"JADI dia nembak lo--eh bukan, menyatakan perasaannya?" tanya Dinda heboh di dalam kamar Agatha.
Setelah membaca pesan Agatha digrup chat tadi, Dinda langsung pergi ke rumah Agatha beserta Tiara yang datang bersama dirinya. Dinda kemudian memaksa Agatha untuk menceritakan secara detail kejadian di saat Ricky menyatakan perasaaannya. Agatha sendiri menceritakan kejadian dari sikap Ricky yang mulai kelihatan aneh saat kerja kelompok hingga tadi siang. Cerita yang cukup panjang.
Untuk masalah ini memang Dinda sangat ingin tahu, dia itu biangnya gosip di antara kedua sahabatnya. Dan setelah tahu akar masalahnya, Dinda bukannya memberi saran malah bertanya dengan heboh.
Agatha mengangguk pelan. Hatinya sekarang merasa sedikit lega karena bisa mengeluarkan apa yang menganggu dalam pikirannya tadi. Tiara yang tidak seperti Dinda, memilih untuk bertanya lagi kepada Agatha.
"Terus, lo nerima dia?" bukan suara yang di dapat Tiara, tapi gelengan kepala dari Agatha.
"Lah, lah, kok ngga lo terima sih Ta? Ih," sambar Dinda yang merasa aneh dengan Agatha. Dia sudah yakin jika sahabatnya ini suka juga kepada Ricky.
"Aku ngga nolak dan ngga nerima juga. Sebelum aku kasih jawaban, dia malah potong ucapanku lalu pergi begitu aja."
"Tuh, dia udah takut lo tolak Ta, ah sikap lo juga sih yang ngga menunjukan kalau lo suka sama dia."
"Din...." Tiara menggeleng. Sahabatnya yang satu ini memang tidak tahu tempat jika sedang serius seperti sekarang ini.
"Oke, oke, lupakan soal tadi. Sekarang gue mau nanya hal yang agak sensitif sama lo Ta, apa lo pernah ngerasa deg-degan saat di dekat Ricky? Jawab yang jujur!"
Tiara yang ingin menyela pertanyaan Dinda, kalah cepat dengan tangan Dinda yang sudah terangkat di depan mukanya, bertanda jika Tiara tidak perlu bertanya atau mengatakan apapun.
Agatha terdiam sesaat, lalu menjawab pertanyaan Dinda. Ia menatap keluar jendela kamarnya, "Iya, akhir-akhir ini aku sering deg-degan. Entah kenapa, sekarang aku nyaman ada di dekat dia."
"Tuh, lo berarti udah suka juga sama dia, Ta. Tunggu apalagi, official kan hubungan kalian berdua." Dinda gemas sendiri di tempatnya.
"Tapi, sikap dia yang kemarin buat aku bertanya, apa dia bener serius soal perasaannya."
"Yaelah Ta, lo kan tadi bilang kalau dia begitu karena cemburu lo deket sama Gevan. Terus, sekarang lo mau gimana? Diem-dieman aja sama dia?"
Agatha hanya mengindikan bahu, tidak tahu. Mungkin, yang dikatakan Dinda tadi ada benarnya. Secara, tidak mungkin jika setelah kejadian ini mereka nampak biasa. Itu akan terlihat aneh. Dan yah, mungkin selamanya juga Agatha akan menyimpan rasa suka ini sendirian, walaupun pada akhirnya dia tahu rasa sukanya terbalaskan.
"Kayaknya seperti ini lebih baik," ujar Agatha egois.
"Lo yakin ngga bakal bilang perasaan lo sama dia? Ini lo udah tahu loh kalau dia juga suka sama lo," ujar Tiara. Melihat Agatha yang seperti ini, ikut membuatnya sedih.
"Itu pilihan yang tepat Ra, aku ngga mau kalau nanti kita pacaran, pas udah putus, kita berdua malah kayak orang yang ngga pernah kenal. Aku udah nyaman begini, walaupun kesel sama tingkah dia yang nyebelin, aku bener-bener udah nyaman seperti ini," sendu Agatha, Tiara yang ada di sebelahnya bahkan sudah mengelus punggungnya.
"Tapi Ta, ini soal perasaan. Lo ngga boleh egois gitu dong, di sini Ricky udah nyatain perasaannya dan berharap dapat jawaban yang menyenangkan hati dia. Kalau lo diem aja, sama aja kayak lo gantung dia." Dinda menghembuskan napasnya sebelum kembali melanjutkan ucapannya yang terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
HSR (1): Ricky & Agatha
Teen FictionAmazing cover by @itsmeyeremia Bukannya kata orang jaman sekarang, cinta itu tumbuh karena terbiasa? Ricky & Agatha © Copyright 2018 by Raggazi