SEBELUM kembali ke kelas, Ricky berdiam terlebih dahulu di belakang sekolah yang sepi. Di dekat gudang sekolah, tempat di mana anak-anak nakal sering berkumpul dan merokok secara bebas. Tapi, kehadiran Ricky di sana bukan karena untuk kedua hal itu, tapi dia ingin menikmati sepinya di dekat gudang tanpa ada yang ganggu. Hanya ditemani dengan Adit.
Ricky membuka ponsel Agatha. Matanya yang hitam legam menelusuri isi dari ponsel cewek yang ia ambil. Bibirnya tersenyum tipis ketika melihat beberapa poto Agatha yang sendiri ataupun bersama teman-teman sekelas mereka.
Apakah ia sekarang terlihat seperti penganggum rahasia?
Ricky rasa tidak, sebenarnya dia hanya ingin membalas Agatha karena sudah menghancurkan egonya sebagai laki-laki. Ia masih ingat betul kejadian waktu mereka masih kelas 1 SMA, di mana Agatha menyatakan rasa suka terhadap dirinya. Dan detik itu juga, ia seperti langsung ditampar. Ternyata itu hanya sebuah permainan jujur dan berani yang Agatha lakukan karena memilih berani.
Ricky marah karena merasa sudah dipermainkan di depan umum. Dan dengan cara menjahili Agatha dan terus menganggap cewek itu suka kepada dirinya, ia berhasil mengusik ketenangan Agatha dan membalas rasa malunya. Tapi, selama itu juga ada hal aneh yang mengganggu pikirannya.
Ia jadi sering memikirkan Agatha tanpa sadar.
Dan sesuatu yang aneh itu, menjalar panas ketika ia melihat sebuah pesan yang tertera dipesan masuk aplikasi Instagram, dan itu sudah dibaca. Di sana tertera, 'hai' dengan emoticon love yang membuat Ricky ingin muntah. Apa-apaan orang ini, mengirimkan pesan begitu kepada Agatha.
"Ini cowok apa-apaan? Masa ngirim emot lope ke si Agatha." Ricky berujar dengan nada yang tidak suka, "Lo kenal kaga, Dit? Sama si Mendes-Mendes ini, anak mana dia?"
"Lah kenapa emangnya, bagus dong, berarti Agatha udah punya doi, ngga kayak lo yang masih nge-JOMBLO."
Adit terkekeh geli. "Oh, atau ... lo cemburu, ya?" sindir Adit dengan muka yang menggoda.
Sedari tadi Adit memperhatikan perilaku Ricky yang senyam-senyum sendiri. Diaa tahu pasti ada sesuatu yang tengah sahabatnya itu rasakan. Niat ingin membalas malah menjadi boomerang untuk Ricky sendiri, lagipula dia tahu apa perasaan itu. Jangan panggil dia cowok yang peka kalau tidak tahu apa yang terjadi.
"Kaga, yakali gue cemburu sama dia. Bukan tipe gue banget dia. Ngada aja lo."
"Ya, ya, terserah deh. Awas aja nanti mewek kalau dia jadian sama tuh orang."
Ricky hanya diam tidak membalas ucapan Adit. Sebuah ide tiba-tiba saja melintas dengan manja di dalam pikirannya. Bibirnya tersenyum licik sebelum tangannya mengetikan pesan balasan untuk cowok bernama Shawn Mendes itu.
Gue pacarnya, jangan chat cewek gue lagi.
Kirim. Ricky berhasil mengirimkan pesan balasan itu. Dirinya yakin, Sawan-Sawan itu tidak akan lagi bergenit-genit ria pada Agatha. Dan Agatha harus berterima kasih kepada dirinya, karena dia bisa mengusir satu cowok yang menurutnya pasti sangat jelek.
Namanya aja Sawan, pasti jelek tuh orang, batin Ricky.
Adit bangkit, ia memasukan tangannya dalam saku celana sekolah. Kebiasaan yang sering ia lakukan. Katanya agar terlihat keren, dan siapa tahu ada cewek yang tersangkut karena melihat gaya dirinya yang keren. "Kelas kaga? Udah telat masuk nih kita."
"Iye bentar-bentar." Ricky menepuk-nepuk celana belakang sebelum akhirnya ia merangkul Adit, "Yuk, kita ke kelas."
"Jauh-jauh tolong, gue masih normal, masih doyan sama yang lawan jenis."
KAMU SEDANG MEMBACA
HSR (1): Ricky & Agatha
Genç KurguAmazing cover by @itsmeyeremia Bukannya kata orang jaman sekarang, cinta itu tumbuh karena terbiasa? Ricky & Agatha © Copyright 2018 by Raggazi