16. Perubahan

157 21 1
                                    

Aku cemburu. Kamu harus tahu itu.

*****

GERBANG Citra bangsa masih ramai oleh siswa-siswi yang baru saja datang. Begitu juga dengan Agatha, cewek itu baru saja sampai. Dia melangkah dengan ringan, memberikan senyum kepada setiap orang yang menyapa dirinya.

Gevan yang melihat Agatha baru datang sama seperti dirinya, langsung saja memanggil cewek itu. Teriakan Gevan cukup membuat Agatha berhenti dan memutarkan badan. Cowok itu terlihat berlari-lari kecil menghampiri dirinya. Saat sudah sampai, mereka berdua berjalan beriringan.

"Pagi Ta, lo baru sampai?" pertanyaan basa-basi di keluarkan Gevan.

"Iya, seperti yang kamu lihat, kenapa tadi manggil?" berbeda dengan Gevan, Agatha malah memberikan pertanyaan to the point.

"Eng... lo mau anterin gue ke toko buku, nggak? Soalnya Bu Tia bilang kalau gue harus beli buku sebagai nilai tambahan saat ngga masuk kemarin dan Bu Tia nyuruh gue buat ajak lo aja."

Ekor mata Agatha melirik ke arah Gevan. Apa iya bu Tia menyuruh dirinya untuk menemani cowok yang ada di sebelahnya ini? Atau itu hanya dusta Gevan belaka agar dirinya mau menemani.

"Bu Tia yang nyuruh atau emang kamu yang pengen aku nemenin?"

Gevan menyengir. Ia menggaruk tengkuk belakang yang terasa gatal, "Ngga bakat bohong ya gue, sampe lo aja bisa tahu."

Dugaan Agatha benar. Ia mendengus. Memangnya jujur sedikit tidak bisa apa sampai harus berbohong? Ia sendiri akan menemani kok kalau Gevan mau berkata sebenarnya.

Kepala Agatha mengangguk sebagai tanda dirinya mau. Gevan sendiri langsung menggerakan tangannya seakan berkata 'yes'. Cowok itu kemudian merangkul Agatha, refleks.

"Makasih ya Ta, emang cuma lo yang bisa gue andalin--" ucapan Gevan terpotong ketika ada tubuh yang mencoba masuk di tengah dirinya dan Agatha.

Tubuh itu punya pemilik dan namanya ialah Ricky. Ricky mencoba melepaskan rangkulan Gevan dengan cara berdiri di tengah-tengah, ia juga langsung merangkul Gevan agar tangan cowok itu tidak nakal lagi memegang bahu Agatha. Enak saja main sentuh-sentuh bahu Agatha.

"Ki, lo apaan sih, lepasin kaga, risih gue sama tangan bau amis lo."

"Sialan lo, tangan kembaran Zayn Malik gini dibilang bau amis. Muka lo tuh yang amis," balas Ricky.

Cowok itu menatap Agatha yang hanya diam saja. Di pikirannya tumben sekali Agatha hanya diam saja ketika ada dirinya.

"Ta, kayaknya segitu aja yang pengen gue omongin sama lo, udah keburu males gue sama nih orang, nanti gue jemput aja. See ya!" ucap Gevan yang sudah melepaskan diri dari Ricky.

Kening Ricky semakin berkerut. Nanti dijemput? Sebenarnya apa yang sudah Gevan dan Agatha obrolkan tadi. Kenapa ia jadi penasaran sekarang. Tidak, ia tidak bisa membiarkan Gevan untuk berduaan saja dengan Agatha. Biarlah dia dibilang egois, tapi dirinya memang sudah egois 'kan sejak kalian mengenal Ricky.

"Kamu sama Gevan ngomong apa aja tadi?"

Agatha melirik. Dia hanya menggeleng dan diam, "Bukan apa-apa, kamu ngapain juga segala pingin tahu, ngga kayak biasanya."

Ricky susah payah menelan ludahnya. Jawaban apa yang harus ia berikan. Pikir-pikir Ricky tidak menemukan jawaban. Ah, kenapa juga saat begini otaknya sangat susah sekali di ajak kerja sama...

"Emang biasanya kayak gimana?" hanya pertanyaan itu yang akhirnya keluar dari bibir seksi Ricky.

Langkah Agatha berhenti sejenak. Ia tertawa karena melihat tingkah Ricky yang pagi ini benar-benar aneh.

HSR (1): Ricky & AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang