Chapter 1 : Getting a Scholarship

183 15 2
                                    

I always smiling, until i forgot, which one is the REAL smile and which one is the FAKE smile.

******

Corry's POV

***

Seorang wanita tampak sedang berlari dengan anggun melewati lorong megah itu.

Wanita itu menggendong seorang bayi kecil dalam dekapannya dan menggandeng seorang anak kecil lagi di sisinya.

Mata kuning keemasannya menelusuri setiap detail lorong itu seraya terus berlari. Lalu ia berhenti di depan sebuah pintu kayu sederhana yang entah mengapa tampak sangat tidak cocok dengan lorong yang super megah itu.

"Cepat Lia! Masuklah ke dalam! Aku akan menyusulmu!" Seorang pria dengan paras tampan dan pedang di tangannya terus menerus menebas seluruh peri bumi itu dengan kasar.

Perempuan itu segera membuka pintu dan mendorong sang anak perempuan lalu ikut masuk seraya menutup pintu. Seketika setelah tertutup, pintu itu menghilang dengan sendirinya.

"Mommy aku akan membantu daddy." Gadis kecil itu berdiri dan hendak pergi meninggalkan sang Ibu, namun dihentikan dengan tangisan sang bayi.

"Jangan An, mommy mohon. Biarkan daddy menghadapi mereka semua. Bantulah daddy dari sini jika kau mau..." Sang ibu terisak. Membuatnya tak dapat menyelesaikan kalimatnya.

"Baiklah mom." Sang gadis kecil kemudian mengulurkan tangannya ke arah pintu dan menutup matanya. Memfokuskan seluruh energi pada telapak tangannya.

"Maxima destructo..." ucap gadis kecil itu lirih. Ia membuka matanya, menampilkan iris hitam legam dengan sebuah rune berbentuk lingkaran di tengahnya.

BOOM...

Suara ledakan itu terdengar sangat kuat yang berarti bersumber dari luar rungan ini. Setelah itu semua menjadi hening dan hanya suara reruntuhan yang dapat terdengar.

"Astaga An, tidak dapatkah engkau melakukannya dengan lebih hati-hati?"

Gadis kecil yang disebut-sebut sebagai An itu berlari menghampiri pria dewasa tadi.

Sontak pria itu merangkul putri kecilnya dan menjatuhkan pedang berlumuran darah miliknya.

Pedang itu adalah pedang sihir. Jadi setelah lepas dari genggaman sang pemilik, pedang itu akan menghilang menjadi partikel-partikel mana.

"Davon! Syukurlah kau selamat..." Wanita penggendong bayi yang bernama Lia atau Cerelia Cenwen la Rosenquarz itu merangkul pria -yang dipanggil Davon- dan putri kecil mereka dalam dekapannya.

"Sudahlah jangan menangis lagi. Semuanya akan baik-baik saja mulai sekarang."

***

Aku terbangun saat mendengar nyanyian para nymph. Tunggu nymph?

Ah aku tertidur lagi rupanya.

Requiem la Candenza (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang