Sougo menatap Hijikata dan Mitsuba tanpa suara. Kagura juga menatap mereka sambil mengelus perutnya yang terlihat seperti sedang hamil lima bulan.
Hijikata berjalan melewati Gintoki dan mendekati Sougo. Mitsuba berjalan di belakangnya.
"Kemana saja kau, Hijikata-san?" Sougo masih membersihkan mulut Kagura. Namun, kedua matanya tertuju pada Hijikata. "Semua sudah kekenyangan. Oh, apakah kakakku sudah ma..."
Hijikata mendadak berlutut. Kedua tangannya menghantam lantai dengan kencang, menimbulkan suara 'brak' keras. Hijikata membungkukkan tubuhnya hingga terlihat seperti bersujud, persis di depan Sougo.
"Okita Sougo," Hijikata berkata dengan lantang. "Izinkan aku untuk menikahi kakakmu, Okita Mitsuba."
Ruang makan kediaman Yorozuya mendadak sunyi. Sougo menatap Hijikata dengan tenang. Tapi, tangannya berhenti membersihkan mulut Kagura.
Mitsuba yang berdiri di belakang Hijikata masih shock dengan gerakan mendadak yang dilakukan Hijikata. Mitsuba seakan tak percaya dengan apa yang dilakukan Hijikata.
"Sougo," Hijikata kembali bicara. "Kau tahu aku sudah mencintai Mitsuba sejak dulu. Aku minta maaf atas pergerakanku yang lama. Aku lamban, aku akui itu. Setelah aku berpikir matang-matang, aku sadar bahwa aku tidak ingin kehilangan Mitsuba. Aku ingin terus bersamanya dan berjanji tidak akan meninggalkannya seperti saat kita bertolak ke Edo."
Sougo tak menjawab. Dia hanya memandangi Hijikata dengan tenang.
"Kenapa?" tanyanya.
"Karena aku membutuhkannya dan dia membutuhkanku," jawab Hijikata masih dengan kepala tertunduk ke lantai.
Sougo membuat pergerakan mendadak. Tangannya meninju tangan kiri Hijikata dengan keras. Sougo bisa mendengar ada suara retak saat tangannya mendarat dengan penuh tenaga di punggung tangan Hijikata.
"Sougo!" Tsuki, Shinpachi, dan Kagura berteriak bersamaan.
Tsuki bergerak ke arah Sougo. Tangannya nyaris mengambil kunai dari dalam kimono-nya. Namun, tangan Gintoki menghalanginya.
"Kau pikir kau siapa seenaknya meminta izin?" suara Sougo meninggi. "Kau telah membuatnya sakit hati saat kau meninggalkannya untuk pergi dengan kami, Shinsengumi, ke Edo! Kau tidak menoleh padanya dan pergi tanpa mengucapkan apapun!"
Tangan Sougo menekan tangan Hijikata dengan keras. Namun, Hijikata bergeming.
"Kau sadar bahwa kau diliburkan seminggu oleh Kondou-san agar kau bisa punya waktu dengan aneue! Kau kuperbolehkan tinggal di rumahku agar hubunganmu dengan aneue semakin dekat! Tapi kau meninggalkannya untuk pergi bersama Sasaki! Kau tidak menjaganya! Jika aneue dalam bahaya, apakah kau yakin kau bisa melindunginya!?"
"Berhenti, Sougo," Kondou berdiri di ambang pintu. Otae berada di belakangnya. "Tangan Hijikata sudah retak, apa lagi yang kau inginkan?"
"Diam!" bentak Sougo. "Hijikata Toshirou! Kau pikir aku akan merelakan aneue dengan mudah? Mana tanggung jawabmu untuk melindungi aneue!? Jika siang hari itu aku tidak pulang ke rumah, siapa yang akan menjaga aneue!? Kau sedang diuji oleh kami dan kau sadar akan hal itu, tapi kenapa kau meninggalkannya!?"
"Dia bertemu denganku, Sougo!" Tsuki berteriak membela Hijikata. "Dan yang dibicarakan Hijikata hanyalah hal-hal yang berhubungan dengan Mitsuba!"
"Oi, oi," Gintoki mendengus. Dia meraih tangan Tsuki dan menariknya agar Tsuki duduk di sebelahnya. Kenapa wanita tua ini malah ikutan?
"Alasan apalagi yang harus kudengar darimu, Hijikata!? Kau telah menyakiti aneue berulang kali dan kau ingin menikahinya!? Seberapa pantas kau untuk menjadi suami aneue!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After War
FanfictionUsai perang, kehidupan para pahlawan yang telah memberikan Edo kehidupan punya jalan mereka masing-masing. Hijikata dan Sougo, misalnya, yang akan menikahi orang yang mereka cintai.