Chapter 14 : Trias Politica?

51 9 0
                                    

Victory is for temporary,but
Pain is for eternally

******

Corry's POV

Oh ayolah! Mengapa aku selalu menarik perhatian orang-orang atau apapun di sekitarku? Pertama putri Luciana dan sekarang, aku sedang berada di tengah hutan dan sesuatu sedang memperhatikanku!

Sedari tadi aku terus merasa diawasi. Kupikir hanya halusinasi semata, namun dengan suara gemerisik diantara semak-semak dan pepohonan aku yakin sekali bahwa seseorang sedang mengawasiku, atau mungkin... sesuatu.

SRAK

Segera aku berbalik dan begitu melihat sebuah mata pedang terhunus kearah tubuhku, aku segera menghindar.

"A-Apa yang anda lakukan?! Saya hanya sekedar melintas! Mengapa anda menyerang saya?!"

Mahkluk itu tak bergeming mendengar ketidak setujuanku yang terserukan begitu saja di depan wajah bertopeng miliknya.

Dapat kukatakan ia seorang perempuan, dilihat dari surai pirangnya yang melebihi panjang rambut para lelaki dan gaun selutut miliknya.

"Berhentilah engkau bersandiwara iblis jelek! Kau mata-mata yang dikirim dari dunia bawah bukan?! Aku akan mengakhiri hidupmu disini!"

Gadis tak dikenal itu memaki dan menggenggam erat pedangnya lalu berlari dan... terjatuh. Oh, sudahkah kukatakan bahwa ia seorang anak kecil?

Gadis- ralat anak kecil itu tersungkur dengan tidak kerennya di hadapan diriku yang dianggapnya lawan. Pedang indah tadi menghilang dan topeng yang ia kenakan pun terlepas dari parasnya yang menghadap tanah.

"Anda baik-baik saja?"

Kuulurkan tanganku, bermaksud baik membantu anak kecil itu. Namun dengan kasar ia menampik tanganku dan berdiri dengan perlahan. Kentara sekali ia merasa malu, dilihat dari kedua tungkainya yang bergetar.

"Tak tahukan engkau siapa aku? Aku adalah Putri Shelvestria!

Putri kerajaan Vishalin, secara teknis kerajaan kami termasuk dalam kerajaan surrexerunt, tapi- Ah sudahlah tak ada gunanya menjelaskannya padamu mata-mata!"

Sebuah tiara muncul di atas kepalanya, membuatnya terkesan imut. Tak lama kemudian sebuah kobaran api muncul ditangannya dan menampakkan sebuah buku.

Jemarinya yang lentik membuka buku halaman demi halaman dan buku besar itu seperti melayang.

"Maafkan saya, tapi jika diperbolehkan saya dapat memperkenalkan diri terlebih dahulu agar semua menjadi lebih jelas, saya-"

Ucapanku terpotong oleh ledakan sihir yang lumayan besar, membuat sebuah aliran angin yang kuat mengarah keluar dari anak kecil itu, mengelilinginya seperti perisai.

"Cukup basa-basinya!"

Anak kecil itu berteriak nyaring dan sebuah pentagram raksasa berwarna emas menyilaukan muncul di bawah kaki mungilnya.

"Wahai naga yang perkasa, datanglah dan bunuhlah seluruh musuh yang menghadang, lenyapkan segala yang kerajaan yang melawan.

Requiem la Candenza (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang