Prolog

4.9K 206 2
                                    

Wanita bernama Maria wardana bergelar CEO disebuah hotel bintang lima itu tak ikut seperti yang lain. Wajahnya datar tak menangapi gubrisan sang mommy, membuat wanita separuh baya itu menghela nafas

Ia sudah terbiasa dengan sikaf jutek sang putri, ia tau apa penyebab dari semua. Daddy angga, pria separuh baya itu menganguk kecil memberi isyarat agar tak memasukan kedalam hati sifat sang putri

Dua puluh enam tahun berlangsung seperti ini, putri sulungnya tak pernah sekalipun menanpakkan tawa atau senyum pada semua. Wajahnya selalu datar dan pandangannya tak bersahabat, ia membangun pertahanan diri dengan kokoh sehingga siapapun takut tuk mendekatinya

Menurut mereka maria masih terlalu balita tuk mencerna apa yang terjadi semasa pertengkaran akibat salah paham dimasa dulu, berbeda dengan dokter. Katanya maria memiliki Intelligence Quotient yang hampir sebanding dengan Albert einstein 160.

Jadi tidak heran jika ia mengingat kejadian itu karena ia dialiri kepintaran sang daddy.

"Minggu kemarin kenapa gak pulang" tanya daddy, menanyakan secara gak langsung kesibukan sang putri

"Banyak kerjaan"

Trankk

Daddy meletakkan sendoknya dengan kasar menatap kecewa sang putri

"BERHENTILAH BEKERJA, BERAPA KALI HARUS DADDY KATAKAN. UMUR KAMU SUDAH PANTAS TUK MENCARI PASANGAN HIDUP, KAMI SUDAH TERLALU TUA TUK MENGATURMU. KAPAN KAMU ADA WAKTU TUK MENGHABISKAN BERSAMA KAMI" bentak daddy

Adik kembar maria menunduk, ini kali pertama melihat sang daddy diliputi amarah. Sedangkan Mommy anggi langsung berusaha melerai dan mengingatkan pasal jantung lemah angga

Jika di drama sang putri akan memilih kembali marah dan langsung pergi berbeda dengan maria, wanita itu tampak ateng dan melanjutkan sarapannya.

"Ja-jantungku" keluh angga sebelum tergeletak di lantai dapur
"DADDY" teriak ketiganya panik

Maria masih tampak ateng, ia hanya menatap datar semua.
"Aku gak akan maafin kakak kalau terjadi apa-apa dengan daddy" kecam Agatha kembaran Agendri yang sudah membawa sang ayah keluar dengan bantuan asisten rumah tangga dan sopir sebelum berlalu dari sana

Maria meletakkan sendok dan garpunya, ia menghapus sisa makanan dari sudut bibirnya. Ia meraih tas dan benda pipih yang selalu setia bersamanya

Maria merogoh kunci mobil kebanggaannya yang ia beli dengan jerih payahnya sendiri dan berlalu dari sana. Rumah mewah yang memiliki kenangan buruk dari balita kecil yang masih terlalu dini menyaksikan pertengkaran sang orang tua.

Maria keluar dari mobil melangkah elegan dengan kaki jenjangnya di lantai marmer yang di pernak seelegan mungkin sehingga menarik minat para pengunjung

"Selamat pagi Miss" sapa semua karyawan dengan hormat

Hotel berbintang lima ini terkenal dengan keramahan seluruh staffNya

Seorang pria berusia dua puluh delapan tahun berparas tampan, tinggi, putih, memiliki mata sipit keturunan cina seperti oppa korea tampak berlari dengan kencang menuju barisan para staff

"Terlambat lagi" tegur HRD disana pria berkepala plantos dan perut buncit
"Maafkan saya, tadi saya harus kerumah sakit dulu" jelasnya

"Keruangan saya" Seru maria datar sebelum menuju ruanganya dilantai atas

Kenzi Frezkiparindo Tan pria keturunan cina itu tampak menghela nafas kasar, ia mendumel dalam hati dengan sifat dingin atasannya yang selalu sesuka hati terhadap dirinya.

Tok tok

Kenzi mengintai seperti maling kedalam ruangan maria, ia bisa melihat wanita itu tampak sibuk dengan berkas di meja kebesarannya

Don't Touch HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang