"RIIICKY ... DIMANA KAMU?"
Teriakan itu berasal dari seorang cewek yang tengah menggebu-gebu. Matanya menyala tajam mencari seorang cowok yang telah berani mencoret belakang buku tugasnya. Kakinya terhentak-hentak di atas keramik putih. Rambutnya yang dikuncir seperti ekor kuda bergerak ke kanan dan kiri. Masih berusaha mencari cowok itu agar bisa meluapkan emosi yang sudah di ubun-ubun kepala.
"RIICKY, DIMANA KAMU? LIAT AJA YA KALAU AKU BISA NANGKAP KAMU. BAKAL AKU BEJEK-BEJEK KAYA TEMPE." Cewek itu masih belum menemukan di mana letak cowok itu bersembunyi. Kakinya tanpa lelah terus membantu dirinya mencari.
Agatha, nama cewek itu, menghentikan langkahnya ketika sampai di gedung belakang sekolah. Di sana, hanya ada daun-daun kering yang ditumpuk pada satu tempat, serta dahan pohon yang sudah tak berdaun lagi. Matanya kembali mencari secara tajam mengelilingi lokasi itu, berharap dengan satu tatapan ini ia berhasil mendapatkan cowok itu--Ricky.
Dan yang namanya dewi keberuntungan sedang ada dipihaknya, Agatha berhasil menemukan tempat Ricky bersembunyi. Dibalik pohon kecil yang sudah tidak berdaun lagi. Senyum licik mengembang begitu saja, Agatha langsung mengambil sebuah batu besar yang ada di tanah dan lalu melemparkannya ke arah Ricky.
DUGH!
Satu sasaran tepat di kepala cowok itu. Agatha tersenyum puas, Ricky mengaduh sakit. Sepertinya, Agatha harus berterima kasih kepada pohon kecil yang menjadi tempat persembunyian Ricky, berkatnya ia bisa menemukan cowok itu. Dengan tampang yang 'songong' Agatha meledek Ricky.
Lagian bloon banget, badan gede, ngumpetnya di tempat kecil,
"Mampus kamu, rasaiin tuh sakit. Mamam, emangnya enak. Wleeee." Agatha menjulurkan lidahnya meledek Ricky yang tengah mengusap belakang kepalanya.
"Kamu--" ucapan Ricky tertahan karena sakit yang terus menghantui kepalanya. Kau tahu kan, seperti dikartun, ia sekarang lagi mengalami burung kecil yang sedang memutari kepalanya.
"Apa? Masih mau lagi aku pukul pake batu?" balas Agatha dengan lantangnya. Ia bahkan sampe memajukan dadanya sebagai bukti tidak takut terhadap cowok itu. Hari gini, masih takut sama cowok? Agatha tertawa pelan, ia juga masih sedikit takut sama cowok.
"Bisa ngga sih kamu tuh jadi cewek yang lembutan dikit, bar-bar banget tahu ngga. Ngga ada yang suka, baru tahu rasa kamu."
Agatha mendengus, ya kali dia harus lembut, yang ada nanti Ricky malah seenaknya aja pada dirinya. Galak aja masih di jahili, apalagi lemah lembut yang kaya putri solo. Oh no, Agatha rasanya ingin langsung saja menghajar habis-habisan muka 'songong' yang diberikan Ricky.
"Aku. Ngga. Peduli. Sekarang, kamu harus tanggung jawab--"
"Kamu hamil?" ujar Ricky dengan tangan yang bergerak membentuk perut seorang ibu hamil.
Mata Agatha melotot mendengar ucapan 'vulgar' Ricky yang lolos begitu saja tanpa disaring dahulu, "Kamu ngomong apasih, mana mungkin aku hamil."
"Nah, terus itu apa maksudnya minta tanggung jawab, kalau bukan ya ... tau lah."
"Kamu itu bego atau apasih? Maksud aku bukan itu. Maksud aku, kamu harus tanggung jawab karena essai aku rusak gara-gara coretan ngga bermutu kamu. Apaan itu, Agatha love Ricky, ihh jijik tau ngga."
Ricky ber-oh ria dan tersenyum menyebalkan mendengar maksud Agatha, "Kenyataannya kamu memang begitu, kan? Ngaku aja, dulu kamu pernah suka sama aku."
Pipi Agatha bersemu merah kala Ricky mengingatkan kejadian memalukan itu. Ia langsung membuang muka menjauhi tatapan Ricky yang meminta pengakuan dari dirinya.
"Terserah apa kata kamu, intinya aku mau kamu harus kerjain lagi essai yang udah aku buat. Titik, ngga pake koma."
Setelah mengatakannya, Agatha pergi dari tempat ia dan Ricky berbicara tadi. Tempat dimana semua kejadian indah namun menyakitkan itu bermula. Punggung Agatha yang mulai menghilang, tak luput dari pandangan tipis Ricky. Bibirnya tersenyum ketika berhasil mengerjai Agatha lagi.
Kepala Ricky menggeleng-geleng sambil melangkah pergi. Tawa-tawa kecil lolos keluar dari bibirnya yang kecil. Sekali lagi, ia mengingat bagaimana wajah kesal Agatha yang terlihat lucu di mata dirinya, membuat ia ingin melakukan apapun untuk bisa melihat wajah menggemaskan itu lagi.
Agatha, Agatha, kamu lucu, dan aku suka.
Langkah Ricky langsung berhenti. Tunggu-tunggu, barusan dia bilang apa?
*****
A/n.
BILANG SUKA, KOY, BILANG SUKA. BUSETT DAH, KETAHUAN JUGA KAN LO SUKA SAMA AGATHAA. CIYEEEE. DAHAL INI MASIH AWAL KOY... WKWKW
WELCOME BUAT SEMUANYA, SORRY GUE MALAH BUAT CERITA BARU. TAPI, KALIAN TENANG AJA, GUE JAMIN KALIAN NGGA BAKAL NYESEL BACA CERITA RICKY DAN AGATHA KOK, SOALNYA GUE HARUS BERTAPA DULU BUAT BIKIN CERITA INI. HEHEHE
JADI KALIAAN HARUS SUKA, OKEY. MAKSA NIH GUE. WKWK
Dan untuk harapan gue dicerita kali ini ada banyak sebenernya, tapi kata orang dulu, jangan terlalu mengharapkan, nanti jatuhnya malah sakit. Jadi, gue ambil beberapa intinya aja:
- Semoga kalian suka, terutama gue. Semoga cinta mati gue akhirnya sama Ricky dan Agatha.
- Semoga gue bisa bertahan dan menamatkan cerita ini sesuai dengan alur yang udah gue siapin.
- Semoga cerita ini awal dari segala hal yang pingin banget gue capai. Aamiin.Okey, sekian dari bapak barunya Rikoy. Gue harap kalian semua suka, wkwkwk.
SAMPAI KETEMU DI BAB SELANJUTNYA. INI MASIH PROLOG LOH YA, hehehe.
Salam,
raggaziBogor, 26 Februari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
HSR (1): Ricky & Agatha
TeenfikceAmazing cover by @itsmeyeremia Bukannya kata orang jaman sekarang, cinta itu tumbuh karena terbiasa? Ricky & Agatha © Copyright 2018 by Raggazi