☀️23

1.5K 115 7
                                    

Keadaan parkiran sudah sepi, mungkin itu yang membuat ketiganya berani bertindak konyol seperti itu.

"Udah gila ya lu bertiga!!!" pekik Celine yang kesal.

Mendengar teriakan Celine, ketiganya langsung berhenti. Memutar tubuh, lalu nyengir ketika mendapati kedua gadis itu terlihat sudah berdiri di hadapan mereka.

"Kalo mau joget tuh di rumah! Ngapain joget-joget di sini, malu-maluin tau gak!" omel Celine.

Yuga yang tidak mau terlibat pertengkaran temannya dengan kedua gadis di depannya itu langsung menaiki motornya dan pergi.

"Sorry ya, gue gak mau ikut-ikutan," katanya sembari pergi.

"Penghianat lu Yug!" pekik Kalvin begitu melihat Yuga pergi, lalu detik berikutnya kedua lelaki itu kompak nyengir sambil sesekali mengelap wajah mereka yang dipenuhi keringat.

"Kamu lagi dateng bulan ya galak banget," kata Kalvin.

Celine berkacak pinggang.

"Kamu tuh ya kebiasaan banget, kalo ceweknya marah tuh dibujuk kek, dirayu kek biar gak marah lagi bukannya malah diledek," omel Celine.

Saat Celine sibuk memarahi Kalvin, di lain sisi Darel justru tersenyum simpul ke arah Dyra yang terlihat tenang, sikap yang ditunjukkan gadis benar-benar berbeda dari Celine.

"Kamu nggak ngomel juga?" bisik Darel pelan.

Dyra cuma merespon dengan senyuman sembari menggeleng.

"Ngapain sih joget-joget di parkiran?" protes Celine lagi.

Kalvin terkekeh. "Kepo banget sih."

Celine semakin naik pitam, matanya melotot, secepat kilat satu tangan Kalvin membungkam mulut gadis itu agar tidak kembali ngomel sedangkan satu tangannya lagi ia gunakan untuk menggenggam tangan Celine sembari menariknya ke arah motor.

"Mending sekarang kita pulang, ngomelnya lanjut di motor aja ya."

"Ayo naik. Kamu masih mau ngomel kan? Yuk, ngomelnya di atas motor aja. Biar enak sepoi-sepoi," kata Kalvin yang sudah duduk di atas motornya.

Bibir Celine mengerucut, dan tanpa banyak basa-basi lagi dia pun langsung menaiki motor Kalvin.

"Rel, Dyr kita balik duluan ya," pamit Kalvin.

Darel menjawab. "Oke, hati-hati Vin."

Begitu Celine dan Kalvin tidak terlihat lagi Dyra mulai bertanya, "Kamu kenapa sih kok daritadi senyum-senyum gitu?"

"Ada kamu sih di depan aku," jawab Darel asal.

Dyra tersenyum malu-malu.

***

Keduanya bersiap untuk pulang, Dyra menaiki motor Darel lalu ia terlihat ragu-ragu.

Ingin rasanya dia memeluk erat Darel sambil menenggelamkan kepalanya di punggung hangat miliknya, tapi dia takut.

Takut tidak bisa mengkontrol detak jantungnya yang sudah pasti akan berdetak lebih kencang daripada biasanya.

"Udah siap, Dyr?" tanya Darel membuat Dyra buru-buru menjawab. "Udah, ayo jalan."

Darel menarik gasnya dan melaju dengan pelan. "Kalo mau pegangan izin dulu, ya. Biar gak kaget," katanya.

Dyra yang duduk di belakang sontak langsung memiringkan tubuh dan mencoba bertanya, "Kamu ngomong apa barusan Rel? Bisa diulang gak? Aku gak denger soalnya.

Wachten / Menunggu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang