14. Kerja kelompok

147 23 1
                                    

Aku cuma lagi berusaha, memangnya itu salah ya?
Berusaha untuk membuat kamu mencintaiku.

This ain't for the best
My reputation's never been worse, so
You must like me for me

Delicate - Taylor Swift

*****

Ricky: Ta, hari ini aku ke rumah kamu ya, kita kerjaiin tugas kelompok berdua.

SEJAK mendapatkan pesan itu, Agatha tidak berhenti memaki Ricky dalam diam. Dengan enaknya, cowok itu mengatur jadwal kerja kelompok mereka, padahal sudah jelas kalau mereka mengerjakan tugas kelompok itu sendiri-sendiri. Apa perlu ia memakai pengeras suara agar cowok itu paham?

Ketukan pintu membuat Agatha menoleh. Ia sedang mengeringkan rambut. Kakinya kemudian melangkah mendekati pintu. Di bibir pintu kamar Agatha melihat mamanya, Bella tengah berdiri. Sebelum Agatha menanyakan perihal kedatangan Bella ke kamarnya, dirinya sudah di sela terlebih dahulu.

The power of emak-emak. Tak terbantahkan.

"Ada temen kamu tuh di bawah, katanya kalian mau kerja kelompok di sini, buruan gih samperin, ngga enak buat temen kamu nunggu."

Lepas memberitahu anak perempuannya, Bella melangkah pergi. Teman yang di maksud Bella tadi, membuat Agatha langsung paham siapa orang itu. Siapa lagi kalau bukan Ricky Sadajiwa, yang tadi mengirim pesan subuh-subuh. Ia mendengus dan berjalan masuk ke dalam kamar.

Di ruang tamu, Agatha melihat Ricky sedang duduk di sofa single. Hari ini, cowok itu mengenakan pakaian yang kasual. Kepala Ricky yang menunduk melihat jarinya yang tertaut, langsung mengangkat ketika merasa di depannya ada seseorang.

Bibir tipisnya melengkung, ia sengaja memberitahu Agatha dadakan soal kerja kelompok mereka hari ini. Bukan tanpa maksud dan tujuan ia melakukan ini, karena hari ini dia ingin memulai pendekatan kepada Agatha.

"Kamu ngapain ke sini? Udah aku bilang kan, kalau tugas ini kita kerjain sendiri-sendiri," ucap Agatha, ia menatap Ricky kesal.

"Aku ke sini mau kerja kelompok, lagian Pak Gio nyuruhnya kita buat kerja kelompok bukan sendiri-sendiri, kalau sendiri-sendiri itu namanya tugas mandiri."

"Nah bener tuh kata Ricky, lagian hari ini kamu di rumah ngga ngapa-ngapain kan, cuma nonton drama yang ada di laptop abis itu males-malesan, mending kamu gunain waktu yang ngga bermanfaat itu buat belajar, mumpung ada temen kamu di sini," ujar Bella, ia datang dari belakang dengan membawa minuman serta cemilan ringan untuk tamu anaknya.

"Di makan ya Ricky cemilannya, ini Agatha yang buat loh, cobain deh. Sama maafin Agatha ya, dia suka begitu memang anaknya," lanjut Bella yang sudah menaruh semua cemilan dan minuman.

"Mama, apaan sih." Agatha cemberut.

"Iya Tante makasih, nanti Ricky makan kok apalagi ini buatan Agatha ya tante?"

Pertanyaan Ricky mendapat anggukan dari Bella, bahkan ia tersenyum kepada Ricky. Agatha yang melihat interaksi antara Bella dengan Ricky hanya mendengus kesal. "Mama emangnya ngga berangkat ke cafe? Ini udah siang loh."

"Eh iya, duh kok Mama lupa sih. Yaudah kalian berdua belajar yang bener ya, Mama mau siap-siap dulu."

Bella berjalan meninggalkan Agatha dan Ricky di ruang tamu. Ricky tertawa geli, kepalanya bahkan menggeleng tidak percaya atas sikap Agatha tadi. "Aku ngga percaya, kamu tadi lagi berusaha usir Mama kamu secara halus?"

Agatha hanya mencibir. Tidak beberapa lama kemudian, Bella keluar dengan pakaian yang sederhana. Wanita yang umurnya hampir menginjak kepala empat itu mengecek isi tasnya sebelum benar-benar pergi.

"Kak, Mama ke cafe dulu ya, nanti agak sorean atau sudah selesai kerja kelompoknya, jangan lupa jemput adik kamu di rumah temennya."

