8. Weekend bersama

202 29 9
                                    

WEEKEND merupakan hari yang selalu ditunggu oleh semua orang. Alasannya simple, karena pada hari itu, mereka semua bisa mengistirahatkan badan dari kejenuhan dihari kerja. Contohnya Agatha, hari ini ia berencana untuk menghabiskan hari dengan bermalas-malasan dan menonton film drama yang sudah ia siapkan dilaptop.

Banyak film korea dan barat yang sudah ia download dan pinta dari teman sekelasnya. Akan tetapi, itu hanya sebuah angan ketika mamanya menyuruh ia membantu membuka cafe milik mama. Agatha sebisa mungkin untuk tidak kesal, tapi tetap tidak bisa. Ia mendumel dan protes, bahkan saat membersihkan badan ia masih mendumel tidak terima.

Agatha memakan sarapan paginya dengan setengah hati. Tidak menunjukan gairah seperti biasanya. Mama Agatha tahu, jika putrinya begitu karena dirinya. Tapi, ia sendiri tidak bisa meninggalkan acara reuni SMA-nya. Jika suaminya tidak masuk kerja karena tugas dadakan, ia pasti akan menyerahkan tugas ini pada suaminya itu.

"Maafin Mama ya sayang, tadinya Ayah kamu yang mau Mama suruh, tapi tahu sendiri kan, Ayah tiba-tiba aja dapet panggilan untuk ke kantor."

Mendengar permintaan maaf dari mama, sedikit memberikan rasa bersalah pada diri Agatha. Tidak seharusnya ia bersikap kekanak-kanakan seperti ini. Cewek yang selalu mengepang rambutnya dengan satu kuncir itu langsung merubah wajah tekuknya dengan sebuah senyum.

"Iya gapapa, Ma. Kakak yang harusnya minta maaf, seharusnya Kakak nurut apa kata Mama," Agatha membersihkan sisa makanan yang ada dimulutnya dengan tisu, ia kemudian mencium tangan mama dan mencubit pipi adik laki-lakinya.

"Agatha berangkat dulu, Dah Ma!"

"Ngga kepagian, Kak? Mending jam setengah sepuluh aja."

"Gapapa, Ma, Agatha biar bisa bantu-bantu juga di sana, ngga enak kan anak pemilik cafe datengnya cuma liatin aja," Agatha terkikik geli.

"Yaudah, hati-hati di jalan, Kak."

Agatha mengangguk, lalu berjalan keluar dari rumahnya. Sebelum berangkat, kurang lebih sepuluh menit yang lalu Agatha sudah memesan ojek online dari aplikasi yang ia punya. Ia menunggu di depan rumah, hingga ojek pesanannya datang.

"Dengan, mbak Agatha?" tanya si driver ojek.

Agatha mengangguk, "Iya Pak, yaudah ayuk langsung berangkat aja."

Driver ojek itu menurut, ia memberikan helm warna hijau yang sudah disiapkan untuk penumpang. Agatha kemudian menaiki motor matic pemilik driver setelah memasangkan helm di kepalanya. Driver ojek bernama Joko mulai menjalankan motornya.

Tidak butuh waktu yang lama untuk sampai di cafe mama bagi Agatha. Karena pada hari weekend ini jalanan kota sedikit renggang, walaupun ada beberapa jalan yang macet karena pemerintah kota melaksanakan CFD atau car free day. Ituloh, hari bebas kendaraan jika kalian tidak tahu. Dan itu dilakukan dari jam 6 sampai jam 9 pagi.

"Makasih ya Pak," kata Agatha. Ia memberikan helm warna hijau yang di belakangnya tertuliskan nama perusahaan transportasi online.

"Lapan enam Mbak, sama-sama. Yowes saya permisi dulu." Mas Joko kemudian menjalankan motornya pergi meninggalkan Agatha yang sendirian di parkiran cafe.

Belum ada tanda-tanda kehidupan di cafe milik mama Agatha. Rasanya sudah lama tidak ke sini, padahal terakhir ke sini itu tiga hari yang lalu. Bangku masih berada di atas meja, belum ada yang diturunkan. Pegawai yang berkerja di cafe pun belum ada yang hadir.

"Aaaa Mama, ini kenapa banyak banget kerjaanya," keluh Agatha.

Ia jadi menyesal tidak menurut apa kata mama tadi. Begini nih nasib anak yang tidak menurut, sial melulu! Agatha menaruh tas kecilnya di atas meja kasir, ia lalu bergerak mempersiapkan cafe untuk dibuka.

HSR (1): Ricky & AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang