Chapter 24: Rosenquarz and Froztzea

8 4 0
                                    

You can't hate someone if you never know how it feel to love someone****Alexei's Point of View

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't hate someone if you never know how it feel to love someone
****
Alexei's Point of View

"Jadi katakan Mrs. Rehezkiel. Apakah benar anda telah mengenal Cor- Miss Marquez sejak kecil?"

Pertanyaan konyol lagi. Aku tidak mengerti kenapa kedua setan ini menggangguku. Memangnya mereka tidak bisa melihatku bahagia apa? Menyebalkan.

"Tidak. Aku baru mengenalnya oke! Sekarang tinggalkan aku!"
Lihat? Aku bahkan sudah membentak. Tapi mereka masih saja menempel. Dasar. Sebenarnya mereka terbuat dari apa sampai lengket begitu. Ada-ada saja.

"Baiklah, bagaimana dengan Mr. Primrose? Apa anda mengenalnya sedari kecil juga?"

Argh!

Akan kubakar mereka! Tidak, tunggu. Kalau si pangeran kurang ajar itu tau maka aku akan mati. Cih. Coba saja mereka tidak salah sangka. Aku kan tidak harus bekerja pada si brengsek itu.

Ah aku tahu aku harus apa. Tapi memangnya aku boleh melakukannya? Peduli setan. Dia hanya menyuruhku untuk mengawasi dan menyingkirkan gangguan. Dan lagi gadis nymp beserta gadis aneh ini juga sepertinya sebuah gangguan. Apa aku coba saja ya?

"Guiliarvo.", "Kyaa!"

Angin berhembus kencang. Mengangkat kedua gadis itu setinggi mungkin. Dengan langkah ringan tentu saja aku langsung berputar dan beranjak pergi. Tapi sebelum itu terjadi sesuatu berwarna putih bergerak dengan sangat cepat melewatiku.

"Horhiestra!"

Dan sesaat kemudian tubuh kedua gadis yang hampir jatuh menabrak tanah berhenti.

Sosok putih itu menatapku garang. Tidak, tidak, tidak garang. Tapi lebih seperti kesal. Kau tahu bukan? Dia tidak bisa marah. Dengan berapi-api sosok itu menghampiriku. Rok hitam selutut dengan garis hijau miliknya bergerak dengan lembut.

Aku berani bersumpah kalau sosok itu tidak berubah sama sekali sejak kejadian 7 tahun lalu. Apalagi sisinya yang ini.

"Alexei Gwendolyne Rehezkiel."

Netra merah itu menatapku berapi-api. Apa aku takut? Tentu saja tidak. Dibandingkan kekuatan asli milik-nya sosok ini tidak ada apa-apanya. Sayang sekali- atau mungkin beruntung? Entahlah. Yang jelas aku bersyukur Raja telah menyegel kekuatannya dan kalau dia memakainya sekali lagi dia akan mati.

"Senang melihatmu juga Miss Marquez. Kau memakai lensa? Atau jangan-jangan salah satu ramuanmu gagal dan berefek pada matamu."

Baiklah. Sekarang sosok itu menatapku dengan garang. Tapi, hei! Siapa peduli. Toh aku juga masih bisa mengalahkannya.

Tunggu, ada yang salah. Mana si baik hati? Biasanya aku masih bisa merasakan aura dan merasakan kekuatannya. Bahkan saat si baik hati dalam keadaan kritis yang membuat kekuatannya hampir tidak terasa.

Requiem la Candenza (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang