Dax memasuki rumah Profesor Mike. Tempat terlihat persis seperti saat Dax pertama kali kesana beberapa hari yang lalu, hanya saja sedikit berdebu.
Dax mendekati lift di ujung ruangan. Ia melihat ke tulisan di atas lift itu, 'M'. Itu berarti Profesor Mike sedang di laboratoriumnya.". Dax memasuki lift itu.
Sesampainya di bawah, pintu lift terbuka dan yang ada di pikiran Dax saat itu adalah 'gelap'. Seluruh lampu di ruangan itu mati, suasana mencekam menyelimuti seluruh ruangan itu. Dax meraba dinding di sekitarnya berusaha mencari sakelar lampu tapi tidak menemukan apapun. Tapi dia malah menemukan cairan kental berwarna hijau dan menyala menempel di dinding. Dax membayangkan cairan hijau kental itu berasal dari hidung Profesor Mike, "Yaiiks, menjijikkan!".
Dax menggosokkan tangannya ke dinding. Dax berjalan lagi, tapi baru setengah meter berjalan dia tersandung kabel yang menjulur di lantai, beruntung ia tidak terjatuh. Dax menyadari cairan tadi satu satunya penerangan di ruangan gelap ini.
Terpaksa Dax kembali ke tempat dia menemukan cairan tadi. Dengan perasaan jijik, Dax mengambil segenggam cairan hijau itu dengan tangan kirinya. Dax tidak ingin cairan itu membekas di tangan kanannya, lalu cairan itu masuk ke perutnya saat dia makan.
Dengan penerangan seadanya, dia mulai mengelilingi ruangan itu, mencari tanda tanda Profesor Mike. Dax berjalan dengan merapat ke dinding, ia tidak berani berjalan di tengah ruangan. Profesor gila yang bisa membuat alat pengendali tubuh dan cairan hijau menyala, jelas lebih dari bisa membuat sesuatu untuk mengakhiri bocah 15 tahun seperti Dax.
10 menit berlalu, ia masih belum menemukan tanda tanda Profesor Mike, Dax menyadari laboratorium itu sangat luas. Dan cairan hijau itu semakin dingin seiring berjalannya waktu. Sekarang cairan itu mulai membeku di tangannya dan cahayanya semakin redup.
Dax tidak tahan lagi, dia menggosokan tangannya ke sudut salah satu meja. Dingin sekali. Dingin..Dingin. Dax mengumpat, "Sial! Aku kan punya api, kenapa tidak kugunakan.". Dax membayangkan energi di dalam tubuhnya berpindah ke tangannya. Dalam sekejap, kobaran api hijau melayang di telapak tangannya, "Hijau? Tanganku sudah menguap kalau aku manusia biasa.".
Dax memberanikan diri berjalan ke tengah ruangan. Dia berjalan pelan pelan sambil memperhatikan sekitar. Laboratorium itu seperti sudah ditinggalkan berhari hari, debu tebal menempel di semua permukaan dan beberapa barang pecah.
Yang paling menarik perhatian Dax adalah beberapa tabung raksasa yang menempel ke lantai dan langit langit, semuanya pecah. Benda itu mengingatkan Dax tabung tabung yang digunakan untuk manusia uji coba seperti di film film, "Apa yang dia kerjakan di sini?". Dax kembali menyusuri ruangan tak berujung ini.
Dax berhenti saat dia menemukan meja, "Sepertinya ini meja pribadi Profesor Mike.". Meja itu berantakan, buku buku, catatan tersebar di seluruh meja dan lantai di dekatnya. Saat melihat lihat, matanya tertuju pada sebuah pigura foto di lantai. Ia memungutnya. Kaca pigura itu pecah. Dax memperhatikan foto itu, 3 orang pria berdiri sejajar. Dax mengenali salah seorang diantara tiga pria itu sebagai Profesor Mike, dan dia terlihat lebih muda, mungkin 40-an, yang paling kanan terlihat seumuran Profesor Mike di foto itu, dan yang tengah paling tua, rambut dan kumisnya sudah memutih. Sepertinya mereka berfoto di tempat kerja mereka. Dibelakang mereka terlihat lambang perusahaan tempat mereka bekerja, seperti burung..elang mungkin. Dax memasukkan foto itu ke kantongnya.
Baru berjalan setengah meter, ia mendengar suara 'klik' di bawahnya. Dax melihat ke bawah, lantai yang dia injak mulai melepaskan diri dari lantai sekitarnya. "O oh.". Lalu dengan kecepatan tinggi lantai itu meluncur ke bawah diiringi teriakan Dax.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Warrior
FantasyDax, anak SMP biasa terpaksa mengalami petualangan penuh pertarungan melawan sang Ninja Bayangan. Elemen api dia kuasai pertama kali, namun mampukah dia selamat dari musuh musuh yang selalu mengintai?