Ninja Bayangan. Elemen api dia kuasai pertama kali, namun mampukah dia selamat dari musuh musuh yang selalu mengintai?