12. Pulang

192 20 9
                                    

"Mungkin aku baru akan menyadarinya saat kamu tidak ada di sisiku."

*****

SEKOLAH sudah terlihat sepi, tersisa hanya anak futsal yang masih berlatih di lapangan sekolah. Peluh meluncur dari dahi para pemain futsal Citra Bangsa. Pertandingan latihan tengah berlangsung, itu dilakukan agar menjaga kemampuan dan meningkatkan insting para pemain dengan bola.

Ricky menggocek bola, ia ingin mempersulit lawannya agar tidak bisa mengambil bola yang tengah di bawah kuasanya. Di depan, seorang cowok berniat ingin menghalangi Ricky dan mengambil bola yang tengah dibawa Ricky. Namun perhitungannya salah, Ricky mengoper bola yang ada di kakinya ke rekan satu tim.

Cowok itu menggeram kesal, ia sekarang mengejar orang lain yang tengah membawa bola sepak. Saat mendekati daerah pertahanan lawan, orang itu melemparkan bola kembali pada Ricky yang kemudian cowok itu mencetak gol ketiga untuk timnya.

"GOLLL!" teriak Ricky yang berhambur ke rekan timnya. Tim lawan menunduk lesu dengan tangan yang memegang lutut.

Alexander, ketua tim dari kelas sebelas menggeram kesal. Ia mengacak rambutnya frustasi. Dia memang tidak bisa mengalahkan Ricky yang memegang jabatan ketua futsal Citra Bangsa. Tiupan peluit menghentikan pertandingan latihan antar sesama tim.

Semua pemain langsung berjalan ke tepi lapangan yang sudah ada pelatih dan tim cadangan. Sebentar pelatih futsal mereka memberikan arahan serta memberitahu letak kesalahan yang mereka semua lakukan saat bermain tadi.

Setelah pelatih mereka selesai berbicara, semua langsung membentuk kerumunan. Tangan-tangan dari orang yang berbeda-beda mengumpul di tengah, "FUTSAL?!" teriak Ricky yang masih menjadi ketua eskul futsal.

"CITRA BANGSA," balas anggota futsal. Tepuk tangan menjadi penutup dari latihan eskul futsal.

Ricky menuju sisi Gevan bersama Adit. Tas mereka berdua ada di Gevan, cowok itu menjaga tas kedua temannya karena tidak bisa ikut latihan dulu. Bekas jahitan dari operasi kemarin belum benar-benar kering.

"Gila, panas banget, gerah parah gue." Adit mengelap badannya yang banjir keringat. Ia juga menggerakan kaos futsal agar gerahnya sedikit berkurang.

"Namanya juga olahraga, kalau mau yang adem main aja sana di tempat yang teduh," ledek Ricky yang mendapat dukungan tawa dari Gevan.

"Sial lo," umpat Adit yang melempar handuk bekas keringatnya. Ricky mengambil handuk Adit, dan membuangnya ke arah lain.

"Jorok lo, bau badan lo jadi nyentuh gue kan."

"Emang aing pikirin, bakil dah yuk, mau mandi gue nih di rumah."

Ajakan Adit mendapat anggukan. Mereka kemudian bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Mata Ricky tidak sengaja melihat Alex yang baru saja ingin berjalan pergi meninggalkan lapangan, ia memanggil cowok itu hingga sang punya nama menoleh. Alex mengernyit karena Ricky yang tiba-tiba memanggil namanya dan tengah berjalan ke arah dirinya.

"Mau balik juga lo, Lex?" tanya Ricky pada adik satu tingkatnya.

Alex mengangguk dan tersenyum pada seniornya walaupun ia tadi kesal karena tim yang ia pimpin kalah begitu saja, "Yoi bang, cewek gue udah nungguin di rumahnya."

Terlihat Adit memasang muka tidak suka ketika mendengar Alex berucap begitu. Bisa-bisanya cowok itu berkata demikian, tidak ingatkan sebulan yang lalu dia telah menghancurkan hati seseorang. Tanpa sadar, Adit mendengus, "Cewek goblok mana lagi tuh yang jatuh ke pesona playboy cap kadal lo."

"Hehe, bisa aja lo bang, bukan anak sini kok, hehe."

"Oh aja," singkat Adit. Ricky dan Gevan tertawa kecil melihat teman mereka yang berusaha untuk tidak meninju Alex dengan tangan yang sudah dia kepalkan.

HSR (1): Ricky & AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang