TEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEET.
"Berisik kamu, Sougo!" Gintoki marah-marah sambil membuka pintu menuju beranda. "Kenapa tidak turun saja dan berikan es krim untuk Kagura secepatnya, hah?!"
"Jam segini adalah waktumu tidur siang. Kalau aku mengetuk pintu, kau tidak akan bangun," kata Sougo sambil menampakkan wajahnya dari jendela mobil.
"Darin!" Kagura tiba-tiba muncul dari bawah tangan Gintoki yang masih memegang pintu. "Aku turun sebentar lagi."
Gintoki duduk bersila sambil memandangi Kagura yang kesenangan berlalu menghampiri Sougo di lantai bawah.
"Anak itu," Gintoki berdecak. "Kenapa Kagura harus mendapatkan bocah tengil seperti itu?"
Kagura menghampiri Sougo yang masih berada di dalam mobil. Sougo memberikan satu kantung plastik besar berisi es krim vanila favorit Kagura.
"Terima kasih, Sougo!" kata Kagura sambil memeluk kantung plastik yang diberikan Sougo.
"Cium dulu," kata Sougo.
Ujung katana menempel pada leher Sougo saat Kagura mendekatkan wajahnya pada pacarnya itu.
"Ini masih jam kerja," kata Hijikata sambil mengembuskan asap rokok. "Cium atau seppuku."
"Nanti malam saja, Kagura. Aku akan menemuimu di rumah," Sougo mengelus kepala Kagura yang kesal. "Sampai nanti."
Kagura melambai pada Sougo. Sougo dan Hijikata membalas lambaiannya dan mobil mereka pun bergerak pergi.
Kagura menaiki tangga dan masuk ke dalam rumah. Ia menemukan Gintoki yang sudah tiduran menyambut kedatangannya.
"Oi, oi. Jangan kamu yang turun, Sougo harus naik ke atas," kata Gintoki. "Mana harga dirimu?"
"Tidak apa-apa, Gin-chan. Sougo kan, buru-buru," jawab Kagura sambil melempar es krim pada Gintoki. Gintoki menangkapnya dengan cepat.
"Dasar murahan," kata Gintoki sambil merobek bungkus es krim dengan giginya.
"Gin-chan lebih murahan," Kagura sudah menggigit es krimnya, entah sejak kapan ia membukanya. "Gin-chan dibuat kesal oleh Tsuki. Tapi Gin-chan malah merajuk dengan mengajak berhubungan suami-istri."
Kagura kembali menggigit es krimnya dan menirukan omongan Gintoki yang sedang merajuk Tsuki. "Ayo, Honey. Aku sudah tidak bisa tahan lagi, anak-anakku ingin melihat dunia."
"Kamu tahu dari mana itu?!" kata Gintoki. Wajahnya panik. "Kami sudah menikah! Itu hal yang wajar!"
"Gin-chan," Kagura menggigit es krim ketiganya, sedangkan Gintoki masih menjilati es krim pertamanya. "Menurutmu, bagaimana kalau aku menikah dengan Sougo?"
Wajah Gintoki mendadak muram. "Ya, terserah."
"Aku butuh Gin-chan sebagai wali," kata Kagura sambil memperhatikan es krimnya.
"Tidak masalah," jawab Gintoki. Tiba-tiba, wajahnya berubah. "Oi, oi! Kamu mau menikah dalam waktu dekat?!"
"Mungkin begitu," Kagura menjilati es krimnya. "Sougo mengajakku menikah beberapa hari lalu. Katanya, supaya aku tidak hidup bersama Gin-chan."
"Bajingan itu..." Gintoki menggigit sebagian besar es krimnya. "Dia bilang apalagi?"
Kagura terlihat berpikir. "Um... Dia bilang, sebaiknya kami cepat-cepat menikah. Edo sudah aman sekarang, dan tidak ada salahnya untuk melanjutkan hubungan kami ke jenjang pernikahan. Lebih cepat, lebih baik."
"Dari sekian ribu lelaki di Edo, kenapa kamu tidak memilih lelaki lain, Kagura?" Gintoki melempar stick es krimnya yang sudah habis ke arah tempat sampah. Dan lemparannya tepat sasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After War
FanfictionUsai perang, kehidupan para pahlawan yang telah memberikan Edo kehidupan punya jalan mereka masing-masing. Hijikata dan Sougo, misalnya, yang akan menikahi orang yang mereka cintai.