4. Masuknya pemeran baru

296 26 18
                                    

SEMUA kesal jika diganggu, begitu pula Agatha yang kesal oleh kelakuan Ricky. Jam istirahat yang harusnya ia gunakan untuk menenangkan pikiran serta mengisi energi, harus lenyap begitu saja. Saat di kantin sekolah tadi, Agatha baru sadar jika Ricky menempelkan sebuah kertas yang disobek lalu diberi perekat agar bisa tertempel di punggungnya.

Kertas itu tertulis jika 'Agatha suka Ricky' walaupun ditambah dengan kata-kata alay. Agatha kesal! Untungnya Tiara memberitahu saat melihat semua mata menatap geli dan penuh minat pada punggung Agatha.

Dan karena kejadian ini, kepala Agatha kembali mengingat pembicaraan kemarin antara dia dan kedua sahabatnya. Padahal, ia tidak akan memakai rencana yang Dinda berikan untuk memberhentikan aksi Ricky. Menurutnya itu tidak baik dengan memainkan perasaan seseorang, tapi jika ia diam dan terus seperti ini. Sampai negara api menyerang pun mereka akan tetap bertengkar kayak kucing dan tikus.

"RIICKY, DI MANA KAMU?" teriakan Agatha terus bergema di seluruh koridor kelas 12 Ipa.

Nafas Agatha terputus-putus karena kelelahan. Ia masih belum menyerah sebelum memukul habis Ricky dengan kedua tangannya. Mata Agatha melirik sekitarnya, tidak menemukan tanda-tanda seorang Ricky Sadajiwa itu hidup.

"Kemana sih dia, gesit banget sembunyinya. Kayak tuyul," gumam Agatha. Ia berjalan kembali, menanyakan kepada setiap orang yang ia temui di koridor.

"Kamu lihat Ricky, ngga?" tanya Agatha pada sesosok cowok yang diwajahnya sedikit tumbuh rambut-rambut kecil. Ini orang ke enam yang ia tanyai.

"Si Ricky tadi gue liat sih masuk ke dua belas ipa dua," tunjuknya pada kelas yang berada di tengah antara Ipa 1 dan Ipa 3, "Kenapa emangnya, dia jahilin elo lagi?"

Pertanyaan yang terlontar membuat Agatha mengangguk. Memang hampir satu sekolah tahu jika Ricky selalu saja menjahili Agatha. Apalagi anak kelas 12, mereka sudah hapal jika Agatha emosi itu karena siapa. Setelah mengucapkan rasa terima kasihnya, Agatha pamit pergi.

Kelas 12 Ipa 2 menjadi tujuan Agatha, ia kembali bertanya pada dua orang yang tengah berbicara di depan pintu. Setelah mendapatkan jawaban, Agatha mengatakan terima kasih kembali lalu berjalan masuk. Benar apa kata dirinya, sejauh apapun Ricky berlari, ia pasti akan bisa menemukannya.

Suasana dalam kelas itu memang sedikit sunyi, hanya beberapa orang saja yang ada di dalam. Dan beruntungnya Agatha, berkat sedikitnya orang di dalam kelas tersebut, ia bisa menemukan di mana Ricky duduk. Di meja pojok belakang, dengan buku yang terbalik.

Ternyata, begonya masih dipelihara, batin Agatha.

Cewek yang jika jalan rambut ekor kudanya bergoyang, menghampiri letak di mana Ricky duduk. Ia mengambil buku yang terbalik, dan menemukan Ricky di sana. Tangan yang sudah gatal, langsung mencubit kuping cowok itu. Agatha membawa Ricky berdiri dengan jewerannya, walaupun kepala Ricky harus miring ke bawah.

Rasa emosinya belum tuntas begitu saja, Agatha membawa Ricky dengan menarik lengan cowok itu. Ia tidak mau jika harus membuat onar di kelas orang lain. Sampai di pintu kelas, Agatha memberikan ucapan terima kasihnya kepada dua orang yang sudah membantu.

"Ta, mau kemana sih kita, aku lagi numpang wi-fi loh, kamu main ganggu aja." Ricky yang bingung, masih saja terus bertanya. Benar-benar bingung, atau pura-pura?

"Lupa sama apa yang kamu lakuin ke--"

"Aku?" mata Ricky membulat, "Ya Allah Ta, kita ngga pernah ngapa-ngapain loh."

"Ihh, bukan itu maksud aku. Kamu mesum banget sih, setiap kata ambigu, pasti langsung pikirannya kotor."

"Ya kalau kotor, cuci aja pake rinso. Berani kotor itu hebat."

HSR (1): Ricky & AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang