"Itadakimasu!" teriak Kagura sambil melahap daging berukuran besar ke mulutnya.
Atas permintaan Gintoki, Tsuki membuat shabu-shabu malam ini. Kagura juga membawa Sougo untuk ikut menikmati. Shinpachi juga turut hadir.
"Oi, Shinpachi. Mana Otae dan Kondou?" tanya Gintoki.
"Kondou-san pulang malam hari ini. Aneue harus menunggunya di rumah, jadi dia tidak ikut," jawab Shinpachi.
"Itu ada artinya, Shinpachi. Artinya, kau akan segera punya keponakan," ujar Gintoki.
"Makan yang banyak Kagura," kata Tsuki sambil menepuk-nepuk punggung Kagura.
"Pasti!" Kagura menelan jamur berukuran besar. "Ini enak sekali, Tsuki!"
"Darin, pelan-pelan. Dagingnya masih banyak," kata Sougo sambil menyuap daging ke mulutnya.
Kagura seakan tidak memperhatikan omongan Sougo. Dia kalap, dan mengunyah makanannya dengan cepat.
"Gin-san, porsinya banyak sekali. Apa ini tidak kebanyakan?" tanya Shinpachi.
"Kamu tidak lihat daritadi Kagura makan sebanyak apa? Kau tidak merasa dosa-dosa kita selama hidup juga sudah dimakan Kagura?" jawab Gintoki sambil menyeruput kuah shabu-shabu.
Jam dinding menunjukkan pukul 20.34. Gintoki terus memandangi jam dinding dengan malas. Sesekali, ia mendengus keras.
"A-aku..." Kagura sendawa. "Masih sanggup dua porsi lagi..."
"Untung rumahmu di sini. Kalau rumahmu di blok lain, mungkin aku sudah dikira menghamili anak orang," ucap Sougo sambil membersihkan mulut Kagura dengan tissue.
"Gin-san, ini sisanya masih banyak," kata Shinpachi sambil melihat ke arah panci raksasa yang isinya masih cukup banyak. "Aku berikan pada Otose, ya?"
"Iya, berikan saja padanya," Tsuki membereskan beberapa piring kotor dan menumpuknya. "Otose sedang kedatangan banyak pelanggan di bawah. Bawakan saja lima porsi untuknya dan Catherine."
Tsuki menatap Gintoki dan mengucapkan 'Kemana dia?' tanpa suara. Gintoki hanya bertopang dagu dan mendengus.
Mungkin dia ingin waktu berdua saja dengan Mitsuba.
Shinpachi membungkus lima porsi shabu-shabu dan membawakannya pada Otose. Kagura masih nekat untuk memakan sisa daging di mangkuknya.
"Darin," Sougo kembali membersihkan mulut Kagura. "Aku tidak bisa membayangkan jika kamu buang air besar di toilet."
"Darin..." kata Kagura dengan lemah. "Cukup..."
Kagura mengusap-usap perutnya dan mendadak, ia teringat sesuatu.
"Gin-san, kamu tidak mengundang Hijikata-san dan anego?" tanya Kagura.
Gintoki menelan daging yang berada di dalam mulutnya. "Tidak."
Sougo menyuap jamur ke mulutnya. Entah kenapa, dia kesal ketika mendengar nama Hijikata disebut.
Sudah seminggu Hijikata diliburkan oleh Kondou. Tapi, Sougo tak melihat ada perubahan yang berarti. Strategi untuk mendekatkan Hijikata dengan Mitsuba kelihatannya percuma. Yang ada, Sougo malah merasa Hijikata hanya memanfaatkan waktu cutinya untuk melakukan seks bebas di rumahnya.
Sougo mendengus pelan. Dia benci orang itu. Entah apa yang dilakukan oleh Hijikata selama seminggu berada di rumahnya. Hijikata masih saja mengurus pekerjaannya sebagai seorang Fukucho, dan Sougo tidak suka itu. Hijikata diberi cuti, dan seharusnya dia memanfaatkannya. Kondou begitu baik untuk memberinya waktu libur di saat Shinsengumi membutuhkannya.
"Kelihatannya percuma," ucap Sougo tiba-tiba. "Kita gagal, Danna."
Gintoki tidak menjawab. Dia hanya bertopang dagu sambil menyuap daging ke mulutnya.
"Tak ada yang gagal, Sougo," Gintoki menjawab di saat mulutnya penuh makanan. "Aku yakin Mitsuba senang dengan kehadiran Toshi."
"Si tolol itu hanya membuang waktu, begitu juga kita," kata Sougo.
"Tidak begitu, Sougo. Kenapa kau ngotot sekali?"
Sougo menatap Gintoki. "Aku akan membuang mayatnya ke sungai nanti malam."
Pintu mendadak terbuka dan Shinpachi menampakkan diri. "Kita kedatangan tamu."
Shinpachi membenarkan kacamatanya dan menyingkir dari pintu. Hijikata muncul dengan mengenakan yukata hitam. Mitsuba menyusul di belakangnya dengan mengenakan kimono berwarna merah tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After War
FanfictionUsai perang, kehidupan para pahlawan yang telah memberikan Edo kehidupan punya jalan mereka masing-masing. Hijikata dan Sougo, misalnya, yang akan menikahi orang yang mereka cintai.