Chapter 10

2.6K 273 112
                                    

--- Happy Reading ---


Krist berjalan menyusuri lorong dorm menuju kamar Singto. Entah kenapa dadanya berdegup kencang. Tidak biasanya ia seperti ini saat akan bertemu dengan kekasihnya. Pernah sih, tapi itu dulu ketika mereka pertama kali berkencan.

Sampai di depan pintu, ia ragu akan mengetuknya. Ia menggigit bibir bawahnya. Ia memiliki firasat yang cukup tidak baik. Namun ia berusaha menepisnya. Krist mengambil nafas dan membuangnya perlahan.

"Su su na Kit!" Bisiknya sambil mengepalkan tangan kanannya ke udara menyemangati dirinya sendiri.

Tok tok tok

Diketuknya pintu dorm Singto. Tak lama kemudian terbukalah pintu tersebut. Krist berusaha tenang dan menampilkan senyum terbaiknya.

"Masuklah!" Ucap Singto dingin.

Krist memasuki kamar Singto. Dilihatnya beberapa botol minuman beralkohol yang sudah kosong diatas meja tempat Singto makan. Krist membalikkan badan mengahap kearah Singto yang kini berdiri menyandarkan pinggangnya pada meja laci dibelakangnya sambil bersedekap dan menatapnya tajam. Krist susah payah menelan salivanya ia sangat gugup saat ini.

"Bagaimana lukamu P' apa masih sakit?" Tanya Krist mencoba memecahkan keheningan. Tangannya terulur menunjuk wajah Singto namun Singto memegang tangannya dan menurunkannya.

"Hanya luka kecil. Tidak apa – apa. Diantar siapa?" Tanya Singto masih dengan nada dinginnya.

"Oaujun.." Jawab Krist berusaha mati – matian agar suaranya tak bergetar. Krist yakin saat ini kekasihnya masih dibawah pengaruh alkohol. Itu terlihat jelas saat Singto berbicara ia mencium aroma alkohol dari mulut Singto.

"Kau tau kesalahanmu?!" Tanya Singto.

Krist memejamkan matanya sejenak sebelum menatap kembali mata tajam bak elang milik Singto.

"Aku...mengkhawatirkan Kim didepanmu" Jawab Krist lirih.

"Tidak itu saja..kau, sudah berani disentuh oleh laki – laki lain selain aku dan temanmu yang kupercaya itu yang pertama. Kedua, seorang junior memanggil seniornya dengan nama kecilnya tanpa embel – embel P'. Bukankah itu menunjukkan betapa akrabnya kalian?" Krist menggeleng mendengar penuturan Singto. "Ketiga, seperti yang kau katakan tadi. Berani – beraninya kau mengkhawatirkan lelaki brengsek seperti Kim dihadapanku. Keempat, kau mengabaikan peringatanku lagi. Dan kelima apa kau balas dendam hingga bermain dibelakangku hmm?!" Jelas Singto penuh penekanan.

Kini Krist bingung, keningnya berkerut mendengar semua penuturan Singto. Mungkin pertama, kedua dan ketiga ia mengaku salah walaupun sebenarnya itu berlebihan. Namun penuturan Singto keempat dan kelima ini sudah tak masuk akal. Peringatan mana yang ia langgar sekarang. Bukankah ia sudah menuruti Singto untuk menjauh dari Godt, ia sudah berusaha menghindar dari sahabatnya itu. Lalu Kim, ia sudah tak mempedulikan Kim setelah malam itu. Dan kini kekasihnya menuduhnya bermain dibelakang. Jujur saja Krist sakit mendengar Singto yang menyudutkannya seperti ini.

"Aku memang salah, tapi aku tidak mengabaikan peringatanmu dan bermain dibelakangmu. Ada apa denganmu P'? kalau kau marah padaku setidaknya jangan menuduhku tanpa alasan seperti itu!" Ucap Krist masih dengan nada lembut.

Melihat raut wajah Krist yang tampak bingung dan menatapnya tak percaya. Akhirnya Singto mengambil ponselnya membuka chat orang misterius yang mengiriminya foto Krist dan Kim dari aplikasi Line.

Singto melempar ponselnya keatas kasur sebelah Krist.

"Lihatlah, apa kau bisa menjelaskan itu?"

Krist mengambil ponsel Singto, seketika matanya melebar melihat foto dirinya bersama Kim semalam. Mungkin itu akan biasa saja jika difoto tersebut mereka hanya berhadapan, tapi kini Krist tau apa yang membuat Singto salah paham. Disini menunjukkan Kim yang memegang tangannya saat ia tak sengaja menyentuh luka diwajah Kim.

If You Do [Sequel To "Back To You"][Singto X Krist - Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang