Chapter 17

914 87 7
                                    


Hijikata dan Katsura berjalan bersama menuju supermarket. Hijikata pun menceritakan kenapa dia berada di kediaman Okita.

"Aku mengerti," Katsura mengangguk pelan. "Jadi, kau akan menikahi Mitsuba-san."

"Mungkin," Hijikata membakar rokok yang sudah berada di mulutnya. "Suatu saat nanti."

"Kau terlalu lama bergerak, Hijikata-san."

"Aku tahu itu."

"Sampai teman-temanmu gemas melihatmu."

"Aku juga tahu itu."

"Kau sadar kau telah dijebak. Apakah kau benar-benar memanfaatkan waktu yang mereka berikan?"

"Aku harap aku bisa."

"Apa gerakanmu selanjutnya?"

"Aku belum tahu."

"Bisakah kau menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang lebih panjang?"

"Aku tak punya jawaban lain selain 'Aku tahu' dan 'Aku belum tahu'."

"Atau kau sebenarnya memang belum tahu?"

Hijikata tak menjawab. Jemarinya memainkan rokok yang abunya sudah nyaris jatuh ke tanah.

Sesungguhnya, Hijikata belum tahu apa yang akan ia lakukan setelah hari ini. Jangankan setelah hari ini, dia belum tahu apa yang akan ia lakukan setibanya dia di kediaman Okita nanti.

Hijikata ingat sekali pembicaraan dengan Gintoki saat di restoran. Hijikata meminta waktu hingga hari Minggu, dan sekarang sudah hari Rabu. Sesungguhnya, dia tak tahu apa yang dia perbuat. Dia hanya meminta waktu, tanpa punya rencana.

Hijikata mengisap rokoknya. "Mungkin kau benar, Zura. Aku belum punya rencana."

"Zura janai, Katsura da," jawab Katsura. "Sebenarnya, kau tidak perlu rencana."

Hijikata tak menoleh. Dia terus memandang ke depan.

"Daripada kau punya rencana, sebaiknya kau menjalani hari-harimu dengan Mitsuba-san dengan sungguh-sungguh," kata Katsura. "Tunjukkan padanya kalau kau memang mencintai Mitsuba-san. Dia pasti merasakan setiap pergerakanmu."

"Haruskah seperti itu?"

"Kalau kau mencintai seseorang, kau pasti menunjukkan kelembutanmu pada orang itu."

"Seperti menyantap ramen buatan Ikumatsu setiap malam?"

"Jangan bahas Ikumatsu dulu. Aku belum lapar."

Hijikata mendongak menatap langit yang berawan. "Aku terlalu kaku untuk menunjukkan sisi lembutku pada Mitsuba-san."

"Kau tidak akan menyadarinya, Hijikata-san. Sisi lembutmu akan muncul dengan sendirinya tanpa kau sadari."

Hijikata tak menjawab. Tapi, dia mengakui kalau omongan Katsura ada benarnya.

Hijikata dan Katsura tiba di supermarket. Keduanya membeli bahan-bahan makanan, membayarnya, dan pergi dari supermarket.

"Apa kata Gintoki tentang misi ini?" tanya Katsura saat mereka berjalan meninggalkan supermarket.

Hijikata membakar rokoknya. "Dia tidak bilang apa-apa."

Katsura tersenyum lebar. "Semenyakitkan itukah omongan Gintoki sampai kau tidak bisa menjawabnya?"

Hijikata mendengus. "Omongan dia selalu menyakitkan dan benar di saat yang sama."

"Dia sudah seperti itu sejak Perang Joui."

"Aku tahu itu."

"Jadi, kapan kau akan menikahi Mitsuba-san?"

Life After WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang