Chapter 19

838 86 1
                                        


Sudah dua jam Hijikata dan Mitsuba duduk di Maruyama Coffee. Dalam dua jam, Hijikata telah menyelesaikan 10 laporan. Empat diantaranya butuh direvisi.

Hijikata menguap sambil mengambil bungkus rokoknya. Dia membukanya, dan isinya kosong.

Pandangannya tertuju pada Mitsuba yang sedang membaca dengan serius. Selama dua jam, pandangan Hijikata terbagi dua, yaitu laporan yang harus dia selesaikan dan Mitsuba. Sesekali, Mitsuba terlihat tersenyum saat dia sedang membaca. Kelihatannya, ada kalimat yang membuat gemas.

"Mitsuba-san, apakah kamu bosan?" tanya Hijikata.

"Belum," jawab Mitsuba-san sambil menggeleng.

"Bilang saja kalau bosan. Kita pulang," kata Hijikata. "Aku boleh ke mini market sebentar? Rokokku habis."

"Mau aku belikan saja? Jadi, kamu bisa menyelesaikan laporanmu."

"Tidak usah, kamu tunggu saja di sini. Sebentar, ya."

Hijikata buru-buru keluar Maruyama Coffee dan berjalan cepat menuju mini market di sebelah cafe. Dia membeli dua bungkus rokok dan menyesali kenapa rokok yang ia beli di supermarket tidak dia bawa.

Hijikata buru-buru kembali ke Maruyama Coffee dan melihat Mitsuba tengah bicara dengan dua orang. Lelaki berambut cokelat dengan seragam Shinsengumi terlihat menyadari kehadirannya.

"Hijikata-san," Sougo melambai pada Hijikata. "Bosan dengan masakan kakakku, ya?"

"Aku memang mengajaknya pergi," jawab Hijikata sambil membakar rokok dan berjalan mendekat. "Bukan karena bosan."

"Serial televisi kesayangan aneue sedang diputar sekarang," kata Sougo. "Dan kau mengajaknya pergi?"

"Tidak apa-apa, Sou-chan. Nanti malam ada tayangan ulangnya," kata Mitsuba.

"Dan kenapa kau ada di sini bersama Kagura, Sou-chan?" tanya Hijikata sambil mengembuskan asap rokok. "Bukankah kau seharusnya sedang bertugas?"

"Ini jam makan siang, Hijikata-san. Jadi, aku mengajak Kagura untuk makan siang bersama. Benar kan, Darin?"

"Ya!" Kagura menatap Hijikata dengan senyum lebar. "Kami boleh duduk di sini?"

"Tentu saja," Sougo langsung duduk di samping kakaknya. "Makan siang kita gratis hari ini."

"Sembarangan," Hijikata kembali ke tempat duduknya. "Duduk, Kagura-chan. Jangan pesan makanan terlalu banyak."

Tidak sampai 15 menit, pesanan Sougo dan Kagura datang. Keduanya pun mulai makan.

"Lain kali kalian makan di rumah, ya?" Mitsuba memperhatikan Kagura yang makan dengan lahapnya. "Nanti aku masak makanan yang banyak."

"Oh, anego baik sekali!" kata Kagura sambil menelan makanannya. "Nanti aku akan bantu!"

"Kamu menggemaskan sekali, Kagura-chan," Mitsuba mencubit pipi Kagura. "Besok malam ya, Sou-chan?"

Sougo mengangguk. "Oke."

Hijikata hanya mendengarkan percakapan mereka. Matanya tertuju pada laporan yang dibuat oleh Sasaki dan Yamazaki.

Tulisan mereka kenapa enggak karuan begini, ya?

"Hijikata-san," Kagura memanggil Hijikata. "Bagaimana keadaan di rumah?"

"Seperti biasa, semua aman terkendali," jawab Hijikata sambil membuang abu rokoknya ke asbak.

"Kau dan anego kelihatannya semakin akrab," kata Kagura sambil menyuap nasi dan tomat ke mulutnya.

"Tentu saja. Hijikata-san pasti senang hidupnya kini terurus dengan baik," timpal Sougo.

