☀️38

1.3K 94 17
                                    


Di sepanjang jalan dari gerbang kampus sampai koridor, gadis bermata minimalis itu tidak berhenti untuk tersenyum.

Ia pun tidak lupa untuk menyapa teman-temannya yang kebetulan berpapasan dengannya. Perubahan drastis yang ditunjukkan Dyra pagi ini membuat orang-orang yang mengenalnya menatap penuh keheranan.

Bagaimana tidak? Jika biasanya Dyra selalu berjalan dengan muram, ekspresi di wajahnya pun selalu datar, nyaris tanpa ekspresi. Tapi hari ini dia benar-benar berbeda, wajahnya berseri-seri menambah kesan cantik di wajahnya.

Begitu tiba di kantin ia memeicingkan mata untuk memastikan jika yang dia lihat benar-benar Celine.

"Hai." Dyra menepuk pundak Celine, menarik kursi lalu duduk.

Melihat ada sepiring nasi goreng di hadapannya, tanpa berpikir panjang ia pun langsung menyantapnya.

"Lu kok sendirian aja? Kalvin mana?" tanyanya sembari memasukan satu suapan lagi ke dalam mulut.

Celine mengangkat pundak. "Nggak tau."

Dyra cuma tersenyum manis. "Berantem lagi?"

"Bisa jadi," jawab Celine singkat.

Pikiran Celine masih dihantui dengan sikap Kalvin kemarin malam.

"Makasih ya Cel."

Celine bertanya sambil menyeruput teh hangat miliknya. "Buat?"

"Buat semuanya, termasuk pengorbanan lu yang selalu ada buat gue."

"Ya ampun kayak sama siapa aja sih lu."

Dyra tersenyum lebar. "Oh iya Cel. Kok kemaren malem lu bisa tau kalo Darel ada di rumah Kalvin?"

"Jadi waktu itu gue lagi telponan sama Kalvin, terus gue kayak denger suara Darel dari balik telepon."

"Oh ya? Kenapa lu bisa seyakin itu, kalo suara yang lu denger itu Darel?"

"Dyra, Dyra," Celine geleng-geleng di sela tawanya. "Lu nggak inget emang, kalo selama dua tahun ini setiap gue maen ke rumah lu. Voice note Darel selalu lu puter di kamar?"

Dyra ketawa lepas.

"Gue seneng liat lu se-happy ini." Selama dua tahun ini memang Celine jarang melihat temannya itu tertawa selepas ini. Tertawa atas kemauannya sendiri tanpa harus di paksa atau memaksakan diri.

Dyra ketawa lagi. "Iya dong, kan udah ketemu Darel."

"Oh iya lu udah tanya ke Darel siapa cewek yang waktu itu kita liat di restoran?"

Celine bukannya tidak senang melihat Dyra kembali ceria, tapi dia ingin menjadi perisai untuk sahabatnya itu. Dia tidak mau kembalinya Darel membuat Dyra akan lebih terluka dari sebelumnya.

"Buat apa?"

"Buat mastiin aja."

"Nggak perlu. Gue percaya sama Darel jadi nggak mungkin dia ngelamar cewek itu. Gue bodoh kalo berpikir begitu."

Wachten / Menunggu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang