Hijikata selesai mandi sekitar pukul 09.41. Dengan kaus putih polos dan celana training hitam, Hijikata keluar kamar menuju ruang keluarga. Saat Hijikata melangkah ke ruang keluarga, Mitsuba sudah berada di depannya.
"Oh, aku baru saja mau memanggilmu, Toshi-san," kata Mitsuba seraya tersenyum. "Ayo, makan."
Hijikata menatap meja makan. Udang yang ia beli tadi sudah berubah menjadi tempura. Hijikata pun duduk di depan meja makan, berhadapan dengan Mitsuba.
"Itadakimasu!" kata Mitsuba sambil mengambil sumpit.
"Itadakimasu," kata Hijikata yang juga mengambil sumpit.
Mata Hijikata tertuju pada tangan Mitsuba yang tidak bergerak mengambil makanan. Kedua mata Mitsuba tertuju pada televisi dengan mulut setengah menganga.
Bangke, lucu banget.
Setelah melumuri piringnya dengan mayonnaise, Hijikata menyuap nasi ke mulutnya. "Mitsuba-san, ayo, makan dulu."
Mitsuba menoleh pada Hijikata. Melihat Hijikata sudah mulai makan, Mitsuba pun menyuap nasi ke mulutnya.
"Toshi-san, tempura-nya terlalu garing, ya?" tanya Mitsuba.
Hijikata menggeleng pelan. "Tidak. Ini sudah pas."
"Asyik~♥" kata Mitsuba.
Hijikata bisa merasakan wajahnya memerah. Ditambah lagi, tempura bikinan Mitsuba sesuai dengan seleranya.
Keduanya pun selesai makan. Hijikata membantu Mitsuba membawakan piring-piring kotor ke dapur.
"Kamu mau pergi lagi hari ini?" tanya Hijikata.
Mitsuba menggeleng. "Tidak. Ada serial yang ingin aku tonton. Kamu selesaikan saja dulu laporanmu, Toshi-san."
Hijikata tidak menjawab. Tiba-tiba, dia memikirkan sesuatu.
"Aku mau pergi," kata Hijikata.
"Tidak apa-apa, Toshi-san. Aku di rumah saja."
"Aku mau kamu ikut."
Mitsuba yang sedang mencuci piring menoleh ke arah Hijikata.
"Aku... Aku mau kamu menemaniku," kata Hijikata. Nadanya sedikit tegas.
Mitsuba tersenyum. "Aku siap-siap dulu, ya."
Hijikata mengangguk dan keluar dari dapur. Dia kembali ke kamar tidurnya dan menutup pintunya rapat-rapat. Dia terduduk dan memegangi kepalanya.
TOSHI!!!! KENAPA KAMU MAKSA MITSUBA UNTUK PERGI DENGANMU!? KAN DIA MAU NONTON SERIAL KESAYANGANNYA, KENAPA KAU MENGANGGUNYA!? TOSHI!!!!!! CAPS LOCK-NYA RUSAK LAGI!?
Mendadak, Toshi terdiam. Kedua bola matanya bergerak dengan cepat ke sana-kemari.
Sebentar. Mitsuba... Tidak bertanya padaku kemana kita akan pergi? Aku sendiri tidak tahu kemana kita akan pergi. Aku hanya... Ingin mengajaknya pergi. Mitsuba juga tidak marah aku ajak pergi. Masaka.... Masaka!?
"Toshi-san," suara Mitsuba terdengar dari luar kamar. Mata Toshi bergerak dengan cepat.
"Ya!" teriak Hijikata tanpa membuka pintu. "Aku sedang ganti baju, ada apa?"
Mitsuba tidak menjawab.
"Aku boleh pakai celana pendek?" kata Mitsuba ketika Hijikata hendak membuka pintu.
Hijikata terdiam sejenak. Tangannya hampir saja meraih gagang pintu.
"Boleh," jawabnya.
"Oke, 10 menit, ya," kata Mitsuba.
Hijikata membanting tubuhnya ke atas tatami. Dia baru sadar kamarnya sudah dibereskan oleh Mitsuba. Seraya memandang langit-langit kamar, senyum lebar muncul secara perlahan dari wajahnya.
***
Maruyama Coffee siang itu tidak terlalu ramai. Keadaan itu membuat Hijikata merasa lega karena dia harus menyelesaikan beberapa laporannya dengan tenang hari ini.
Hijikata menoleh ke arah Mitsuba yang berada di sebelahnya. Mitsuba terlihat mengenakan pakaian yang ia pakai di rumah, ditambah kaus kaki hitam panjang sedengkul, sepatu jenis brogues dengan faux leather warna cokelat, dan tas selempang kecil warna hitam. Dia juga menguncir rambutnya, membuat Hijikata berdeham secara tiba-tiba.
Sedangkan Hijikata hanya memakai kemaja putih kebesaran, skinny jeans hitam yang robek di bagian dengkul, dan gatsby brogue shoes seperti Mitsuba, tapi warna hitam. Hijikata juga membawa tas selempang besar yang isinya laporan-laporan yang harus direvisi dan ditanda-tangani.
"Kenapa kamu senyam-senyum, Mitsuba?" tanya Hijikata sambil berjalan masuk ke dalam Maruyama Coffee.
"Gaya berpakaianmu tua sekali. Sedangkan aku seperti anak SMA," kata Mitsuba sambil menutupi mulutnya dengan tangan kanannya.
"Aku tahu aku sudah 30 tahun," kata Hijikata dengan wajah jengkel.
"Tapi aku suka," Mitsuba terlihat tersipu.
Hijikata tidak menjawab. Dia juga tersipu.
Mereka pun memesan minuman dan mencari tempat duduk yang nyaman. Mitsuba memilih meja di ujung ruangan, dan mereka pun duduk di situ.
"Mitsuba-san..."
"Aku bawa buku, tenang saja," Mitsuba menyela Hijikata yang hendak menanyakan apa yang akan dilakukan Mitsuba di saat Hijikata menyelesaikan laporannya.
"Buku apa itu?" tanya Hijikata sambil membakar rokoknya.
"Oh, ini buku karangan Naela Ali, judulnya 'Stories for Rainy Days'. Buku ini menyenangkan."
"Tentang apa isinya?"
"Tentang cerita seorang perempuan dan cintanya pada seseorang."
"Oh."
"Kamu tidak suka buku seperti ini, Toshi-san?"
"Tidak, bukannya aku tidak suka. Tapi, aku tidak punya waktu untuk membaca buku. Yah, sebenarnya aku punya waktu, hanya saja, aku akan lupa waktu jika sudah membaca buku."
"Aku harap kamu bisa punya waktu untuk membaca suatu saat nanti, Toshi-san."
Hijikata mengangguk sambil mengembuskan asap rokoknya. "Aku harap begitu."
Minuman dan kudapan pesanan mereka pun datang. Hijikata memesan macaroni schotel, sedangkan Mitsuba memesan sepotong besar fruit cake.
Hijikata membuka tasnya. Kedua alisnya terangkat. "Hm? Apakah aku..."
"Pelayan!" Mitsuba memanggil pelayan yang berada di dekat mereka. "Bisa pesan mayonnaise? Aku minta satu botol besar, ya."
Hijikata tertegun menatap Mitsuba.
"Eh? Kenapa Toshi-san?" tanya Mitsuba dengan wajah bingung. "Kamu memang butuh mayonnaise, kan?"
"Iya," Hijikata mengangguk.
"Aku sudah duga kamu lupa. Sebelum pergi tadi, aku melihat botol mayonnaise masih berada di atas meja makan. Maaf ya, aku tidak mengingatkanmu."
"Tidak masalah. Kenapa kamu ingat?"
"Kamu kan tidak bisa hidup tanpa mayonnaise."
"Kenapa kamu peduli dengan mayonnaise?"
"Karena itu kesukaanmu, kan?"
Hijikata tercengang. "Terima kasih, Mitsuba-san."
Mitsuba menjawab dengan senyuman. Hijikata yang sudah memegang pulpen melempar senyum lebar. Kedua matanya pun tertuju pada tumpukan kertas yang sudah ada di atas meja. Dia pun mengambil satu kertas dan mulai membacanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Life After War
FanfictionUsai perang, kehidupan para pahlawan yang telah memberikan Edo kehidupan punya jalan mereka masing-masing. Hijikata dan Sougo, misalnya, yang akan menikahi orang yang mereka cintai.