"Terima kasih sudah mau berjalan bersama kami, Sou-chan," kata Mitsuba sambil mengusap-usap kepala Sougo.
Selesai makan--makan malam dibayar oleh Hijikata dengan berat hati--Hijikata, Mitsuba, Sougo, dan Kagura pulang bersama. Untuk mencapai kediaman Yorozuya, mereka memang harus melewati kediaman Okita.
"Gin-chan sudah pulang belum, ya?" tanya Kagura pada Sougo.
"Sudah, pasti. Danna dan Tsuki kan naik motor," jawab Sougo. "Aku antar Kagura dulu. Sampai ketemu, aneue, Hijikata-san."
"Sampai ketemu, anego! Dadah, Hijikata-san!" Kagura memeluk Mitsuba dan melambai pada Hijikata.
"Sampai ketemu," kata Hijikata dan Mitsuba secara bersamaan.
Sougo meraih tangan Kagura dan mendekatkan dirinya pada Hijikata yang berada di samping Kagura.
"Bahagiakan dia, Hijikata-san," bisik Sougo.
Hijikata tidak menjawab. Sougo dan Kagura melambai pada Hijikata dan Mitsuba. Sambil bergandengan tangan, Sougo dan Kagura berjalan menjauh.
"Ayo, masuk," Mitsuba mengajak Hijikata untuk masuk ke dalam rumah. Hijikata mematikan rokoknya ke aspal dan berjalan mengikuti Mitsuba.
Mitsuba menaruh tasnya di ruang keluarga dan tiduran di atas tatami. "Wah, aku kenyang sekali. Kamu mau sarapan apa besok, Hijikata-san?"
"Apa saja," Hijikata duduk bersila dan bersandar pada meja. "Bikin yang mudah saja."
Mitsuba menarik tubuhnya ke depan. "Bagaimana kalau tempura? Dan yasai itame?"
"Boleh," jawab Hijikata. "Aku yakin rasanya enak."
Mitsuba tersenyum. Dia memeluk kedua kakinya. "Sougo dan Kagura lucu, ya?"
Hijikata menatap Mitsuba yang kini posisinya menghadap ke taman. Mitsuba terlihat tersenyum dengan tatapan kosong.
"Aku tak membayangkan akan seperti apa kalau mereka menikah," kata Mitsuba. "Pasti mereka sering bertengkar."
Hijikata tak menjawab.
"Aku juga suka melihat Gintoki dan Tsuki," Mitsuba terus bicara. Kini, wajahnya menghadap ke atas memandang langit. "Walau mereka juga sering bertengkar, mereka adalah pasangan yang serasi."
"Ada yang ingin kau katakan, Mitsuba-san?" tanya Hijikata sambil bertopang dagu.
Mitsuba terdiam sejenak. "Aku..."
"Aku iri melihat Gintoki dan Tsuki," Mitsuba menatap Hijikata. "Mereka terlihat bahagia dan saling menyayangi."
"Kenapa kau bisa bilang begitu?"
"Aku memperhatikan mereka. Aku selalu memperhatikan mereka. Gin-san selalu menjemput Tsuki di Yoshiwara, tak peduli serepot apa dia hari itu. Tiap makan di restoran, Gin-san selalu menyerahkan menu pada Tsuki dan membiarkan Tsuki memesankan makanan untuknya. Gin-san juga selalu memperhatikan makanan yang dimakan Tsuki. Jika tidak habis, Gin-san selalu memakan sisa makanan Tsuki."
Mitsuba mendengus pelan. "Tsuki juga sama. Dia selalu memperhatikan suaminya saat Gin-san sedang melakukan hal bodoh. Jika Gin-san mendadak heboh, Tsuki sering menyingkirkan gelas berisi air atau pun benda-benda lainnya di sekitar Gin-san agar benda-benda tersebut tidak tersenggol. Tsuki juga selalu menunggu Gin-san untuk makan lebih dulu. Setelah Gin-san menyuap makanan ke mulutnya, Tsuki baru mulai makan."
Dugaanku tepat.
"Aku rasa, mereka memag ditakdirkan untuk hidup bersama. Tsuki sangat menghormati Gin-san, begitu juga sebaliknya. Dari tatapan Gin-san, aku tahu kalau dia begitu mencintai Tsuki. Saat Gin-san menatap Tsuki, sorot matanya lembut, seakan dia bangga memiliki istri seperti Tsuki."
Mitsuba menatap Hijikata. "Aku ingin menikah, membuka lembaran baru. Tapi aku rasa, tidak secepat itu."
"Kenapa?"
"Yah... Aku rasa, aku sudah terbiasa sendiri. Aku senang melakukan apa yang ingin aku lakukan. Aku senang menyendiri sambil menikmati hal-hal favoritku. Menenun, masak, membersihkan rumah, menonton serial drama. Itu zona nyamanku."
Hijikata tidak menjawab.
"Dan aku sangat memikirkan Sou-chan. Aku ingin dia bahagia lebih dulu daripada aku. Dia bangga menjadi anak buahmu, dan dia benar-benar mencintai Shinsengumi. Dia juga begitu mencintai Kagura. Aku ingin melihatnya bahagia hidup bersama Kagura."
"Mitsuba-san."
"Ya?"
"Aku ingin melihatmu bahagia bersamaku."
Mitsuba menatap Hijikata. Dia tercengang.
Bodoh! Kenapa kamu mengatakan hal itu, Hijikata-san! Kenapa kamu tidak diam saja dan mengangguk-angguk seperti orang bodoh!?
"Maaf kalau aku tidak sopan," kata Hijikata seraya berdeham.
"Aku harap aku bisa membahagiakanmu, Hijikata-san," ucap Mitsuba.
Hah?
Hijikata dan Mitsuba saling bertatapan. Hijikata mendadak tersenyum lebar.
"Mungkin aku bodoh dan tegas, tapi aku melakukannya untuk melindungi orang-orang yang aku cintai, termasuk kamu," kata Hijikata.
Toshi! Ngomong apa kamu!?
Mitsuba balas tersenyum.
"Kamu memang orang baik, Hijikata-san," kata Mitsuba.
"Toshi," Hijikata mengeluarkan sebatang rokok dari bungkus rokok yang dia ambil dari saku celananya. "Panggil aku Toshi mulai sekarang."
Mitsuba terdiam sejenak dan kembali tersenyum. "Ne, Toshi-san."
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After War
FanfictionUsai perang, kehidupan para pahlawan yang telah memberikan Edo kehidupan punya jalan mereka masing-masing. Hijikata dan Sougo, misalnya, yang akan menikahi orang yang mereka cintai.