KEGIATAN yang biasa dilakukan di pagi hari sebelum berangkat sekolah ialah bangun tidur, mempersiapkan diri, lalu sarapan. Kedua hal itu sudah Ricky lakukan, dan dia sekarang sedang menyantap sarapan bersama Fani di meja makan. Mereka hanya berdua, karena pagi-pagi sekali Thomas sudah berangkat ke kantor. Katanya, ada sesuatu yang harus di kerjakan sebelum meeting dengan klien.
Teman sarapan Ricky pagi ini adalah nasi goreng, dan pelengkap untuk membantu stamina tubuh agar tetap stabil saat menjalani aktifitas. Fani melihat jam di dinding, matanya membulat ketika jarum hampir menunjukan jam enam lewat lima belas menit.
"Ricky, kamu ngga mau berangkat? Ini sudah hampir setengah tujuh loh."
"Eh? Ini Ricky mau berangkat kok, Ma," ujar cowok itu. Dia meminum susu coklat yang biasa menemani paginya.
Ricky memakai jaket kesayangan, lalu mengambil tas yang ada di samping kursinya. Dia kemudian berjalan menuju Fani, dan mencium punggung tangan mamanya itu.
Saat Ricky mengambil kunci motornya yang berada di atas meja makan, Fani tiba-tiba saja memanggil dirinya. Ibu dua orang anak itu memegang pundak Ricky, sebelum menyampaikan maksud dari panggilannya.
"Nak, kamu ke sekolah bareng sama Ria, ya? Tadi Alysa minta tolong sama Mama, sopir yang biasa antar-jemput Ria lagi pulang kampung seminggu ini," pinta Fani memelas.
Tanggapan yang Ricky berikan adalah gelengan kepala cepat. Dia mencibir dalam hati, ini pasti akal-akalan yang Fani dan Alysa ciptakan. Memangnya, tidak ada orang lain lagi, sehingga hanya dirinya yang dimintai tolong?
Ricky bukannya pelit, cuma dia tidak mau. Apalagi, dia sudah janji pada Agatha untuk menjemput cewek itu. Bisa di cap sebagai pacar buruk dirinya oleh Agatha.
"Ma, Ricky ngga bisa, Ricky udah punya janji sama orang lain."
"Mama mohon, kamu mau, ya?" Fani tetap memaksa, membuat Ricky menjadi tidak tega sebagai seorang anak.
Sebenarnya, semesta sedang memiliki rencana apa untuk dirinya, kenapa selalu saja ada cewek yang bernama Ria di sekitarnya. Ricky jadi muak sekarang. Kepalanya terpaksa mengangguk pelan, untuk kali ini saja dia akan mengantar cewek itu.
Fani tersenyum bahagia, ia langsung memeluk sang anak sebagai tanda rasa sayang yang meluap-luap.
"Yaudah Ma, Ricky berangkat dulu. Assalamualaikum," ujar Ricky datar, setelah itu dia kembali mencium punggung Fani.
Dia berjalan dengan rasa kesal yang semakin bertambah tiap langkahnya. Dia bingung, sekarang harus bagaimana memberi tahu Agatha jika dia tidak bisa menjemput. Pikir, Ricky pikir, teriak batinnya.
Ricky terus berpikir, mungkin sudah lima menit berlalu dia memikirkan bagaimana nasib Agatha. Ia menghela napas, tidak ada cara lain, selain meminta bantuan Gevan. Ricky langsung mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan mengetikan pesan bantuan kepada Gevan.
Setelah berhasil mengirimkannya, Ricky memasukan kembali benda pipih itu ke saku celana abu-abunya. Tanpa dia sadari, dirinya sudah memberi kesempatan pada Gevan. Kesempatan yang dulu tidak dia ijinkan untuk Gevan miliki.
Ternyata benar, semesta tengah berkonspirasi dalam hidup Ricky.
*****
Agatha terus diam di dalam mobil Gevan, cewek itu hanya menatap keluar jendela tanpa minat membuka pembicaraan. Gevan menjemputnya, dan mengatakan jika Ricky tidak bisa menjemput dirinya. Antara percaya dan tidak, Agatha hanya mengangguk dan menuruti apa perkataan Gevan.
Dari balik kemudi, Gevan hanya melirik Agatha melalui ekor matanya. Seperti seorang cenayang, Gevan seakan mengerti apa yang tengah cewek di sampingnya itu pikirkan. Sama halnya dengan Agatha, Gevan sendiri bingung. Tiba-tiba Ricky menyuruhnya tanpa memberi tahu terlebih dahulu alasannya apa.
"Mikirin kenapa Ricky ngga jemput lo, Ta?" tanya Gevan. Mobil yang mereka kendarain berhenti sejenak karena ada lampu merah di depan.
"Ngga, aku cuma bingung, kenapa dia tiba-tiba nyuruh kamu buat jemput aku."
"Ya ... mungkin, dia lagi ada sesuatu yang harus dikerjain dulu, makanya ngga bisa jemput lo, positif thinking aja, Ta."
Agatha hanya bergumam.
"Memangnya lo ngga mau gue jemput?" Gevan langsung merubah mukanya seperti orang yang baru saja di sakitin.
"Duh, lo bikin gue sakit hati tau ngga, Ta," lanjutnya.
"Apasih, aku ngga ngomong begitu ya, Van," ujar Agatha. Lampu merah sudah berubah jadi warna hijau, membuat Gevan kembali menekan pedal gas mobilnya.
"Tapi, muka lo dari tadi cemberut mulu, senyum dong."
Bukannya tersenyum, Agatha malah cemberut. Gevan kenapa jadi menyebalkan seperti Ricky, sih?
"Ayo dong, senyum, pamali pagi-pagi udah cemberut bae," ujar Gevan dengan satu tangan yang bergerak membentuk senyum di bibir.
Agatha tersenyum kecil melihat tingkah Gevan. Sejenak, dia lupa dengan apa yang tadi dia pikirkan. Setidaknya, pikirannya tentang Ricky, sedikit bisa tersingkirkan.
Gerbang SMA Citra Bangsa ada di depan, banyak siswa dan siswi yang masih berhamburan di sekitar gerbang. Gevan langsung mencari tempat yang kosong di parkiran sekolah mereka. Setelah dapat, dia langsung memakirkan mobilnya dengan rapih. Gevan maupun Agatha, masing-masing melepaskan seatbelt, dan turun dari mobil.
"Yuk Ta," ajak Gevan.
Agatha mengangguk, kemudian mereka berdua melangkah masuk ke dalam sekolah. Baru beberapa langkah, Agatha mendengar deru mesin motor milik Ricky. Jangan tanyakan kenapa ia bisa hapal, karena Agatha yakin itu pasti motor Ricky.
Akan tetapi, sesuatu mengejutkan mata Agatha. Ricky tidak sendiri, ada seorang cewek di belakang cowok itu. Ria. Dia, cewek yang duduk di belakang Ricky. Ada yang sesak di dada Agatha, matanya terasa panas setiap motor itu melaju.
Sebenarnya, Agatha bukan tipe cewek yang gampang cemburu, tapi melihat ini membuat dirinya kesal. Kalau Ricky memang ingun menjemput cewek lain, kenapa tidak terus terang saja. Dia bisa siapkan tinju untuk diberikan kepada cowok itu.
"Ta, lo gapapa 'kan?" tanya Gevan sambil memegang pundak Agatha.
Cewek itu menoleh, dan menggeleng. Agatha kemudian menarik lengan Gevan, untuk ikut bersama dirinya. Dia ingin segera menghilang dari tempatnya berdiri sekarang.
"Yuk, Van anterin aku ke kelas," ajak Agatha dengan suara yang memelan.
Di tempat Ricky, cowok itu masih menunjukan wajahnya yang datar. Ria berpura-pura untuk tidak terganggu dengan tampang Ricky, cewek itu terus menampilkan senyumnya yang begitu manis.
"Makasih ya Ki, padahal lo ngga perlu turutin apa kata Tante Fani."
Ricky bergumam, "Udah, 'kan? Gue mau ke kelas dulu."
Kaki Ricky kemudian melangkah pergi, dia masih belum sadar jika tadi Agatha memperhatikan dirinya dengan Ria. Di belakang, Ria masih mempertahankan senyumnya. Satu rencana untuk menghacurkan hubungan Agatha dan Ricky sudah berhasil dia lakukan.
Ria berjalan masuk ke dalam sekolah, dengan rasa puas yang menyeluruh ke badannya. Ini baru awal dari kemenangan yang akan ia dapatkan. Yah, Ria hanya perlu bersabar sedikit saja.
*****
A/n.
Gilaaaa berasa udah berabad-abad ya lapak ini. Duh udah berdebu, kayak hatinya si Gevan, wkwk. /langsung ditabok Gevan.
Btw, minal Aidzin Walfaidzin ya, mohon maaf lahir batin. Terutama maafin Ria, ya kalau dia sering buat masalah. 😁😁😁
See you soon,
raggaziBogor, 20 Juni 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
HSR (1): Ricky & Agatha
Teen FictionAmazing cover by @itsmeyeremia Bukannya kata orang jaman sekarang, cinta itu tumbuh karena terbiasa? Ricky & Agatha © Copyright 2018 by Raggazi