Bab 16

48 5 1
                                    

19.56. Setelah makan malam, kulempar badanku ke kasur ku tercinta. Anehnya malam ini aku tidak bisa tidur. Saat aku berusaha memejamkan mata untuk ke 1.337 kalinya, seseorang di belakang ku, dari jendela kamarku, berkata dengan suara yang ku harap tidak akan pernah kudengar lagi selama hidupku, "Sang Pendekar lebih tinggi dari mu."

Aku bangkit dari kasurku, dan merapat ke dinding, sebisa mungkin menjaga jarak dari asal suara itu. Seorang pria berjubah hitam-persis seperti yang kulihat saat menyentuh logam di salah satu perkamen-duduk di jendelaku.

"Siapa kau?"

Diam.
Pria itu mengamati ku, seolah olah membandingkanku dengan seseorang.

"Yah, wajahmu sedikit mirip dengannya." Ucap pria itu, "Aku tidak ingin berlama lama di sini karena mereka akan segera datang, langsung saja ke intinya. Serahkan pin pin itu dan tidak akan terjadi apapun padamu." Ancam pria itu.

"Kau belum menjawab pertanyaan ku, siapa kau?" Ucap ku, berusaha agar suaraku tidak terdengar takut.

"Yang benar saja. Aku tidak ingin melukaimu, tapi kalau terpaksa akan kulakukan.". Pria itu mengeluarkan bayangan dari telapak tangannya, yang dengan cepat mencekik leherku dan menekan badanku ke dinding.

"Kau beritahu aku di mana pin itu, atau besok kau tinggal nama. Pilih mana?"

'Dimana otaknya? Bagaimana aku berbicara kalau leherku ditekan.' Pikir ku

Aku meraih pin yang kusimpan di celanaku dengan tangan kiriku. Bayangan itu terlihat bereaksi terhadap kekuatan yang ada di pin ini.

Aku menyalakan api di tangan ku dan menembakkan nya ke pria itu. Bayangan yang mencekikku menghilang.
Pria itu terkejut.

"Kau tahu, serangan barusan tidak berasa. Tapi cara mu menembak, yang sama seperti dia, membuatku ingin membunuhmu secepatnya."

Pria itu kembali mengeluarkan bayangan dari tangannya yang tertutup sarung tangan hitam, tapi bayangan ini berujung runcing.

Aku kira suara yang akan kudengar setelah itu adalah suara tertusuk nya jantungku, tapi yang kudengar malah suara...petir?

Sebuah energi listrik menahan bayangan yang hanya berjarak 2 cm dari dadaku. Di belakang pria berjubah hitam, di pagar jendelaku, duduk seorang laki laki dewasa, menggunakan baju besi sederhana berwarna kuning gelap. Pria ini persis seperti pemuda yang kulihat saat menyentuh logam di perkamen itu, hanya saja wajahnya terlihat lebih tua. Dari telapak tangannya keluar listrik yang menahan bayangan itu.

"Xiao Long, apa gurumu pernah mengajarkan tentang tidak boleh mencampuri urusan orang lain?" Pria berjubah hitam itu menoleh ke pendatang baru di belakangnya.

"Ya, dan guruku juga mengatakan pengecualian untukmu."

"Rencanaku hancur berantakan. Aku bisa membunuh kalian berdua sekarang, tapi aku butuh kalian hidup hidup untuk merasakan kekuatan yang kukumpulkan.
Selamat tinggal."

Pria berjubah hitam itu menghilang ke dalam bayang bayang.

Sekarang pria satunya menatapku.

"Bisa kau pergi? Aku harus tidur, besok sekolah." aku berbohong.

"Lalu membiarkan dia kembali dan membunuhmu?! Lagipula sekarang libur kenaikan kelas, semua sekolah libur."

"Baik, tapi pertama, siapa kau? Siapa orang tadi? Kenapa aku sang Pewaris? Dan bagaimana pin kecil seperti ini bisa membuatku melemparkan bola api?" aku melontarkan semua pertanyaan yang ada di kepalaku.

"Kalau kau ingin semua pertanyaan mu terjawab, ikut denganku."

"Ke mana?"

Diam

"Benar. Ikut denganmu kalau ingin semua pertanyaan ku terjawab."

Aku maju, mendekati pria itu. Ia memegang pundak ku dan tanpa peringatan 'Pegangan', kami melesat dengan kecepatan petir, menuju suatu tempat di dunia yang luas ini.

The WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang