Bab 14

66 6 1
                                    

Seminggu kemudian...

Aku mengayuh sepeda perlahan ke rumah. Ini hari terakhir ujian, dan aku tidak menemui masalah apa pun. Pil yang diberikan Professor Mike benar benar berguna, Aku yakin aku lulus dengan nilai terbaik.

Aku mengayuh perlahan, menikmati pemandangan hijau di daerah perumahanku. Aku memang tinggal di perumahan, di pinggir kota. Mobil dan motor jarang melewati tempat ini. Aku yakin perumahan tempatku tinggal ini tempat dengan udara terbersih di Surabaya.

Aku tiba di rumah. Kuparkirkan sepedaku di garasi. Orang tua ku sudah kembali seminggu yang lalu, Aku sempat dimarahi karena hanya belajar 5 jam sebelum ujian yang berjalan selama seminggu itu. Orang tua ku sempat heran karena kepercayaan diriku.

"Aku pulang.."

1 jam kemudian, Aku naik ke kamarku di lantai 2. Kulempar tasku asal asalan dan melempar diriku ke kasur, melepas segala rasa lelah. "Chin, mandi dulu!" "Ok.".

Chin? Kau pasti bertanya tanya soal ini. Ok, namaku sebenarnya bukan Daxon Zhao, namaku Tjiu Te Chin atau Zhao de jun. Orang tua ku memanggilku Te Chin. Tapi aku lebih suka panggilan Daxon, teman temanku pun memanggilku begitu. Tidak ada salahnya kan, selama marga tetap ku masukkan.

Aku berusaha untuk bangun, tapi sia sia, badanku terlanjur menempel dengan kasur tercinta ku yang sejuk. Dengan sekuat tenaga, Aku berusaha bangun. Kurasakan setiap otot di tubuhku menegang, berusaha bangkit dari kasur nyaman ini. Setelah perjuangan panjang, akhirnya aku berhasil bangun dari kasur.

Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi. Setelah mandi, Aku teringat pin ku. Segera kubuka laci mejaku, ku ambil perkamen yang diberikan Professor Mike minggu lalu.

Kupandangi perkamen itu, perkamen itu sama saja seperti yang lain hanya saja ada lempengan logam di tengahnya. Kupandangi logam itu lama lama.

Lalu, entah hanya firasatku atau memang perkamen itu menarik tanganku. Panik, segera kutarik tanganku. Kupandangi lempengan itu, perasaan yang sama kembali melanda ku, tanganku tertarik untuk menyentuh lempengan itu. Kali ini aku membiarkan nya, saat tanganku menyentuh permukaan lempengan itu, perlahan pandanganku memudar dan sebuah pemandangan segera mengisi pandanganku.

~

Seorang pemuda terduduk lemah di pinggir area pertarungan. Sekujur badan pemuda itu luka luka. Di sampingnya, berdiri seorang pria dewasa berjubah, jubah itu pasti indah jika bukan karena kotor dan sobek di beberapa bagian. Namun pemuda itu bisa merasakan sosok penuh wibawa dan kehormatan dibalik jubah lusuh itu.

Pemuda itu melihat ke depan, sebuah kuil perguruan megah berdiri disana, tapi bukan kuil itu yang dilihat oleh pemuda itu, melainkan pria berjubah hitam yang terduduk lemah menyandar pada dinding kuil itu. Pria berjubah hitam itu berdiri, "Kau pikir aku bisa kalah begitu saja?! Selama bayangan masih memenuhi bumi ini, selama itu pula aku tidak akan menyerah untuk menguasai bumi ini!". Pria itu lantas menarik semua bayangan di sekitarnya untuk diserap menjadi kekuatannya sendiri.

Pria di samping pemuda itu tersenyum kecut, "Dia orang pertama yang bisa bangun setelah menerima seranganku." "Guru, biarkan aku yang melawannya" minta pemuda itu "dengan kondisi guru sekarang, tidak mungkin bagi guru untuk mengalahkannya."

"Lalu apa? Kalau kau melawannya, kau pasti mati. Aku akan membawanya ke dimensi lain, dia tidak akan bisa kabur dari sana."

Pemuda itu terkejut, "Jangan! Kalau guru melakukan itu, guru akan..." Pemuda itu tidak sanggup melanjutkan perkataannya "siapa yang akan menjaga perguruan dan yang lain?"

Pria itu tersenyum, "Tentu saja kau. Kau yang paling kupercaya, Xiao Long." "Tapi bagaimana, Aku tetap manusia dan akan meninggal. Siapa yang akan menjaga perguruan, setelah kepergianku?" Bantah pemuda itu.

Pria itu memutar tangannya dan menghantamkan tapaknya ke perut pemuda itu, "Sampai penerusku lahir, kau, murid kepercayaan ku, Zhang Xiao Long, penguasa elemen petir, tidak akan bertambah tua sedikit pun dan akan menjaga perguruan ini sampai akhir hayatmu."

"Kupercayakan perguruan ini padamu, Xiao Long. Selamat tinggal." Pria itu berlari menuju sosok berjubah hitam itu sementara pemuda tadi memandangi gurunya. Kemudian tubuh gurunya meledak, menelan segala nya yang ada di dekatnya.

Saat cahaya ledakan itu hilang, gurunya dan pria berjubah hitam itu telah lenyap. Pemuda itu memandangi area pertarungan, hampir setengah saudara seperguruannya meninggal, mayat mereka bergelimpangan. Pemuda itu menangis.

~

Aku terbangun. Ingatan itu segera hilang dari kepalaku. Lempengan itu kini bersinar. "Ke rumah Profesor Mike." Segera kusiapkan sepedaku dan berangkat ke rumah Profesor Mike.

The WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang