RASANYA hari kamis terlihat cepat sekali berlalu. Matahari sudah mau kembali pergi meninggalkan bumi. Yang berarti, hari sudah sore. Agatha berjalan di jalan kecil SMA Citra Bangsa sebelum nanti ia berakhir di jalan raya yang menyimpan banyak sekali angkutan umum.
Di tengah perjalanan, Agatha tidak sengaja melihat Ricky yang mengambil motornya di sebuah toko. Sebelum itu, cowok itu sempat memberikan beberapa uang pada penjaga toko, mungkin sebagai tanda 'terima kasih' karena sudah menjaga motor hitamnya itu.
Mata mereka bertemu ketika Ricky menjalankan motornya keluar dari parkiran toko. Untuk sesaat, Ricky dan Agatha ingin waktu di sekitar mereka berhenti. Tapi, namanya ego masing-masing masih tinggi, mereka membuang muka sama-sama.
"Ngapain kamu berdiri disitu? Menghalangi jalan tau, ngga," ujar Ricky berdecak.
"Yaudah sih, biasa aja," balas Agatha kesal. Ia jadi teringat soal kejadian di toilet tadi. Dan itu selalu membuat pipinya memerah karena malu.
Agatha jalan, tapi keburu ditahan oleh suara Ricky yang masih duduk dikuda besi miliknya. Ia ingin Agatha menemani dirinya membeli makanan untuk si pacar, "Temenin aku beli makanan buat pacarku."
Hati Agatha sedikit panas, entah kenapa. Ada yang mencubit hulu hatinya, tapi tidak tahu siapa yang melakukannya. Dasar cowok, kalau udah punya pacar, ngga usah deket-deket seolah masih sendiri!
"Ngga--"
"Udah buruan naik, aku ngga nerima penolakan. Anggap aja, ini awal dari perdamaian kita. Cepet naik!" Bak kerbau yang dicocok hidungnya, Agatha menurut walaupun dengan setengah hati.
Dirinya memegang bahu Ricky karena sedikit kesusahan saat menaiki motor tersebut. Dari depan, Ricky hanya tersenyum geli. Sebelum mengenakan helm, ia mengatakan sesuatu yang membuat Agatha terhina dan kesal tak berujung.
"Makannya, jangan pendek-pendek, gimana aku mau suka sama kamu. Tahu kan, type cewek seorang Ricky itu salah satunya harus tinggi."
"Terserah, ya. Buruan jalan, deh. Jangan buat aku berubah pikiran."
Ricky tertawa pelan. Ia kemudian menyalakan motornya, "Pegangan, aku bakal ngebut."
Sebelum mendengar Agatha protes, cowok yang mengenakan helm full face itu sudah keburu menjalankan motornya dengan cepat. Agatha hanya memeluk erat Ricky takut, dan mengeluarkan kata yang jarang ia keluarkan dalam hati.
Ricky sialan, mati aja kamu....
*****
Toko hewan menjadi tempat di mana Agatha dibuat bengong dan terlihat seperti orang bodoh oleh Ricky. Soalnya, tadi Ricky mengatakan mau membeli makanan untuk pacarnya, tapi kenapa mereka malah berkunjung ke tempat hewan? Stress memang cowok satu itu.
Hewan-hewan lucu nan menggemaskan, peralatan untuk merawat peliharaan, serta makanan untuk para hewan itu sendiri, tersedia di toko hewan ini. Agatha hanya melihat-lihat yang disediakan toko, sedangkan Ricky sudah pergi masuk ke dalam.
Kelinci yang tengah tertidur lucu di kandangnya membuat Agatha ingin menyentuhnya. Ditambah, bulu yang dimiliki oleh kelinci putih itu. Ia menyukai hewan, tentu. Terlebih lagi, kelinci. Menurutnya, kelinci ialah binatang yang imut, bulu mereka yang halus seperti sutra, serta gigi dua mereka yang selalu diidolakan jika sedang tren.
Ricky keluar dengan satu kantong plastik makanan hewan. Ia melihat Agatha yang membungkuk kan badan hanya untuk melihat seekor kelinci. Sebuah ide jahil terlintas dipikirannya yang nakal. Ia ingin menggoda Agatha, dan senyum menyebalkan terlihat di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HSR (1): Ricky & Agatha
Teen FictionAmazing cover by @itsmeyeremia Bukannya kata orang jaman sekarang, cinta itu tumbuh karena terbiasa? Ricky & Agatha © Copyright 2018 by Raggazi