Aku samar samar mengingat kejadian di kuil. Maksudku, tahu kan...saat kau tidak benar benar sadarkan diri, tapi matamu terbuka dan kau mengingat sebagian yang kau lihat saat tidak sadarkan diri.
Nah, aku mengingat bagian bagian keren dari saat aku setengah pingsan.
Misalnya saat Shade panik setengah mati melihat si pendatang baru, melempar bilah bilah bayangan, dan buru buru meninggalkan kuil. Si pendatang mengibaskan tangannya, mengubah jalur bilah bilah tersebut.Juga saat si pendatang memanjangkan tangan kanannya, mencengkeram kaki Shade yang hampir keluar dari kuil. Sekuat tenaga, Shade dihantamkan ke lantai kuil. Sungguh memuaskan.
Yang terjadi selanjutnya tidak terlalu jelas, tapi yang pasti Shade dihajar habis-habisan sebelum sekelompok elementer asing entah dari mana, menyelematkan nya dan membawa Shade pergi.
Dan pengelihatan ku pun padam.
***
"Hei!", sepasang tangan menampar pipiku. "Hei! Bangun!".
Mataku terbuka perlahan. Aku memicingkan mata sejenak, menyesuaikan diri dengan sinar terang di ruangan.
"Sadar juga kau akhirnya.", ucap satu suara asing. Aku menatap ke asal suara. Pria Arab tadi berdiri di samping ranjang tempat ku berbaring.
"Oh, hei. Ya... Kau..."
"Abbas."
"Iya. Abbas. Benar. Eh...dimana kita?", aku memandangi ruangan tempatku berada.
"Klinik, tentu saja. Kau terluka, jadi kami membawamu ke sini untuk disembuhkan."
Aku bangkit duduk di ranjang. Dada dan sebagian lenganku menyala terang. Maksudku, secara harfiah menyala terang. Kelihatannya seperti seseorang mengolesi badanku dengan cat emas terang benderang. Dan tubuhku terasa hangat di tempat yang bercahaya.
"Apa apaan ini?", aku menoleh ke Abbas.
"Itu sihir penyembuh. Beberapa penyihir terbaik disini yang melakukan itu. Lukamu cukup parah, jadi tidak mudah untuk menyembuhkan nya. Kau sudah pingsan 5 jam, kau tahu."
Aku menyentuh dadaku. Kemudian menggerakkan nya sedikit. "Tidak sakit. Katamu lukanya parah."
Abbas menggaruk kepalanya, "Eh...aku tidak terlalu tahu sih. Pokoknya sihir mereka meredakan rasa sakit mu."
Aku mengingat kejadian sekian jam lalu. Saat satu titik hitam kecil meledak. Saat bilah kehitaman menembus tubuhku. Saat pemuda di sebelah ku menguap ketika gelombang kehitaman menerpanya.
"Kau tahu, aku yang membawa pin dengan jebakan itu ke sini pada awalnya."
Abbas butuh beberapa saat untuk menangkap maksud perkataan ku.
"Hei hei.. bukan salahmu Shade menyerang kuil. Kau tidak tahu apa apa soal jebakan itu.""Akankah kuil diserang kalau aku menyadari jebakan itu lebih awal?"
"Tapi..."
"Berapa korban dari kejadian barusan?"
Abbas tidak menjawab.
"Sudahlah. Aku mau pulang. Sampaikan salam pada Xiao Long."
Perlahan, sambil berusaha agar aku tidak bergerak berlebihan, aku meremas pin Api yang tergeletak di meja di samping ku.
"Kau tidak perlu pulang dengan terbang lagi.", ucap Abbas sebelum aku sempat loncat dari jendela. "Zhang Lao Shi sudah membuatkan portal untuk mu. Langsung menuju rumahmu."
Aku turun dari jendela dan menatap Abbas. Ekspresi nya tidak berubah.
"Serius? Portal?"Abbas melemparkan remote metalik hitam kepada ku. Aku memperhatikan benda itu. Bentuknya seperti remote kipas angin, kecil. Hanya ada satu tombol disana. Aku menekannya.
Lingkaran kuning berbahaya seketika mewujud di hadapan ku.
'Aku harus lebih banyak bergaul dengan elementer.' pikirku sebelum aku melangkah masuk ke portal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Warrior
FantasyDax, anak SMP biasa terpaksa mengalami petualangan penuh pertarungan melawan sang Ninja Bayangan. Elemen api dia kuasai pertama kali, namun mampukah dia selamat dari musuh musuh yang selalu mengintai?