3. ????

295 32 11
                                    

SENJA hampir menghilang saat sebuah motor masuk ke dalam halaman sebuah rumah. Si pengendara melepaskan helm yang ia kenakan ketika motor hitam itu sudah berhenti sempurna di depan garasi. Ricky menyugarkan rambut hitam legamnya ke belakang, kemudian melangkah masuk ke dalam rumah.

Aroma harum dari arah dapur dan suara 'meong' yang berasal dari kucing berjenis perempuan menyambut Ricky ketika cowok itu berjalan di ruang keluarga. Ia memilih bermain terlebih dahulu dengan Juleha--kucing perempuan--sebelum insting laparnya langsung membawa Ricky menuju aroma itu berasal. Di meja makan, Ricky menemukan aroma harum itu, dari sebuah kue yang ia perkirakan baru keluar dari alat pemanggangan.

"Udah pulang kamu, Ki?" Mama Ricky datang dari arah dapur, tangannya bergerak memeperkan apron yang ia pakai. Dia mendekati putranya yang mau mengambil sepotong kue keju itu, "Tangan kamu kotor, apalagi tadi pasti megang kucing, cuci dulu, Mama ngga suka."

Ricky memberengut kesal ketika Fani--mama Ricky--memukul lengannya, "Sedikit aja, Ma Ricky jadi laper nih gara gara harum kue buatan Mama. Ya, ya, dikit aja?"

"Yaudah, tapi habis cuci tangan kamu dulu," ujar Fani menyuruh Ricky. Ia membereskan kue keju kembali yang ingin dia berikan nanti.

Ricky menggerutu, tapi ia tetap menurut melakukan apa kata Fani. Sambil mencuci tangannya agar bisa memakan kue buatan Fani, Ricky mendengar Fani yang menyuruh dirinya mengantarkan kue untuk sahabat Fani yang jaraknya jauh dari daerah rumahnya.

"Kamu mau kan, Ki? Mama minta tolong buat anterin aja, ngga jauh kok rumahnya."

"Iya, Ricky mau. Tapi, sekalian Ricky jenguk temen, sama mobil Mama, Ricky pinjem, ya? Hehe."

Rencana yang tadinya menjenguk sehabis latihan futsal harus di undur. Adit dan dirinya sepakat untuk bersih-bersih badan dahulu karena peluh yang membuat lengket. Dan sehabis magrib, mereka berdua janjian untuk bertemu di rumah sakit saja.

"Kamu, pasti kalau disuruh, ada maunya mulu. Yaudah nanti kamu pake aja, tapi jangan kamu rusakin. Rusak berarti uang jajan kamu Mama potong," peringat Fani yang terlihat seram di mata Ricky, sampai-sampai cowok itu menelan salivanya dalam-dalam.

"Si-siap Mamaku," ujar Ricky dengan gerakan memberi hormat seperti diupacara bendera hari senin, "Kalau gitu, Ricky bersih-bersih badan dulu."

Cowok itu berjalan pergi, namun baru beberapa langkah, ia kembali lagi karena melupakan satu hal. Ia mencium pipi kanan Fani, lalu melanjutkan langkahnya. Fani menggeleng tersenyum melihat kelakuan anaknya yang kelewat lucu. Persis seperti ayahnya saat muda dulu.

Dan suara kucing mengeong membuat Fani terlonjak kaget. Ia menatap kucing anaknya dengan tatapan serta senyum geli, "Kamu ini, Leha, bikin kaget Mama aja."

"Meong."

*****

Alamat rumah yang ditulis oleh Fani dengan alamat rumah yang ada di depannya, Ricky cocokan satu sama lain. Merasa sudah sama, ia berjalan masuk ke dalam halaman rumah itu. Matanya mengelilingi halaman depan dari rumah sahabat mamanya, seperti sedang menilai.

Tangan Ricky mengetuk pintu berwarna putih berkali-kali dengan jeda. Ia menunggu. Kepalanya menunduk dan kakinya bahkan ikut mengentak tanpa sadar. Suara pintu yang terbuka, membuat ia mengadah ke atas. Seorang cewek dengan piyama tidur menyambut Ricky.

Memang, saat ini langit sudah gelap, yang berarti sudah malam. Hanya ada bulan, serta bintang yang menghiasi gelapnya malam. Ricky terdiam, sedangkan cewek itu mengangkat alisnya.

Ngapain dia kesini?

"Ada apa ya? Mau cari siapa?" cewek itu bertanya. Suaranya begitu lembut, bahkan suara bidadari saja kalah dengan suara cewek itu.

Sadar, Ricky mengangkat plastik yang isinya kotak kue, "Ini, Mama gue ngasih kue buat nyokap lo. Dia bilang, nyokap kita sahabatan."

Cewek itu mengambil uluran plastik yang diberikan oleh cowok dihadapannya. Ia melihat apa isi dari plastik itu, walaupun tadi sudah diberitahu oleh Ricky, "Bilangin makasih ke Ibu kamu buat kuenya, ya, Rick."

Alis Ricky mengerut saat cewek itu menyebutkan namanya. Apa mereka pernah kenal? Otak Ricky terus bertanya-tanya dan menuntut sebuah jawaban, "Rick? Lo kenal sama gue?"

"Aku kenal kamu, tapi ngga tau kalau kamu kenal aku apa ngga." Ricky semakin bingung mendengar jawaban dari cewek itu, kenapa juga harus pake kode biar dirinya mengingat cewek itu.

Dasar cewek, dikira para cowok mesin pemecah kode apa.

"Haha aku bercanda, ngga usah bingung gitu. Kita pernah sekelas."

Jayus banget mbak, batin Ricky.

Ricky hanya mengangguk. Jawaban yang kedua ini sedikit rasional dan masuk akal. Tapi, kenapa ia tidak kenal dengan cewek itu, ya? Ricky menggaruk tengkuknya yang sekarang gatal. Ia sudah bingung, dan kalau sudah begitu, ia ingin segera pergi atau menghilang saja.

"Oh begitu, yaudah, gue pergi dulu ya. Salam aja buat nyokap lo dari Mama gue," ujar Ricky canggung.

"Ngga mau mampir dulu?" Ricky menggeleng, Ia kemudian permisi kepada anak dari sahabat Mamanya.

Fitria, yang biasa dipanggil Ria, hanya diam. Ia melihat punggung Ricky yang menghilang karena sudah masuk ke dalam mobil. Bibirnya tersenyum manis, sebagai tanda ucapan hati-hati di jalan.

Setelah melihat mobil merah milik Ricky menghilang, Ria berjalan masuk ke dalam rumah. Ibu Ria yang melihat anaknya membawa plastik, berkerut bingung. Tanda tanya bahkan tertulis disana jika bisa. Ria duduk di sofa keluarga samping ibunya duduk. Acara televisi yang menampilkan lomba musik bertajuk dangdut tidak lagi menjadi fokus dari Ibu dua anak itu.

"Kamu bawa apa itu? Memangnya siapa tadi yang berkunjung? Kok ngga disuruh masuk."

"Ini kue dari Tante Fani, Mi, dan yang nganterin itu si Ricky, dia buru-buru, makannya ngga bisa mampir dulu."

"Duh, Fani, Fani, bikin diabetes aja malam-malam suruh makan kue. Sahabat Mami yang ini nih, Ri memang rajin banget bikin kue."

Alysa--Mami Ria--membuka bungkus kue. Di sana, kue keju sudah menanti untuk disantap, harumnya juga langsung masuk dalam indera penciuman, "Fani tuh disuruh bangun toko kue, ngga pernah mau, ngga tau kenapa."

"Takut ngga bisa bagi waktu Kali Mi, namanya perempuan kan agak susah kalau mau kerja pas udah punya keluarga."

"Tapi anaknya udah pada remaja semua, jadi ngga usah takut kalau ngga bisa bagi waktu. Oh ya, Ricky gimana, dia ganteng?"

"Apaan si, Mi dia lumayan kok," ujar Ria malu. Siapa yang tidak malu coba, jika ditanya lawan jenisnya oleh orangtua sendiri.

"Iya, iya, dia lumayan kok. Yaudah Mami mau ke belakang dulu. Kamu jangan makan banyak-banyak, sisaiin untuk Papi sama Kakak kamu."

Ria mengangguk paham. Lagian ia juga tidak mungkin akan menghabiskan makanan manis ini, apalagi ini sudah malam hari. Pantangan bagi cewek makan malem-malem. Ria mengambil remote televisi, dan mulai mengganti channel tersebut dengan channel favoritnya.

Tapi, bukannya fokus, Ria malah kepikiran satu nama.

*****

A/n.

Hmm ada pemeran baru ternyata. Si Julehaaaa gengs, duhhh kucingnya si Ricky langsung buat gue suka sama dia 😂😂😂

Dan kira-kira Ria ini nanti bakal gimana yaa?? Wkwkwkw

Salam,
raggazi

Bogor, 05 Maret 2018

HSR (1): Ricky & AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang