Chapter 20

918 81 6
                                    


Hijikata dan Mitsuba berjalan menuju rumah. Mereka pergi dari Maruyama Coffee sekitar pukul 15.00, setelah makan siang.

Hijikata membakar rokoknya dan meregangkan tubuhnya. Dia telah menyelesaikan hampir 30 laporan dalam waktu tiga jam dengan 13 laporan yang perlu direvisi.

"Kamu mau makan apa malam ini, Toshi-san?" tanya Mitsuba.

"Kamu mau masak apa?" Hijikata balik bertanya.

"Kamu mau curry?"

"Oh, ide bagus. Sudah lama aku tidak makan curry."

"Kita beli daging ayam ke supermarket dulu, ya."

Hijikata mengangguk. Keduanya pun pergi ke supermarket. Saat mereka menjejakkan kaki mereka ke dalam, Tsuki dan Gintoki terlihat sedang mengambil keranjang untuk menaruh makanan.

"Tsuki-san! Gin-san!" Mitsuba berteriak.

Tsuki dan Gintoki menoleh ke arah Hijikata dan Mitsuba. Tsuki pun melambaikan tangannya.

"Belanja apa, Mitsuba-san?" tanya Tsuki seraya Mitsuba menghampiri dirinya.

"Aku mau beli daging ayam. Kamu mau beli apa?"

"Aku mau beli sayuran. Gintoki minta dibuatkan okra aemono."

"Wah, itu lezat. Oh, Tsuki! Aku suka pakaianmu hari ini," Mitsuba memuji Tsuki yang mengenakan kemeja hitam ketat dengan kancing dibuka tiga, wide leg pants warna hitam, dan ankle boots hitam.

"Ah, iya, tadi ada tamu dari keluarga shogun. Hinowa-san memintaku untuk berpakaian rapi," jawab Tsuki sambil memperhatikan pakaiannya.

Hijikata menggaruk bagian belakang kepalanya sambil memandangi kedua perempuan itu bicara.

"Sedang belajar menjadi suami yang baik, Oni no Fukucho?" sindir Gintoki yang kini berdiri di samping Hijikata.

"Sedang belajar untuk menghemat dengan meminta dibuatkan okra aemono, Shiroyasha-dono?" balas Hijikata.

"Kau akan mengerti kalau kau sudah menikah dengan Mitsuba nanti," bisik Gintoki, membuat Hijikata mendengus. "Ladies, kami menunggu di luar."

"Ya!" jawab Mitsuba dan Tsuki bersamaan.

Hijikata dan Gintoki berjalan keluar supermarket. Hijikata membakar sebatang rokok, dan Gintoki mengeluarkan kiseru dari saku hoodie biru tuanya.

"Dari mana kalian?" tanya Gintoki sambil mengisap kiseru.

"Maruyama Coffee. Aku meminta Mitsuba untuk menemaniku menyelesaikan laporanku di sana," jawab Hijikata sambil mengembuskan asap rokok.

"Dia tidak bilang bosan?"

"Tidak."

"Bagus."

"Kenapa bagus?"

"Mitsuba melatih kesabarannya untukmu."

"Dia harus melakukannya."

Gintoki menatap Hijikata. "Karena?"

"Karena dia harus bisa menghadapiku yang keras kepala."

"Oh, jadi kau mulai tegas dan menunjukkan jati dirimu yang sebenarnya pada Mitsuba?"

"Aku sudah menunjukkannya sejak lama."

"Bagus. Jadi Mitsuba punya waktu untuk menolak dan meninggalkanmu saat dia mengetahui sifat aslimu."

Life After WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang