"Oi, Honey!"
"Nani?"
"Ambilkan bir di lemari es dong!"
"Posisimu kan lebih dekat?!"
"Jauh, Honey!"
Tsuki berjalan dengan penuh kebencian ke arah lemari es dan mengambil satu botol bir. Dia berjalan ke arah ruang tamu dan meletakkannya dengan kasar di atas meja.
"Lain kali kau potong kakimu kalau tidak mau berjalan. Aku sedang mencuci baju-bajumu!" Tsuki bertolak pinggang menghadap suaminya yang sedang tiduran di lantai sambil menonton televisi.
"Ya, Honey," Gintoki masih menatap layar televisi, memandangi Ketsuno Ana dengan sorot mata yang serius. "Kamu harus banyak bergerak agar lemak di tubuhmu tidak bertumpukkan."
Tsuki membungkuk dan menoyor Gintoki.
"Mulai nanti siang, kamu saja yang mencuci baju, mencuci piring, menjemur pakaian, memasak untuk makan siang dan makan malam, dan menjaga keamanan di Yoshiwara!" bentak Tsuki.
Gintoki berbalik dengan cepat dan men-tackle kaki istrinya. Tsuki terhuyung dan menjerit. Tubuhnya jatuh ke belakang. Sebelum kepalanya mengenai meja, Gintoki sudah menangkap tubuhnya.
Wajah Tsuki dan Gintoki kini bertatapan. Gintoki memeluk erat istrinya, dan menarik tusuk konde yang mengikat rambutnya. Jarak wajah mereka hanya sejengkal.
"Kamu lebih cantik kalau rambutmu digerai, Honey," ucap Gintoki.
"Jangan buat alasan!" dan Tsuki menampar Gintoki.
Tsuki mengambil tusuk kondenya dari tangan Gintoki dan menggulung rambutnya. "Makanan untuk Sadaharu habis. Sana, beli."
"Gin-chan! Tsuki!" Kagura membuka pintu ruang tamu dengan wajah berseri-seri. "Hari ini aku harus belanja apa?"
"Makanan untuk Sadaharu. Oh ya, beli udon instan juga ya, aku mau masak udon untuk makan malam," kata Tsuki sambil merapikan rambutnya.
"Mana Shinpachi?" tanya Gintoki sambil mengelus-elus pipinya.
"Tadi pagi dia pamit mau ke rumah Otae. Kamu belum bangun," kata Tsuki sambil berlalu ke dapur. "Hati-hati, Kagura!"
"Gin-chan! Ayo!" Kagura menarik yukata Gintoki. Wajahnya terlihat sudah tidak sabar.
"Kenapa kamu tidak pergi sendiri saja, Kagura? Aku ingin memandangi Ketsuno Ana," Gintoki menggaruk-garuk belakang kepalanya.
"Kalau pergi dengan Gin-chan, aku pasti dibelikan es krim!" jawab Kagura. "Ayo!"
Gintoki mendengus dan berdiri. Gintoki berjalan ke pintu dapur dan mengintip Tsuki yang sedang mencincang daun bawang.
"Oi, Honey. Aku temani Kagura dulu," kata Gintoki. "Kau mau kucium?"
Gintoki membuat gerakan mendadak dengan menghadap ke kiri. Dua buah kunai melayang di hadapannya dan tertancap ke dinding dekat pintu masuk ruang tamu.
"Suasana hatinya sedang buruk," gumam Gintoki. "Aku pergi dulu."
Gintoki berjalan menuruni tangga dan melihat Kagura sudah berada di bawah. Kagura sedang bermain dengan Sadaharu.
"Tunggu ya, Sadaharu!" Kagura menepuk-nepuk dahi Sadaharu. "Ayo, Gin-chan!"
Gintoki berjalan gontai menghampiri Kagura. Gintoki mengelus-elus dahi Sadaharu dan mengikuti Kagura yang sudah berjalan lebih dulu darinya.
"Oi, Kagura," Gintoki berjalan santai dengan tangan kiri bertengger di dalam yukatanya. "Kamu mau bertemu Sougo, ya?"
"Sougo sedang patroli, mungkin nanti malam," jawabnya.
"Jangan kebanyakan bertemu. Nanti bosan."
"Memang Gin-chan bosan bertemu Tsuki?"
"Sangat bosan."
Lagi-lagi, dua buah kunai melesat di samping wajah Gintoki dan menancap di tanah. Gintoki membungkuk, mengambil kedua kunai, dan menyimpannya di kantung yukatanya.
"Kemampuannya mendengar semakin meningkat," gumam Gintoki tanpa berbalik menatap kediamannya.
Kagura yang berjalan lebih dulu dari Gintoki tak sadar akan kejadian barusan. Kagura sedang menikmat cuaca yang hangat musim semi sambil menatap langit yang biru.
"Cuacanya enak, ya? Seharusnya kita mengajak Sadaharu," kata Kagura sambil menarik napas dalam-dalam.
Gintoki tidak menjawab. Kini, mereka berjalan beriringan menuju supermarket terdekat.
***
"Yang ini saja, harganya lebih murah," kata Gintoki sambil menunjuk udon yang berada di tangan kiri Kagura.
"Kenapa bukan yang ini?" tangan kanan Kagura melambai-lambaikan udon instan dengan bungkus berwarna merah muda.
"Sama saja, hanya beda merek dan harga. Kita pasti menghabiskannya. Nanti hasilnya akan jadi kotoran saat kita mengeluarkannya di WC," jawab Gintoki.
"Baiklah. Kita beli lima bungkus, ya!" kata Kagura diiringi anggukan kepala dari Gintoki.
Selesai membayar barang-barang yang harus dibeli, keduanya keluar supermarket dan bertemu dengan sebuah mobil patroli. Dua orang berdiri di depannya. Yang satu berdiri sambil menatap sekeliling dengan rokok di mulutnya, dan yang satu lagi duduk di atas kap mesin sambil menatap Gintoki dan Kagura.
"Darin!" teriak Kagura.
Lelaki yang duduk di kap mesin langsung membuka kedua tangannya lebar-lebar tanpa bicara. Tapi, wajahnya juga tidak tersenyum.
Bagian tumpul kunai mendarat di dahi lelaki berambut cokelat itu. Ia pun menjerit.
"Gin-chan!" Kagura berbalik memandang Gintoki yang matanya terlihat malas.
"Kau pikir aku terima Sougo menyambutmu seperti itu? Dia harus tersenyum," ucap Gintoki.
Kagura berbalik dan menghampiri Sougo. Sougo mengelus-elus kepalanya, begitu juga Kagura.
"Oi, bocah," Gintoki menghampiri mereka. "Jika kau tidak bisa menyambut dengan senyuman, bokuto-ku akan menghajar kepalamu."
"Haruskah kau berlaku kasar dengan melempar kunai ke arahku?" kata Sougo sambil merangkul Kagura. "Kalau aku mati atau gegar otak dan kehilangan ingatanku, Kagura akan membencimu."
"Aku tidak melemparnya dengan kencang!" nada Gintoki meninggi. "Jangan berpura-pura sakit!"
"Belanja untuk makan malam, Shiroyasha-dono?" Hijikata menyapa Gintoki dengan rokok masih menyelip di mulutnya. "Berarti, kami bisa mampir ke rumahmu, malam ini?"
"Kebetulan sekali. Kami baru saja membeli makanan anjing," kata Gintoki sambil mengangkat tiga kantung plastik besar makanan anjing untuk Sadaharu.
"Tak apa, akan aku tambahkan mayonnaise agar ada rasanya," jawab Hijikata seraya menyeringai.
"Danna tidak membelikanmu es krim?" tanya Sougo sambil menepuk-nepuk kepala kekasihnya.
"Es krim yang aku mau tidak ada. Mungkin ada di mini market di Blok F," wajah Kagura mendadak kesal.
Sougo mengelus kepala Kagura dengan lembut. "Aku nanti akan patroli ke sana. Nanti aku belikan dan mampir ke rumahmu."
"Ah! Sougo-ku memang yang terbaik!" Kagura memeluk Sougo dengan erat.
"Tentu saja," kata Sougo sambil menyeringai ke arah Gintoki. Gintoki terlihat kesal.
"Kagura! Ayo pulang," Gintoki berjalan lebih dulu ke arah kiri. "Sampai ketemu, Sougo, Hijikata."
Hijikata mengangguk. Sougo mengecup pipi Kagura dan membiarkan Kagura mengejar Gintoki.
"Kenapa kamu harus berpacaran dengan Sougo, bukan Shinpachi?" tanya Gintoki.
"Shinpachi lemah," jawab Kagura singkat, sesuai dengan apa yang dipikirkan Gintoki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After War
FanfictionUsai perang, kehidupan para pahlawan yang telah memberikan Edo kehidupan punya jalan mereka masing-masing. Hijikata dan Sougo, misalnya, yang akan menikahi orang yang mereka cintai.