Chapter 12 : Merci Bien

46 10 0
                                    

Thank you. It's just, you're too good for me and i'm too bad for you
- RLC (Chapter 12)

******

Ana's POV

Dimana aku? Bukankah itu kakak?

Pertanyaan itu berputar bak komedi putar di dalam kepalaku saat aku melihat perempuan itu.

Usia kami hanya berselisih 7 tahun, namun bagiku kakak adalah seseorang yang mengagumkan.

Putri An.

Begitulah mereka memanggilnya. Kakak memiliki aura hangat yang membuat siapapun nyaman berada di sekitarnya. Ia terlahir dengan segala kecantikan dan kekuatan yang melimpah. Membuatnya sempurna.

Aku melihat diri kecilku sedang memperhatikan kakakku latihan. Sesekali, jemari mungilku menyentuh air yang menari diudara, tentu saja dengan kendali kakakku.

Ah, aku ingat ini. Saat itu usiaku baru menginjak satu tahun dan sebagai hadiah kakak menampilkan sebuah sihir padaku.

Diri kecilku tertawa dan tersenyum dengan polosnya kala melihat kakakku melakukan adegan mengesankan maupun adegan yang kocak.

"Astaga, ternyata kalian disini. Ibu pikir kalian melarikan diri keluar kastil."

Kakak yang sedari tadi dengan gemulai memainkan jemarinya diudara seketika berhenti dan tersenyum polos, sedangkan diri kecilku segera mengangkat kedua tanganku.

"Up up." Percaya atau tidak aku belum fasih berbicara jadi yqng keluar hanyalah bahasa cinta- maksudku bayi.

Ibu yang baru saja datang segera meraih tubuh mungilku dan menggendongku.

Aku menemukan jemari kecilku bermain-main dengan surai putih ibu yang selembut sutra.

Kakak mewarisi rambut nan indah itu, sementara aku mewarisi surai coklat Yang Mulia Raja Davon, ayahku. Aku tak akan iri padanya karena aku mewarisi iris kuning keemasan milik ibu dan tentu saja kakak memiliki samudra milik ayah.

"Ayolah sebentar lagi sang bulan akan tiba, sebaiknya kita segera masuk. Cepat bersihkan dirimu dan segeralah turun untuk jamuan makan malam An." ucap beliau dengan tenang dan tentu saja dengan sebuah senyum.

"Baik bu! Akan kulanjutkan nanti Ana, tenang saja."

Kakak mengacak-acak rambutku dan mengecup pipiku gemas lalu beranjak menuju kamar miliknya.

---

Sebuah geraman menyelinap melalui mulutku kala kudengar ketukan pintu nan halus itu yang tentu saja sangat mengganggu tidurku.

Kuhiraukan ketukan itu dan untuk beberapa saat ketukan itu berhenti dan berjalan kembali beberapa detik kemudian. Membuatku kesal dan segera duduk di atas tempat tidurku yang menggoda.

"Apa?!"

Oh siapapun engkau sang pengganggu di balik pintu, kuharap engkau segera musnah dari muka bumi ini jika tidak biarlah pintu mahoni itu yang menggantikan tempatmu. Tapi kumohon, kumohon BIARKAN AKU TIDUR.

Requiem la Candenza (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang