Pagi itu, Hijikata berjalan ke arah ruangan rapat di markas Shinsengumi. Kondou memanggilnya. Katanya, ada masalah penting.
Setelah membakar rokok, Hijikata membuka pintu ruang rapat dan menemukan Kondou sendirian di dalam. Dia duduk bersila dengan katana di atas pangkuannya.
Eh? Kondou-san?
Hijikata menghampiri Kondou dan duduk di hadapannya. Kedua mata Kondou terpejam, seakan sedang memikirkan hal yang sangat serius.
"Kondou-san? Kau memanggilku?" tanya Hijikata pelan.
"Zzz..."
"Kondou-san!" teriak Hijikata.
"Ah! Ya, Toshi," Kondou berdeham. "Aku ingin bicara."
Kondou menatap Hijikata dalam-dalam. "Kau dibebas-tugaskan selama satu minggu. Tak ada tawar-menawar."
"A-apa!?" rokok Hijikata nyaris jatuh ke lantai. "Ke-kenapa!?"
"Semalam, Yamazaki mengatakan padaku bahwa dia melihat ada seseorang di dekat kediaman Okita. Kelihatannya, pria tersebut adalah seorang penguntit karena Yamazaki bilang, dia sering melihatnya berada di sekitar rumah Sougo. Aku ingin kau berjaga di sana, tapi tidak dengan mengenakan seragam polisi," kata Kondou.
"Ke-kenapa!? Siapa orang itu!? Hasegawa-san!?"
"Tidak ada yang tahu. Tapi, proses pencarian sudah dilakukan. Aku meminta Sougo dan Yamazaki untuk terus berpatroli di sana. Jadi, kau kubebas-tugaskan untuk satu minggu. Aku memintamu untuk tinggal di kediaman Okita selama seminggu. Aku ingin kau berpura-pura menjadi suami Mitsuba-san," terang Kondou.
Wajah Hijikata memerah. "A-apa?"
"Tujuannya, agar si penguntit melihat bahwa Mitsuba-san bukanlah wanita jalang. Eh, maksudku, lajang. Mungkin, dia begitu menyukai Mitsuba dan mengikutinya kemana-mana. Yamazaki bilang kepadaku bahwa pria ini berada di supermarket hanya untuk mengikuti Mitsuba-san belanja. Ujung-ujungnya, dia hanya membeli satu buah lobak dan aku tidak masakan apa yang akan dia buat dari satu buah lobak," kata Kondou.
"Kiriboshi-daikon no nimono?"
"Bisa jadi. Mulai besok, kau sudah harus tinggal di kediaman Okita. Sougo akan berjaga di sini untuk sementara. Dia aku tugaskan untuk pergi dengan Yamazaki," ucap Kondou.
Hijikata tak menjawab. Matanya melotot dan menatap kosong tatami yang ia duduki.
"Ko-Kondou-san," Hijikata terbata-bata. "Ini terlalu cepat."
"Apa maksudmu?"
"Aku tidak ingin sedekat itu dengan Mitsuba-san, terlalu cepat."
"Hijikata Toushirou! Ini perintah! Jika kau tidak melakukannya, kau harus melakukan seppuku!"
Hijikata langsung berdiri dan memberi hormat pada Kondou. "Roger, sir!"
Hijikata berjalan keluar ruangan dengan cepat dan menghilang dari pandangan Kondou. Kondou masih tetap di dalam ruangan dan menyeringai.
***
"Fukucho!" Yamazaki berdiri di luar kamar Hijikata. "Kau sudah berada di dalam selama satu jam! Aku harus mengantarmu ke kediaman Okita!"
Tak ada yang menjawab.
"Fukucho!" asisten Hijikata, Sasaki, ikut berteriak. "Kita harus segera berangkat!"
Lagi-lagi tak ada jawaban. Yamazaki dan Sasaki saling menatap dan mengangguk.
Sasaki lebih dulu membuka pintu kamar Hijikata. Mereka menemukan Hijikata sedang berdiri di depan jendela kamarnya. Pakaiannya bertebaran di mana-mana. Tangan kanannya memegang rokok yang sudah setengah terbakar.
"Fukucho!" Sasaki berjalan mendekat diikuti Yamazaki. "Ada apa?"
Hijikata tidak menjawab. Dia juga tak menoleh.
Yamazaki menelan ludah. Apakah... Fukucho...
Sasaki ikut menelan ludah. ...Akan melakukan seppuku?
"Fu-fukucho..." Sasaki mengambil satu langkah mendekati Hijikata. "Kau tidak apa-apa?"
Hijikata mengisap rokoknya dan mengembuskannya dengan perlahan.
"Aku tidak tahu harus bawa pakaian yang mana untuk menginap di rumah Mitsuba."
BLETAK.
Yamazaki dan Sasaki memukul kepala Hijikata. Sasaki buru-buru mengambil asbak dan rokok Hijikata yang terlempar dari tangannya mendarat di asbak dengan selamat.
Hijikata roboh ke lantai. Yamazaki dan Sasaki menarik kedua tangan Hijikata dan menariknya keluar ruangan.
"Kau antar saja duluan. Nanti aku yang akan membereskan pakaian Fukucho," kata Sasaki.
***
"Yare, yare," Gintoki menutup telepon dan berdiri dari tempat duduknya. "Hijikata benar-benar akan menginap di rumah Mitsuba malam ini."
"Eh!?" Kagura menatap Gintoki tak percaya. "Semudah itu?"
"Yah..." Gintoki mengupil. "Mungkin itu salah satu kehebatan Kondou-san."
"Gin-chan! Kita harus cepat-cepat ke rumah Sougo!" Kagura yang sedang menonton televisi langsung berdiri.
"Aku setuju," Shinpachi yang tadinya sedang menonton acara yang sama dengan Kagura ikut berdiri.
"Ya... Ayo," jawab Gintoki sambil mengambil botaku-nya dengan malas.
***
Kondou dan Sougo melihat mobil patroli Shinsengumi perlahan menghilang dari pandangan. Keduanya berdiri di depan gerbang markas besar Shinsengumi.
"Kau sungguh-sungguh melakukan hal ini, Sougo?" tanya Kondou dengan tangan terlipat di depan dadanya. Matanya masih menatap mobil yang ditumpangi Hijikata menjauh dari pandangan.
Sougo terdiam sebentar. "Cuma ini satu-satunya jalan agar aku bisa menikahi Kagura."
Kondou mendesah dan berdecak. "Hah, Toshi itu memang lambat untuk urusan wanita."
Sougo berbalik dan berjalan menjauhi Kondou. "Asal aneue tidak hamil lebih dulu saja," gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After War
FanfictionUsai perang, kehidupan para pahlawan yang telah memberikan Edo kehidupan punya jalan mereka masing-masing. Hijikata dan Sougo, misalnya, yang akan menikahi orang yang mereka cintai.