☀️22

1.5K 107 5
                                    

"Lu berdua mau bantuin gue gak biar gue gak jomblo lagi?"

"Bantuin apaan?" tanya Darel.

"Bantuin gue dapetin Laura. Gue jamin deh setelah gue pacaran sama Laura hidup lu berdua bakal aman."

Kalvin dan Darel saling lirik dan berakhir anggukan dari keduanya.

"Please, lu berdua mau kan bantuin gue," ucapnya sambil menggosok-gosokan kedua telapak tangannya.

"Oke, kita bakal bantuin lu. Lagian kita juga udh enek disenderin mulu sama lu," oceh Kalvin yang risih dengan kebiasaan Yuga yang suka bersandar dan bahkan tak segan memeluk Darel dan dirinya.

Pernah suatu ketika Yuga memeluk Kalvin, karena dia iri melihat ada sepasang kekasih yang saling peluk di hadapannya saat mereka sedang liburan ke Bali tahun kemarin.

Itu memberikan trauma tersendiri untuk Kalvin, tapi kesenangan tiada tara untuk Yuga karena berhasil membuat Kalvin bergidik geli.

"Yuk kita samperin Laura sekarang," ajak Yuga kegirangan.

"Eh, bentar deh," cegah Kalvin. "Tapi nanti kalo dia lari ketakutan dan nangis histeris kayak waktu itu gimana?"

Darel sontak ketawa lebar.

"Ish, ni anak!" bentak Yuga geram. "Orang temennya lagi pusing malah diketawain."

Darel makin ketawa, Yuga jadi semakin kesal.

"Tenang dong." Darel mulai berhenti ketawa. "Gue punya ide cemerlang biar Laura nggak takut liat lu."

Raut wajah Yuga langsung berubah 180 derajat, jika tadi ia jengkel melihat Darel tertawa lebar. Sekarang dia malah tersenyum dan menatap penuh rasa hormat ke arah Darel.

"Lu emang panutan gue Rel."

"Bentar ya, gue mau ambil properti dulu di kelas," seru Darel, ia memutar balik tubuhnya dan masuk ke dalam kelas.

Selang beberapa detik ia keluar sambil memegang kacamata hitam yang entah dia dapat darimana.

"Nih, pake," ujar Darel sambil memberikan kacamata yang ia pegang.

"Biar Laura gak takut ngeliat mata belo lu," lanjutnya.

Yuga langsung nyengir dan terlihat puas dengan ide cemerlang dari temannya itu.

Dengan rasa percaya diri dia langsung memakai kacamata itu.

Mereka bertiga berjalan berdampingan layaknya casanova, berjalan sambil bergandengan tangan dan melangkah dengan percaya diri.

Kelakuan konyol ketiganya pun mampu menarik perhatian semua anak yang sedang berkumpul di depan kelas maupun yang berada di lapangan.

Mereka semua langsung kompak memicingkan mata ke arah ketiganya. Tepatnya, mereka menatap tajam Yuga yang berdiri di tengah-tengah dengan kacamata hitam yang melekat. Jelas saja itu mampu membuat setiap anak yang melihatnya ketawa.

"Wey, Ga. Lu ngapain di sekolah pake kacamata item? Udah kayak tukang pijet keliling aja lu," ledek siswa lainnya.

"Yuga mau nyamperin dedek Laura, mau jadi saksi cinta mereka gak?" ajak Darel.

Kata-kata Darel didengar oleh beberapa siswa yang sedang duduk di sana dan para siswa itu pun tertarik dan mengikuti mereka.

Ketika sudah sampai di depan kelas Laura, mereka pun langsung menjalankan aksinya.

"Hai cantik, kalian liat dedek Laura gue gak?" tanya Yuga pada sekumpulan siswi yang sedang asik bergosip ria di depan kelas.

"Laura? Kayaknya ada di dalem deh," jawab salah satu siswi.

Wachten / Menunggu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang