Love break my bone, and you know what? I laugh.
****
Author's Point of ViewDi suatu tempat, di dalam sebuah bilik kecil yang hanya berisi single bed. Dua orang remaja tampak sedang berusaha menghancurkan tembok dengan sihir mereka.
"Dinding brengsek!"
Seorang laki-laki bersurai hitam dengan netra yang sama mengumpat seraya memukul tembok dengan tangannya yang terkepal.
"Maafkan aku Edward. Andai aku tidak menyerangmu. Semua tak akan berakhir seperti ini."
Gadis berambut putih dengan netra biru berkata dengan pelan. Dia kelihatannya sangat menyesali apa yang dia lakukan.
"Tak apa. Duduklah."
Edward si laki-laki dingin itu menyuruh Corry duduk di tepi ranjang, tepat di sebelahnya.
Pastinya Corry kaget, Edward saja terkejut dengan perkataannya sendiri. Seakan-akan bukan dia yang mengatakannya.
Ingat, mereka sedang diuji.
Lebih mengejutkannya lagi adalah fakta bahwa gadis itu menurut. Duduk di sebelah lelaki tampan di dalam sebuah kamar kecil dengan satu ranjang dan sinar sebuah lampu tidur yang redup.
Edward menatap lembut gadis itu. Tangan kanan Corry terulur, menyentuh wajah lelaki itu. Menyusuri setiap inci wajah tampan itu dan menyentuh lembut bibir bawah lelaki itu. Membuat Edward segera menangkap tangan mungil itu dan menggenggamnya, masih melekatkannya pada wajahnya.
"Jangan lakukan itu atau..." Corry menatap bingung saat mendengar ancaman Edward dan menjawab dengan polosnya.
"Atau?" Bagi Corry jawabannya adalah wajar, tapi untuk Edward itu seperti tantangan. Edward mendekatkan wajahnya dan berbisik di depan wajah Corry. Satu hal yang gadis itu tak sadari adalah adanya kabut nafsu yang menutupi mata hitam Edward.
"Atau ini-" Corry yang bingung langsung membuka mulut untuk bertanya lagi. Kesempatan ini tentunya
Edward mendaratkan bibirnya pada bibir Corry. Pria itu tengah menciumnya. Setelah beberapa saat gadis itu secara insting membalas ciuman Edward.
Keluguan Corry membuat Edward semakin mudah manautkan bibir mereka berdua.
Bibir lembut Edward bermain dengan bibir Corry dengan lembut. Perlahan semakin memburu oleh nafsu yang menggebu.
Tak puas hanya dengan sebuah ciuman, Edward mulai beranjak ke leher putih Corry. Gadis itu merasa tidak nyaman. Dia merasa aneh dengan sikap Edward yang tampak begitu menginginkannya.
Gadis setengah iblis itu menggenggam erat pundak Edward dan berusaha untuk mendorongnya menjauh. Sia-sia saja sih. Edward meletakkan tangannya di punggung Corry. Membuat gadis itu tidak bisa melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Requiem la Candenza (Discontinued)
FantasyAir mata hanyalah suatu malapetaka, karena itu jangan sampai engkau menangis. --- Corry tinggal di sebuah rumah milik bangsawan. Ibunya merupakan dokter terbaik di negerinya dan ayahnya merupakan perdana menteri di Surrexerunt Kingdom. Namun kehidup...