"Oi, Sougo. Habiskan makananmu," kata Hijikata dengan jengkel. "Kau belum memberiku laporan sejak hari Senin."

"Aku langsung melapor pada Kondou-san. Kau kan sedang dibebas-tugaskan."

Hijikata berdecak. "Jadi, kau senang menggantikan posisiku untuk sementara waktu?"

"Biasa saja. Aku hanya senang mengancam mereka untuk melakukan seppuku jika ada yang bolos kerja."

"Kau lebih sering bolos kerja dibanding mereka."

"Itu benar, terutama ketika kau yang menyuruh."

Mitsuba tiba-tiba tertawa. "Kalian lucu sekali."

Hijikata dan Sougo tidak menjawab.

"Hubungan mereka unik sekali, anego," kata Kagura. "Mereka sering bertegkar, tapi mereka menyayangi satu sama lain."

"Kata siapa?" Hijikata dan Sougo bicara bersamaan.

"itu fitnah," kata Hijikata sambil mengisap rokoknya.

"Aku tidak sudi mendengarnya," ucap Sougo sambil mengunyah makanannya.

"Kenapa kalian tidak mau menerima keakraban kalian?" tanya Mitsuba.

"Kami rekan kerja, dan keakraban kami itu palsu. Itu terjadi untuk keperluan pekerjaan," jawab Sougo.

"Untuk apa aku akrab dengan bocah sadis seperti Sou-chan yang menggemaskan?" kata Hijikata.

Sougo menginjak kaki Hijikata, membuat kedua mata Hijikata melotot.

"Kau hanya akrab denganku jika aku sedang membicarakan aneue. Benar, kan?" kata Sougo.

Hijikata menarik kakinya dan menginjak kaki Sougo. Mulut Sougo menganga. Kedua matanya mendadak melotot.

"Tidak juga, Sou-chan," timpal Hijikata. "Oi, ini sudah hampir 13.30. Kembali bekerja atau seppuku."

Sougo berdecak dan menelan suapan terakhirnya. "Baiklah. Darin, kamu sudah selesai makan?"

"Sudah," kata Kagura sambil mengelus perutnya.

"Sou-chan, besok mau aku buatkan makan siang?" tanya Mitsuba.

"Boleh. Nanti aku ambil di rumah," ucap Sougo.

Sougo berdiri dan membersihkan mulutnya dengan tissue. "Kami pergi dulu. Sampai besok malam, aneue, Hijikata-san. Ayo, Darin."

"Sampai bertemu Hijikata-san! Anego!" Kagura memeluk Mitsuba dan di saat yang sama, Sougo melempar tissue bekasnya ke arah Hijikata. Namun, gumpalan tissue tersebut ditangkap dengan cepat oleh Hijikata.

Sougo dan Kagura berjalan keluar Maruyama Coffee dan berjalan meninggalkan tempat tersebut.

"Darin," Kagura mendekatkan dirinya pada Sougo. "Bagaimana menurutmu?"

"Yah..." tangan kanan Sougo meraih tangan Kagura untuk digenggam. Tangan kirinya sedang mengetik pesan singkat pada handphone-nya. "Hijikata cukup baik karena mengajak aneue keluar rumah."

"Aku bisa melihat cara Hijikata-san memperhatikan anego. Tatapannya penuh cinta!" kata Kagura dengan wajah berseri-seri.

"Aku tidak terlalu memperhatikan mereka," ujar Sougo. "Pandanganku tertuju pada pacarku yang sangat menikmati makan siangnya."

"Cih," Kagura melepaskan genggaman tangan Sougo. Dia merasa tersindir dengan omongan Sougo.

"Aku tidak menyindir. Tapi kamu terlihat menyenangkan jika sedang makan," kata Sougo sambil merangkul Kagura. "Kamu mau gulali?"

"Mau," jawab Kagura. Wajahnya kembali berseri-seri.

"Oke," Sougo mengunci handphone-nya dan memasukkannya ke sakunya.

"Kamu kirim pesan ke siapa?" tanya Kagura.

"Kondou-san. Aku melapor padanya kalau kita baru saja bertemu Hijikata dan aneue," kata Sougo.

Life After WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang