17. Mata-mata

169 18 0
                                    

SAAT bel pulang sekolah berbunyi, Ricky sudah menarik Adit untuk ikut bersamanya. Tadi saja, saat Tiara ingin mengajak pulang bersama, Ricky sudah terlebih dulu mengatakan kalau Adit sedang ada urusan dengannya. Dan itu membuat Adit harus memasang muka bersalah dan meminta maaf kepada Tiara.

Ricky menaiki motornya, begitu juga dengan Adit. Mereka mengikuti dengan baik Gevan serta Agatha di belakang. Ricky sesekali berdecak, ia tahu Gevan pasti modus saja mengajak Agatha, walaupun ia sendiri tidak tahu motif apa yang sahabatnya itu berikan.

Motor Gevan berhenti tepat di depan toko buku. Cowok itu beserta Agatha kemudian masuk ke dalam. Ricky mengernyit karena kebingungan, kenapa mereka berdua malah ke toko buku bukan ke tempat kencan seperti anak muda yang biasa lakukan?

"Tuh lihat, mereka mau beli buku doang, lo parnoan banget si Gevan bakal rebut Agatha," ujar Adit dengan nada yang meremehkan.

Akan tetapi, namanya juga Ricky Sadajiwa, cowok itu tetap penasaran. Ia melihat di samping toko buku ada yang menjual beberapa aksesoris. Tanpa pikir panjang, Ricky menarik Adit untuk ikut masuk ke dalam toko itu. Rasanya kurang lengkap jika memata-matai seseorang kalau belum merubah tampilan. Ricky menyuruh Adit untuk memakai tudung seperti kerudung perempuan.

"Gue kaga mau Ki, malu kali gue disuruh nyamar kayak perempuan, embung ah." Adit menyerahkan kembali tudung itu, tapi terus dipaksa Ricky untuk memakai.

"Elo udah janji Dit mau bantu gue, ayo lah masa bantuin gue setengah-setengah gini, mana rasa persahabatan lo sama gue?"

"Ya tapi ngga gini juga kali." Adit memperhatikan tudung itu, ia membolak-balikan seperti sedang menilai.

Ricky memang kadang-kadang menyebalkan. Beruntung mereka ini sahabatan, kalau tidak, sudah Adit beri tampolan mamak jaman now, walaupun ia ingin sekali melakukannya.

"Kaga ah, malu gue Ki, kalau ada anak Cibas yang lihat, bisa jatoh pamor gue."

"Udah ah berisik, sini gue pakein." Ricky tidak menanggapi protes Adit, ia mulai memakaikan tudung itu di atas kepala Adit. Setelah selesai, senyum terpancar di wajah Ricky.

Ricky senang. Adit sengsara. Cowok bertudung itu mendengus sambil melihat dirinya dikaca. "Tuh kan cantik banget lo, gue yakin si Gevan sama Agatha ngga bakal ngenalin elo."

Tuh kan, belum apa-apa udah minta ditampol.

"Bacot lo, buruan deh kita mata-matain mereka, udah gerah nih gue pake tudung."

Kepala Ricky mengangguk. Ia memakai kacamata hitam lalu membayarnya di kasir. Mereka berdua berjalan memasuki toko buku yang ada di sebelah. Banyak novel keluaran terbaru yang terpanjang menyambut Adit dan Ricky.

Dibalik kacamata hitam itu, Ricky menggerakan bola matanya mencari keberadaan Gevan dan Agatha. Kemana sih mereka, batin Ricky.

Adit terus berada di dekat Ricky, ia mendekatkan badan pada sahabatnya itu. Pertama, karena dirinya malu harus memakai tudung seperti seorang cewek, dan kedua, dia tidak ingin kesusahan saat jauh dari Ricky.

Sama seperti Ricky, Adit mencari kedua orang yang sedang ia mata-matai. Tidak butuh waktu lama seperti cowok di sampingnya, Adit sudah menemukan kedua orang yang mereka cari.

"Mereka ada di deket rak majalah sama buku pengetahuan umum," beritahu Adit.

Mendengar hal tersebut, bola mata Ricky bergerak mencari. Di sana, ia melihat Agatha dan Gevan yang sedang berbicara berdua. Ricky langsung menarik Adit untuk mengikuti langkahnya. Kedua cowok itu berdiri di sela-sela rak majalah selebritis dan masakan.

Lima menit berlalu, tapi Gevan serta Agatha belum menunjukkan pergerakan untuk pergi. Mata Ricky terus mengawasi, bahkan jika harus kering, ia akan lakukan. Adit sendiri terlihat tidak bisa diam, cowok itu bergerak dan tidak sengaja menjatuhkan beberapa majalah dan buku. Pegawai toko yang berdiri tidak jauh langsung menghampiri kedua remaja itu.

HSR (1): Ricky & AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang