☀️26

1.4K 107 3
                                    

Darel memejamkan matanya, cairan bening tiba-tiba keluar dari sudut matanya.

Dia tertegun.

Raka semakin jengkel lalu kembali memukulnya tanpa ampun, tapi detik berikutnya dia berhenti lalu ikut menangis tanpa suara.

Kalvin mengatupkan bibirnya rapat-rapat lalu buru-buru menghubungi seseorang melalui telepon.

"Cel. Kamu di mana?"

Yuga terperangah lalu merebut handphone Kalvin. Sepertinya Yuga tahu jika Kalvin akan meminta Celine datang dan membawa Dyra. Mungkin dengan kehadiran Dyra kedua temannya itu bisa berhenti bertengkar.

"Lu gila Vin! Kalo lu nekat manggil Dyra ke sini dan Darel semakin marah gimana?"

Kalvin memegang tangan Yuga erat lalu kembali mengambil handphone-nya.

"Gue gak peduli Darel marah sama gue!" ucapnya. "Jalan satu-satunya cuma begini."

Kalvin kembali menghubungi Celine.

"Cel. Lu di mana?" tanyanya lagi.

Celine kaget. Kenapa Kalvin tiba-tiba menelponnya jika didengar dari suaranya sepertinya pacarnya itu lagi dalam situasi yang mencekam.

Mata Celine langsung terbuka lebar ketika dia mendengar suara teriakan seorang lelaki dari balik telepon, membuatnya semakin yakin jika sedang ada keributan di sana.

"Itu suara apa Vin? Siapa yang lagi berantem? Kamu di mana sekarang? " tanya Celine was-was.

"Kamu bisa ajak Dyra ke belakang warung Mpok Indun. Kamu tau kan?" Kalvin menelan ludah ia tahu pasti sekarang Celine sedang gemetar ketakutan karena berpikir dia dalam bahaya.

"Aku baik-baik aja. Kamu gak usah takut. Aku mau kamu sama Dyra ke sini sekarang."

Tanpa banyak bertanya dan menjelaskan apa yang baru saja ia dengar, Celine membawa Dyra ke tempat yang dimaksudkan oleh Kalvin.

Celine dan Dyra kompak menoleh ke kiri dan kanan. Napas keduanya hampir putus karena berlarian dari sekolah sampai akhirnya bisa berdiri di tempat ini.

Tanpa permisi Dyra mendorong semua orang yang sedang berkumpul di sana. Mereka langsung menggeser tubuh waktu melihat kedua gadis itu mencoba menerobos masuk ke dalam kerumunan.

Celine langsung menghampiri Kalvin dan menangis sejadi-jadinya, dia lega orang yang dia sayang baik-baik saja.

Berbeda dengan Celine. Dyra terlihat murka, di tariknya baju belakang Raka yang sudah siap kembali melayangkan pukulannya kepada Darel yang sudah terlihat lemas.

Dibentangkannya kedua tangannya lebar-lebar di depan Raka.

"Mundur! Atau gue bakal teriak!" ancamnya. Raka yang kebingungan langsung melangkah mundur.

Dyra langsung memeluk erat Darel.

"Kamu kenapa Rel?" rengek Dyra. "Kenapa kamu diem aja dan biarin Raka mukulin kamu begini!" Darel tidak merespon.

Dyra melepaskan pelukannya lalu mengusap wajah Darel yang berdarah dengan tisu yang selalu ia bawa dalam tas.

"Pasti kamu kesakitan ya?" Dengan cemas Dyra memandangi Darel. Darel tak menjawab.

Dyra bangkit dan berdiri, lalu menatap semua orang yang berdiri di sana yang hanya diam saja melihat perkelahian keduanya. Mereka semua ditatapnya satu persatu.

Wachten / Menunggu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang