11. Musuh dalam selimut?

179 17 3
                                    

TIDAK pernah berubah, kantin selalu menjadi pusat perhatian bagi anak sekolah. Tempat di mana bisa mengistirahatkan pikiran dari segala kejenuhan, mau itu pelajaran atau yang lain. Setelah mengantri panjang, Agatha beserta kedua sahabatnya langsung menempati tempat yang masih kosong.

Satu mangkok bakso panas, dua siomay dengan porsi penuh, serta tiga minuman dingin menjadi teman menghabiskan waktu. Ketiganya butuh asupan banyak, agar perang--pelajaran--selanjutnya mereka bisa menang.

Memang pelajaran BK tadi tidak menguras tenaga serta pikiran, hanya mendengar arahan agar bisa memilih jurusan yang tepat saat SNM dan SBM nanti. Akan tetapi, pelajaran selanjutnya yang harus membuat Agatha dan kedua sahabatnya makan hingga kenyang, yaitu pelajaran matematika dengan pengajar spesial.

"Makan yang banyak gais, nanti perut laper, bisa mati kita," ujar Dinda ngawur, Agatha dan Tiara hanya tertawa gila. Mereka bertiga mulai makan dan memperhatikan lalu-lalang di kantin.

Seorang cewek datang secara tiba-tiba di meja mereka. Tampilannya yang manis sedikit membuat ketiga sahabat itu tertegun, padahal mereka satu jenis, tapi masih bisa terhipnotis, apalagi cowok yang matanya haus akan belahan. (baca; playboy)

Tapi, Agatha tidak merasa asing, ia langsung ingat dengan cewek itu. Ria masih berdiri dengan memegang nampan pesanannya, "Gue boleh gabung? Soalnya gue hanya liat tempat ini aja yang masih bisa di tempati untuk satu orang."

Ketiga sahabat itu langsung melemparkan pandangan masing-masing. Seakan dengan pandangan itu mereka berbicara satu sama lain. Ria yang tidak kunjung dapat jawaban, mengangguk paham. Ia memasang wajah sendu.

"Oh ngga boleh ya, yau--"

"Eh, boleh kok. Duduk aja kali, ngga usah sungkan, lagian ini tempat umun hehe," ujar Dinda membuka keheningan di antara kedua sahabatnya.

"Makasih." Ria duduk di depan Agatha, ia menyunggingkan senyum manis yang ia punya untuk cewek di depannya. Bukan tanpa maksud Ria melakukan itu, ia hanya ingin membuat Agatha merasa jika dirinya jauh di atas cewek itu.

"Kenalin, gue Ria, anak dua belas ipa satu," lanjut Ria.

"Wah anak pinter, jadi segan kita, haha. Gue Dinda, ini Tiara, dan yang di depan lo--" ucapan Dinda yang sedang memperkenalkan kedua sahabatnya dipotong begitu saja oleh Ria.

"Agatha, right? Kita udah pernah kenalan hehe."

"Kalian saling kenal?" tanya Tiara sedikit terkejut.

"Iya, kita udah kenal kok, kalau ngga salah waktu hujan kita berdua kenalnya, dia lagi nunggu hujan reda waktu itu, sama kaya gue." Ria menjawab, tidak membiarkan Agatha untuk berbicara.

Tiara maupun Dinda hanya membulatkan mulutnya, "Kok lo ngga bilang-bilang si Ta kalau punya kenalan cantik gini, kan kita bisa minta tips ke dia buat jadi cantik."

"Ya ngapain, orang ngga penting kok," acuh Agatha. Walaupun begitu ia tetap tersenyum mengatakannya.

Ucapan Agatha tadi mampu menampar Ria untuk diam. Matanya sedikit melirik Agatha yang ada di depan, tatapan sinis ia berikan, sehalus mungkin agar mereka bertiga tidak tahu jika ia melemparkan tatapan sinis kepada Agatha.

"Oh, iya, ya, kok jadi bloon gini ya gue kesannya."

"Haha, maapin temen kita ya Ri, maklum aja, abis ini matematika, jadi stress duluan sebelum waktunya," ujar Tiara, ia memasang muka maaf dan tersenyum malu.

"Apaan lo bilang, enak aja kembarannya Selena Gomez dikata stress." Dinda mengibaskan rambutnya ke belakang.

"Haha gapapa, lagian matematika itu ngga terlalu sulit kok. Oh ya, kalian bertiga ini udah kenal dari lama?"

"Udah, kita dari kelas sepuluh udah bareng-bareng, sampe Gevan yang deket sama Tata waktu itu jadi sedikit keusir karena kehadiran kita, hehe."

"Eh--apaan, jangan buat pitnah yang lain deh, nanti aku disangka pacarnya Gevan juga lagi," ujar Agatha yang di anggap oleh Ria tengah menyindir dirinya.

Oh begini cara main seorang Agatha, hebat juga, batin Ria.

Dahi Ria mengernyit, berpura-pura bingung, dan tidak terusik dengan ucapana Agatha yang barusan, "Gevan? Maksudnya Gevan anak ipa satu?"

Dinda mengangguk, "Iya Gevan temen sekelas lo, dia sama Agatha deket karena pernah satu kelompok waktu MOS, terus ngga sengaja satu kelas juga waktu kelas satu."

"Oh begitu, hehe sorry ya gue kelihatan banyak tanya." satu lagi informasi yang ia dapat. Sebelum menjatuhkan musuh, ia harus pandai mencari informasi dong.

Bertiga, sahabat itu hanya mengangguk serempak, mereka melanjutkan kembali makan yang tertunda. Dinda sedikit membersihkan saus kacang di sudut bibirnya, "Gue kok jarang liat lo ya, maksudnya kan sekolah kita ini satu angkatannya cuma lima kelas, nah seenggaknya gue pernah lah liat lo, tapi ini engga."

"Gue anak pindahan dari SMA Nasional, baru pindah juga itu pas semester dua di kelas sebelas."

"Ohh, pantes gue ngga pernah liat, iya ngga geis? Tapi, benaran lo mantan anak Smana*, kok mau pindah ke Cibas*, bukan mau ngejelekin sekolah sendiri ya tapi tau lah kalau masalah bagus, masih bagusan mana."

"Kamu ngomong itu di depan pentolan anak sekolah kita, bisa habis kamu, Nda," ujar Agatha yang dapet cengiran dan dua jari yang terangkat ke atas seperti membentuk angka dua.

"Tau nih Dinda, prustasi ngga masuk Smana jadi begitu."

Rahasia kecil Dinda, yaitu pernah gagal masuk ke sekolah favorit. Ia masuk ke Citra Bangsa hanya untuk batu loncatan, tapi bertemu dengan Tiara dan Agatha membuat ia mengurungkan niat awalnya saat masuk ke Citra Bangsa. Lagipula, Dinda sekarang jadi tahu, mau sekolah di mana saja, tidak akan membuat ia sukses jika dari diri sendiri tidak ada kemauan.

"Ya maaf, kan gue ngga bermaksud ngomong gitu."

"Iya, gapapa, ngga usah sedih gitu ah." Agatha merentangkan tangannya memeluk Dinda.

Ria yang melihat itu hanya tersenyum penuh kepalsuan. Suara bising yang memeka telinga, tiba-tiba saja memanggil Ria. Cewek itu menoleh, ternyata temen sekelasnya yang mengajak untuk kembali ke kelas bersama.

"Gue duluan ya, lain kali gue bisa ikut kumpul lagi kan sama kalian?" tanya Ria. Ia mendapatkan anggukan dari kedua temen Agatha. Bibir tipis nan manis itu melengkung ke atas, ia kemudian berlalu pergi.

Dan tidak ada yang tahu, dibalik wajah itu Ria baru saja menyeringai kecil. Sangat kecil, hingga mereka tidak bisa melihatnya.

*****

*SMANA adalah singkatan dari SMA Nasional.
*‎CIBAS adalah singkatan dari SMA Citra Bangsa.

A/n.

Menurut kalian Ria itu gimana sih? Kok gue mulai agak gedeg ya sama dia. Wkwk

Btw, hari ini agatha ultah loh, say something ke dia dong wkw 😂😂

Btw, hari ini agatha ultah loh, say something ke dia dong wkw 😂😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gengs, jangan lupa jajan di warung bang bruno yaaa, wkwkwkw

Ps: Gambar diambil dari salah satu oa Line.

See you soon,
raggazi

Bogor, 23 Maret 2018

HSR (1): Ricky & AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang