Bab 23

24 2 1
                                    

"Wahahahahaha... Dia? Superhuman? Ahahahaha... Aku tidak bisa berhenti tertawa!"

Aku terus menerus tertawa sejak Prof. Mike mengatakan Nero adalah Superhuman.

"Paman, boleh aku memenggalnya?"

"Bercanda ya? Kau bakal jadi abu bahkan sebelum menyentuh ku. Aku bahkan tidak yakin kau bisa mengalahkan ku dalam perkelahian tangan kosong."

"Mari kita buktikan di sini."

"Aku mau saja, tapi aku tidak mau merusak lab, Prof. Mike melarangnya."

"Kita tidak akan bertarung di sini." Nero menoleh ke Prof. Mike.

Prof. Mike mendesah, lalu menempelkan jempolnya di dinding. Sebuah pintu serta merta terbuka.

"Jangan terlalu keras kalau menyerang. Ruangan ini dibuat dengan vibranium terakhir yang kumiliki, dan harga nya tidak murah."

***

"Kau yakin mau bertarung denganku? Aku sudah melihat apa yang bisa dilakukan kekuatan ini."

"Dan aku juga sudah melihat apa yang bisa kulakukan."

Aku dan Nero berdiri berhadapan, sementara Prof. Mike mengamati dari ruangan kaca di atap ruangan besi ini.

"Baiklah kalian berdua, silakan mulai pertarungan nya."

Dengan penuh kesombongan, aku melempar pin ku dan memukulnya sampai hancur di udara. Jubah merah langsung mewujud di sekeliling tubuhku. Tubuhku berubah menjadi tubuh rupawan penuh otot. "Keren kan? Kau tidak punya yang seperti ini!" aku berseru penuh kesombongan.

Nero tersenyum, "Giliranku.".
Dia menempelkan 2 gelang di kedua tangannya. Kostum yang lumayan keren keluar dari kedua gelang itu dan merambat menutupi tubuhnya.
Kostum berwarna hitam dengan garis biru menyala menempel ketat di tubuhnya. Dari titanium mungkin...

"Yah...kostum tidak menentukan kekuatan. Kita mulai sekarang!"
Aku melesat dan menghantam kan tinju ku ke Nero. Detik berikutnya, jari jari Nero menusuk beberapa bagian tubuhku, dan tubuhku lumpuh.

"Aku tahu ini akan mudah, tapi aku tidak menduga akan semudah ini."

"Apa yang kau lakukan? Dasar bocah terkutuk!"

"Menusuk titik lumpuh mu tentu saja."

"Bajingan kau!!! Bebaskan a..."

"Nero, bebaskan dia! Kita mulai ronde 2."

"Tapi itu curang! Dia tidak boleh melumpuh..."

"Tidak. Itu sepenuhnya adil. Nero menggunakan kemampuannya sendiri."

Nero menusukku dengan jarinya lagi, dan aku terjatuh.

"Berdiri. Mari kita lanjutkan."

Baru saja berdiri, dan Nero sudah menghilang. Satu satunya hal yang menunjukkan dia masih di sini adalah hembusan angin yang berputar mengelilingi ruangan ini. Nero sedang mengelilingi ruangan ini dengan kecepatan tinggi, cukup cepat untuk membuat jubahku berkibar tidak beraturan.

"Bisakah kau berhen..." 'Dieessh'. Sesuatu menabrak ku dari belakang.
"Berhenti berputar dan hadapi aku dasar kau pengecut!"

Nero berhenti di depan. "Hahaha...baik, cukup bercanda nya. Kita mulai!" Dia mulai meluncur. Aku baru menyadari di kakinya ada satu roda di tiap kakinya.

Nero melempar ring blade ke arahku. Secara reflek, aku menangkap ring blade Nero dan melempar nya kembali. Dia sudah menghilang, tentu saja.

Sesuatu menabrak ku dari samping. Belum sempat aku berdiri tegak, Nero menabrak ku dari belakang. Lalu dari depan. Dari kanan. Memukul belakang kepalaku. Menendang kakiku. Semua itu aku terima sambil mengumpulkan amarah. Beda dengan kebanyakan orang yang menjadi berantakan dan tidak fokus saat marah, aku malah semakin waspada dan refleks meningkat pesat.

Badanku menyala hijau, lantai yang kuinjak mulai berasap, gerakan Nero melambat, dan aku sedikit berkeringat, jadi kukira aku sudah cukup panas.
Aku menghantamkan tinjuku dan DUAAR! Gelombang kehijauan menyebar ke seluruh ruangan. Nero yang tidak sempat menghindar, terhempas, menggelinding, dan menabrak dinding ruangan.

"SON OF A B*TCH!!! Apa apa an itu?!"

"Hei hei hei... Aku menggunakan kemampuan ku sendiri. Tidak curang kan?" aku tersenyum pongah.

"Not bad. Lumayan untuk pemula." Ucap Prof. Aku tidak tahu itu pujian atau tidak. Bagian 'pemula' nya tidak terdengar seperti pujian.

"Kalian harus me..." Alarm berbunyi dari ponsel Nero. Di atas Prof Mike mengeluarkan ponsel nya. Kutebak ponsel nya membunyikan alarm yang sama.

"Pencopetan di Jalan Pacar. SMP 1!"

"Copet tidak se level dengan kemampuanku. Biarkan saja." Ucap Nero sambil meninggalkan lab.

Prof Mike mendesah, "Dax, bisa kau atasi ini?"

"Tunggu. Kau dan Nero menangkap pencuri selama ini. Kenapa tidak ada yang pernah melihatnya?"

"Nero cukup cepat. Hanya beberapa orang yang pernah melihatnya dengan jelas. Orang lain hanya melihat kelebatan biru atau tidak melihat apa apa."

Aku percaya ucapan Prof Mike, tapi aku yakin tidak pernah melihat kelebatan biru di jalanan. Aku pasti ingat kalau pernah.

"Baiklah. SMP 1 ya? On my way!"

Aku lantas keluar dan terbang ke sekolah ku sendiri.

The WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang