☀️44

1.2K 78 3
                                    

Flashback.

Darel dan Disty baru saja menginjakkan kaki di rumah besar tempat Deril, juga Kakek, Neneknya tinggal.

Selama satu minggu di Belanda, Darel sama sekali tidak bicara. Dia mengunci mulutnya rapat-rapat.

Sampai akhirnya suatu hari ia mengalami kecelakaan. Darel sempat koma selama sebulan, saat itu Darel selalu mengigau memanggil nama Dyra.

Deril jadi bertanya-tanya tapi tidak ada satu petunjuk pun yang ia dapatkan. Ia bermaksud membawa Dyra, mungkin hal itu dapat membuat Darel kembali sadar.

Tapi sayangnya Darel kehilangan ponselnya karena kejadian naas itu. Satu-satunya petunjuk cuma selembar foto seorang gadis yang disimpan Darel dalam dompet cokelat miliknya, Deril meyakini jika semua ini ada hubungan dengan gadis itu.

Begitu terbangun dari tidur panjangnya. Darel menangis tanpa suara, seluruh tubuhnya kaku, tidak bisa digerakkan sama sekali. Bahkan untuk bicara pun dia tidak mampu.

Setelah menjalani terapi pasca kecelakaan selama enam bulan, barulah semua tubuh Darel kembali berfungsi namun belum seutuhnya. Masih butuh waktu beberapa bulan lagi sampai semua saraf-saraf di tubuhnya dapat berfungsi dengan normal.

Darel dan Deril sedang duduk di bangku taman rumah sakit. "Cewek ini siapa Rel?" Deril bertanya terang-terangan.

Darel melirik sebentar ke arah foto itu, "Bakar aja! Gue nggak butuh foto itu."

"Loh, kenapa? Cantik gini, sayang kalo dibakar. Buat gue aja ya."

"Terserah lo."

"Gue udah denger semuanya dari Disty, gue juga udah tau kenapa Disty tiba-tiba minta sekolah di sini dan lu pasti jadi ikutan ke sini karena lo nggak bisa jauh dari Disty kan?"

Darel diam.

"Lo tau siapa yang udah kasih tau Adek kita tentang Ibu?"

Darel mengangguk.

"Siapa?"

"Lu ngga perlu tau!"

"Perlu Rel. Perlu. Lu sama Disty itu berharga buat gue. Gue nggak akan lepasin orang yang udah buat kalian jadi begini."

"Telat Ril. Lu kemana aja selama ini? Lu enak-enakan di sini. Tapi apa lu tau apa yang udah gue lalui di Jakarta."

"Gue tau, gue tau Rel..." Darel memotong lalu menggelengkan kepalanya.

"Lu nggak tau apa-apa! Karena lu nggak pernah ada di posisi gue, lu nggak pernah ngerasain ngerawat Ibu yang bahkan nggak tau kalo lo itu anaknya. Lo juga nggak pernah tau rasanya harus pura-pura bahagia punya nyokap tiri demi Disty. Dan lo juga nggak pernah tau gimana takutnya gue kalo sampe Disty tau Ibu kandungnya kena gangguan jiwa! Lu nggak tau, lu nggak tau apa-apa Bang!"

Darel mencoba berdiri baru tiga langkah, tubuhnya seketika limbung, dia pun langsung jatuh tersungkur di tanah.

Deril mendekat, tidak lagi dengan sikap santai, tapi ada rasa bersalah tergambar jelas di wajahnya. "Lo nggak papa?"

Darel mendorongnya keras. "Nggak usah sok peduli sama gue."

Tiga bulan setelah itu, kondisi Darel pulih seutuhnya. Hubungan dia dengan Deril pun membaik.

Darel meminta satu hal pada Deril. Dia ingin kembarannya itu menggantikan posisinya di Jakarta. Dia harus merawat Hana, seperti yang biasa ia lakukan. Dan juga Deril harus selalu baik pada Fani dan Ayah mereka. Cuma itu satu-satunya cara jika Deril benar-benar tulus dan mau menebus kesalahannya.

Wachten / Menunggu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang