Sesampainya di rumah Professor Mike, segera kusandarkan sepedaku di pagar rumah Professor Mike. Penjaga yang minggu lalu kubakar rambutnya tidak terlihat, kelihatannya dia tidak akan kembali. Saat ku coba membuka pagar, pagar itu tetap diam di tempat. "Sebelumnya pagar ini tak pernah dikunci." Ingatku.
Aku mencari bel atau apapun untuk membuka pagar ini, tapi malah menemukan kamera kecil di pinggir pagar. Saat ku arahkan wajahku tepat ke kamera itu, pagar rumah seketika terbuka. Aku terkejut, "Professor Mike kan tidak pernah men scan wajahku atau semacamnya. Kenapa kameranya bisa mengenaliku? Teknologi semakin berkembang saja."
Segera aku memasuki rumah Professor Mike.Kumasuki laboratorium Professor Mike, cahaya terang menutupi mataku. Setelah mataku membiasakan dengan cahaya ini, kulihat laboratorium Professor Mike. Berkebalikan dari minggu lalu, semua barang berada di tempatnya, tapi aku tidak bisa melihat Professor Mike di sini."Dia pasti di laboratorium nya di bawah."
Aku berjalan ke tengah laboratorium, piringan yang menjadi satu satunya jalan ke bawah telah di pasangi pegangan. Sepertinya Professor Mike merasakan apa yang ku rasakan saat melakukan perjalanan ke bawah. Efek dari perjalanan itu jelas akan menyulitkan Professor Mike dalam bekerja. Perlahan, ku injakkan kakiku di piringan itu. Dalam sekejap, piringan itu membawaku ke bawah. Kecepatan perjalanan itu telah mengeluarkan semua udara dalam paru paruku.
Setibanya di bawah, atap laboratorium Professor Mike mengeluarkan masker oksigen. Secepat kilat ku sambar masker itu dan kupakai kan di wajahku. Seketika udara memenuhi dadaku kembali, dan kulepas masker itu. "Hah..hah. Lain kali, pasang masker ini di lorong perjalanan piringan ini." Ucapku sambil masih menarik udara. "Untuk itu aku perlu selang sepanjang ¼ kilometer. Kalau kau mau membuatkannya aku berterima kasih." Jawab Professor Mike tanpa mengalihkan pandangan dari mejanya.
Professor Mike menoleh "Selamat datang. Ada apa kau kesini? Ingin berterima kasih atas nilai ujianmu yang sempurna?"
"Tidak, nilai ujiannya dibagikan besok lusa, secepatnya sore ini, walaupun aku yakin nilaiku paling bagus. Aku kesini untuk.." ku tunjukkan perkamen yang diberikan Professor Mike minggu lalu "..meminta penjelasan tentang ini."
Professor Mike melihat ke perkamen yang kupegang, "Apa yang ingin kau tanyakan?" Tanya Profesor Mike.
"Saat ku pegang lempengan di tengah ini.." Aku menunjuk lempengan itu, "..aku melihat semacam... ingatan seseorang."
Professor Mike terkejut, "Sungguh? Apa yang kau lihat?".
Kuceritakan lengkap apa yang kulihat saat menyentuh lempengan."Bisa kau berhenti menyebutnya lempengan? Benda ini tidak rata." Keluh Professor Mike mendengar ku terus menyebut benda itu 'lempengan'.
Saat aku selesai bercerita, "Kau yang menemukan perkamen perkamen ini, kau seharusnya tahu maksudnya."ucap ku.
"Aku jelas tidak tahu bagaimana memasukkan memori ke sebuah logam. Tapi kau tahu kan siapa yang menulis perkamen perkamen ini?" Tanya Profesor Mike.
"Eh... murid sang Pendekar kan? Maksudmu..."
"Pemuda yang kau katakan tadi adalah murid Sang Pendekar, dan pria berjubah itu Sang Pendekar." Lanjut Professor Mike.
"Lalu siapa pria berjubah hitam itu?"
"Aku tidak tahu. Tidak satu pun perkamen yang menjelaskan tentang pria itu. Tapi katamu tadi, Sang Pendekar menghentikan usia muridnya. Seharusnya dia masih hidup sekarang."
"Hah..kalaupun dia masih hidup, bagaimana aku menemukannya? Dia bisa di mana saja di seluruh dunia." Bantah ku
"Mungkin dia sudah menemukanmu. Dia mulai mencarimu saat kau lahir, dan waktu..."
"15 tahun."
"...15 tahun lebih dari cukup untuk menemukan mu." Lanjut Professor Mike. "Mungkin dia merasa waktunya belum tepat, sehingga dia belum menunjukkan diri kepadamu."
"Jadi, Aku harus menunggu?" Tanyaku mengingat aku mendapat nilai 0 dalam ujian kesabaran.
"Ya, seperti itu." Jawab Professor Mike.Aku mendesah. Tiba tiba perhatianku tertuju pada meja Professor Mike. "Apa itu?" Kudekati meja Professor Mike untuk melihat lebih dekat.
Di komputer Professor Mike terpampang rancangan sebuah kostum, "Apa ini?" Tanyaku.
"Bukan apa apa." Ucap Professor Mike sambil mematikan komputernya."Aku pulang dulu, Prof." Pamit ku.
Aku menghabiskan sisa hari itu dengan merenung, kenapa aku terlibat dalam semua ini? Saat kupikir 'akhirnya aku bisa hidup dengan normal', kini ketidaknormalan kembali datang padaku. Aku meraih ponselku, berharap menemukan sesuatu untuk mengisi kekosongan. Nilainya ujiannya sudah dibagikan. Nilaiku tertinggi se Indonesia. Teman temanku pasti yakin daftar nilainya di hack. Kuputuskan memberitahu orang tua ku besok. Aku tidak ingin membuat masalah malam malam.
19.56. Setelah makan malam, kulempar badanku ke kasur ku tercinta. Anehnya malam ini aku tidak bisa tidur. Saat aku berusaha memejamkan mata untuk ke 1.337 kalinya, seseorang di belakang ku, dari jendela kamarku, berkata dengan suara yang ku harap tidak akan pernah kudengar lagi selama hidupku, "Sang Pendekar lebih tinggi dari mu.".
KAMU SEDANG MEMBACA
The Warrior
FantasyDax, anak SMP biasa terpaksa mengalami petualangan penuh pertarungan melawan sang Ninja Bayangan. Elemen api dia kuasai pertama kali, namun mampukah dia selamat dari musuh musuh yang selalu mengintai?