Esoknya, Dax baru ingat orang tuanya pergi berlibur. Mereka berangkat kemarin malam dan adiknya siang ini akan berangkat menginap di rumah temannya selama satu minggu.
Jadi Dax di rumah sendiri, hanya ada pembantunya yang baru kembali dari desanya 2 hari yang lalu.
Awalnya dia berencana pergi ke rumah Profesor Mike, tapi mengingat apa yang dia lakukan, Dax membatalkan niatnya.
Akhirnya dia memutuskan pergi menonton bioskop. Dax juga memesan GO-CEK karena bioskopnya cukup jauh. Dia langsung mandi dan berganti baju.
Setelah mengambil uang, dia juga membawa dan menyimpan perkamen dan catatannya di laci, Dax pamit kepada pembantunya.Di luar, ternyata mobil yang dia pesan sudah menunggu, "Cepat sekali, baru 9 menit yang lalu aku memesannya.
Sesampainya di bioskop, Dax membeli satu tiket untuk film Pirates of The Carribean.
Saat ingin memasuki ruangan bioskop, Dax merasakan sesuatu, perasaan yang hanya dia rasakan kalau ada orang yang memperhatikannya. Dia menoleh ke belakang. Pandangannya langsung tertuju pada seorang pria berjaket hitam. Dax sempat mengira orang itu Profesor Mike tapi dia ingat kalau Profesor Mike berjanggut dan pria ini tidak berjanggut.
Dax tidak bisa melihat wajah orang itu karena tertutup tudung. "Mungkin itu hanya bayanganku saja. Buat apa juga orang yang gak kenal aku merhatiin aku". Dax pun memasuki ruang bioskop.
Selama film berlangsung, Dax terus memikirkan pria berjaket tadi, "Mungkin itu Andi? Ah, kenapa terus kupikirkan sih? Mungkin pria itu tidak melihat ke arahku, cuma bayanganku saja."
Setelah filmnya selesai, Dax memutuskan untuk membeli makanan untuk dimakannya di rumah. "Ini benar benar hari yang membosankan."
Di luar, Dax ingin memesan GO-CEK tapi gak jadi karena uangnya sudah habis untuk membeli makanan tadi. Akhirnya, Dax terpaksa pulang dengan berjalan kaki.
Dalam perjalanan pulang, Dax melihat 2 orang remaja yang memaksa seorang anak memberikan uangnya.
Dax berpikir, sebanyak apapun polisi yang ditempatkan, seketat apapun peraturan dibuat, selalu ada orang orang yang melakukan kejahatan. Dax mencari cari tapi tidak melihat satu pun polisi.
Dax melihat anak itu meminta tolong pada Dax. Dax tidak mempedulikannya, karena kalau Dax membantu anak itu, Dax juga akan menjadi korban.
Dax akan meninggalkan tempat itu saat tangannya merasakan kantong jaketnya berdengung.
Dax memasukkan tangannya ke kantong, mengambil sesuatu di dalamnya, mengeluarkan tangannya dan membuka genggamannya. Di tangannya, pin yang dia bawa berdengung dan memancarkan sinar merah redup. Simbol api di tengahnya semakin jelas. "Apakah pin ini merasakan kesusahan orang itu?". Dax pun memutuskan menolong anak itu, kalau dia jadi korban, ya sudah... . Hanya ada satu masalah, Dax belum membaca petunjuk penggunaan pin itu yang ditulis di salah satu perkamen. Karena tidak tahu cara memakainya, Dax hanya menggenggamnya dan membayangkan kekuatan apapun yang ada di pin itu berpindah ke tubuhnya.Sambil menggenggam pin itu, Dax mendekati mereka. "Hei, lepaskan dia!", salah satu dari remaja itu menoleh, "Apa katamu? Berlagak jagoan ya? Pergi sana, jangan ikut campur." "PENGECUT!!"sekarang dua duanya menoleh ke Dax "Cari mati ya? Sini kau!"salah satu dari mereka dengan cepat melancarkan pukulan ke Dax yang terkejut dengan serangan itu. Tapi entah bagaimana Dax menangkap tangan pria itu "Apa?!"pria itu pun terlihat terkejut, tapi tidak lama. Dia memukul Dax lagi, Dax menangkap nya lagi, lalu dengan cepat Dax memuntir tangan pria itu dan menendang perutnya. Pria itu terjatuh dan menjerit kesakitan.
Dax benar benar terkejut, sebelum ini dia hanya bisa mengalahkan adiknya.
Teman pria itu sempat takut tapi tetap menyerang Dax, dan dengan cepat Dax menghindar dan menendang kaki pria itu hingga terjatuh.
Pria itu bangun kembali lalu melayangkan pukulan berturut turut, tapi dengan santai Dax menghindar dan balas menyerang. Pria itu terdorong ke belakang, dan dengan cepat Dax berlari ke belakang pria itu, melompat ke sebuah balok kayu, melompat ke arah pria itu dengan balok itu sebagai tumpuan, membayangkan tangannya diselimuti kobaran api, dan masih melayang, meninju pria itu sekeras mungkin.
Dax mendarat dengan lembut. Di depannya, pria itu menjerit menjerit dalam kaos yang bagian punggungnya terbakar. Dax melihat tangannya, diselimuti api dan tangannya tidak kepanasan sama sekali. "Anak tadi tidak kelihatan, mungkin sudah pulang.". Dax melihat tangannya, api di tangannya sudah hilang. Dax bersyukur tidak ada yang melihat kejadian ini. Masih terkejut, Dax berjalan pulang. Dia menyadari hidupnya tidak akan sama lagi karena dia adalah...'Sang Pewaris'.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Warrior
FantasiDax, anak SMP biasa terpaksa mengalami petualangan penuh pertarungan melawan sang Ninja Bayangan. Elemen api dia kuasai pertama kali, namun mampukah dia selamat dari musuh musuh yang selalu mengintai?