Yang disuruh hanya menganggukan kepala. Dia dan Ricky mencium punggung tangan Bella sebelum ibu dua anak itu berjalan keluar. Setelah memastikan Bella sudah pergi, Agatha berjalan kembali ke kamar untuk mengambil laptop serta buku pelajaran sejarah.

Ricky di ruang tamu meminum es jeruk sambil menunggu Agatha. Matanya menjelajah poto yang terpajang di dinding. Ternyata waktu kecil Agatha sudah semanis itu. Ricky bangkit dan mendekati poto Agatha, tanpa sadar.

Agatha yang baru saja balik dari kamar, tidak sengaja melihat Ricky sudah berdiri dan sedang menatap poto dirinya. Ia berdeham membuat kepala cowok itu menoleh, bibir tipis Ricky tersenyum yang terlihat di mata Agatha seperti sebuah seringai kecil.

"Kamu dari kecil ternyata manis ya, tapi kenapa gedenya jadi kaya cewek bar-bar gini?" ucap Ricky terkekeh pelan, tapi ucapan selanjutnya yang keluar dari mulut cowok itu membuat Agatha membisu.

"Tapi syukurlah kamu galak begini, jadi ngga ada cowo yang suka sama kamu."

"Ngomong apasih kamu, mending sekarang kita mulai kerja kelompoknya." Agatha menaruh laptop serta buku pelajaran di atas meja tamu. Ia memilih untuk merebahkan bokongnya di atas karpet saja.

"Sesuai apa katamu kemarin, anak pintar itu ngga boleh malas, jadi aku ingin kamu hapalin materi yang bakal kamu presentasikan, begitu juga dengan aku."

Mata Ricky langsung membulat sempurna. Ini gila, benar-benar gila. Menghapalkan seluruh sejarah tentang perang dingin? Mana bisa. Dia saja yang suruh menghapalkan nama-nama latin yang ada di biologi saja tidak sanggup. Apalagi ini sejarah dan jaraknya hanya 3 hari dari hari sekarang ke hari persentasi.

"Kamu gila kali ya, aku ngga mau. Yang waras aja dong Ta, hapalin seluruh isi sejarah perang dingin dalam tiga hari? Impossible tau kaga."

"Semua di dunia ini ngga yang ngga mungkin kalau kamu mau berusaha." Agatah mengambil jeda agar Ricky bisa memahami ucapannya.

"Tapi itu terserah kamu, kalau kamu mau ikutin apa yang aku mau, aku bakal dengan senang hati menuliskan nama kamu di power point nanti, tapi kalau ngga...." Agatha menahan ucapannya, membuat Ricky mati penasaran ingin mengetahui apa kelanjutan ucapan cewek itu.

"Apa?"

"Bye, kamu kerjain sendiri," lanjut Agatha dengan senyum lebar.

Ricky menggeram tertahan. Ia bahkan menghembuskan napas kasar. Tidak ada pilihan lain selain mengangguk setuju. Bibir Agatha berkedut menahan tawa, sekali-kali dirinya ingin mengerjai Ricky. Lagi pula, mau atau tidak mau cowok itu menghapal, ia tetap akan menulis nama cowok itu. Dia masih punya hati, dan tidak setega itu.

"Yaudah, sekarang kamu kerjain tugas kamu, hapalin itu semua sejarah tentang perang dingin, biar power point aku aja yang kerjain. Tuh, kurang baik apa coba aku sama kamu Ricky?"

"Kurangnya kamu belum suka aku," gumam Ricky pelan. Agatha yang sedikit menangkap ucapan Ricky, menukikan Alis.

"Huh, kamu ngomong apa tadi?"

"Eh--kaga, aku ngga ngomong apa-apa. Udah deh, mending buruan kerjain tugasnya biar cepet selesai."

Agatha hanya mengangguk. Ia kemudian mengerjakan tugasnya membuat power point. Ekor mata cewek itu melihat Ricky, sesekali. Bagaimana cowok itu berusaha untuk menghapal, terlihat lucu di mata Agatha. Setidaknya tindakan Ricky yang dadakan ini tidak terlalu buruk juga untuk dirinya.

"Hapalin yang bener, awas aja nanti kamu malah ngeblank."

"Iya, bawel ah kamu."

*****

A/n.

Manis banget dah kalian iniii. Jangan marah-marah wae kali Ta, nanti cepet keriput. Hohohoho.

Ada yang rindu tidak dengan gue--eh, maksudnya mereka? Wkwkwkw. Ngga ada ya. Sedih banget deh gueee 😭😭

See you soon,
raggazi

Bogor, 30 Maret 2018

HSR (1): Ricky & AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang