Chapter 13 : Revenge

55 8 0
                                    

I have live for too long until i forgot, what is the meaning of this life.
******

Author's POV

Seorang pemuda tampak tengah melangkahkan kedua tungkainya dengan begitu santai. Iris hitamnya menyapu pandang kearah orang-orang yang tengah bekerja.

Parasnya yang menawan tampak begitu datar menatap tajam kearah seorang perempuan yang tengah menyesap secangkir teh di ujung lorong.

Pemuda itu segera melangkah dengan cepat ke arah perempuan itu dengan wajah yang masih datar. Ditepisnya cangkir kaca itu dari tangan perempuan itu dan segera menarik perempuan yang lebih tua itu keluar.

"Feuer." Ucap perempuan itu pelan. Memunculkan sebuah api yang tampak menyelubungi telapak tangan perempuan itu, seperti sebuah sarung tangan.

"Corry sakit. Cepatlah."

Lelaki itu segera berbalik setelah memerintah perempuan yang jauh lebih tua itu.

Arcania Luvica la Marquez, istri dari perdana menteri Alvarez, perempuan dengan rambut coklat dan mata biru hazel itu terdiam. Berusaha mencerna setiap kata yang dilontarkan oleh Edward.

Tabib Arcana menghela nafas dalam-dalam lalu kembali berjalan mengikuti Edward menuju asrama, tepatnya kamar Corry.

"Dasar, kenapa lagi anak itu? Jika saja ratu tidak menitip-"

Segera tabib Arcana menutup mulutnya rapat-rapat saat sadar akan apa yang ia ucapkan.

Edward yang sedari tadi melangkah mendahului tabib Arcana segera berhenti dan menatap tajam perempuan itu.

"Apa yang kau katakan tadi?"

Keringat dingin muncul di kening tabib Arcana dan segera ia berusaha mengalihkan topik, namun Edward tak mengalah. Pemuda itu menutup matanya dan memfokuskan sihirnya.

Perlahan ia buka kembali kedua matanya, memperlihatkan iris biru yang sangat gelap dengan sebuah pentagram yang bersinar redup di tengahnya.

"Aku memerintahkanmu. Jelaskan apa maksud dari ucapanmu tabib Arcana."

---

Setelah tabib Arcana tiba di kamar Corry, beliau segera mengecek kondisi gadis itu, sementara Edward hanya bersandar pada salah satu dinding. Ia tak fokus pada kedua perempuan itu.

Pikirannya melayang pada apa yang dikatakan oleh tabib Arcana tadi. Ia masih tak dapat mempercayainya. Selama ini ia mengira Raja Davon mengungsikan putri tertua mereka pada salah satu dari 4 kerajaan tetangga.

Tapi kenyataan berkata lain. Kenyataan memutuskan untuk bermain dengannya. Kenyataan sangat suka menyiksanya. Kenyataan membuat pemuda itu bimbang.

"Raja dan ratu menitipkan putri mereka pada kami, keluarga Marquez."

Kata-kata tabib Arcana kembali berputar dalam benaknya. Membuat pikiran pemuda itu penuh dan sesak.

"Putri An, tepat 4 tahun sebelum raja dan ratu terbunuh. Mereka menitipkan putri An kepada kami dan menghapus ingatan putri akan keluarga kerajaan."

Requiem la Candenza (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang