47

31.9K 1K 22
                                    


Jam empat petang.
Rissa terbangun dari tidurnya. Ia menggeliat. Ia mengumpulkan kesadarannya. Perlahan ia membuka matanya. Tiba tiba Rissa merasakan perutnya melilit lilit. Ia merasakan ingin muntah. Sontak ia berlari kearah kamar mandi. Ia memutahkan cairan. Kemudian, ia berkumuh dengan air dan mencuci mukanya diwastafel. Ia memandang wajahnya dengan cermin dihadapannya. Kini wajahnya tampak pucat. Ia menghela nafas panjang ia merasa tidak enak badan.

Saat akan berbalik dan menuju ranjangnya ia terkejut dengan Lukas yang berdiri diambang pintu dengan bersandarkan daun pintu. Lukas menatap Rissa dengan wajah khawatir. "kenapa?" tanya Lukas dan ia pun menghampiri Rissa mengelus rambut Rissa gemas.

Rissa menggeleng. "gak papa kok paling cuma masuk angin aja pam" jawab Rissa dengan memijit pelipisnya.

Lukas menuntun Rissa keranjangnya. Saat Rissa hendak mendaratkan bokongnya di ranjang, kini perut Rissa seakan akan naik isinya. Sontak Rissa berlari kekamar mandi. Lukas pun panik ia menyusul Rissa dan memijit mijit tengkuk Rissa.
Lukas menatapnya khawatir.

"gak usah sekolah nanti" ucapnya dengan masih memijit tengkuk Rissa.

Rissa memaandang wajahnya di cermin. Ia melihat Lukas dari cermin. Ia menggeleng. "gak papa kok mungkin efek makan banyak tadi malam pam" ucapnya.

"muka kamu pucet gitu kok" ucap Lukas dengan wajah khawatir. "enggak pam Rissa gak apa apa, gak usah khawatir gitu deh". Ucap Rissa berlalu keluar dari kamar mandi.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam. Rissa kini sudah siap dengan baju seragam putih abu-abunya. Lukas yang baru saja keluar dari kamar mandi menaikkan sebelah alisnya. "kamu gak usah sekolah dulu" ucap Lukas dengan menuju walk in closetnya.

Setelah itu Lukas keluar dengan jass hitam dan celana formalnya untuk pergi berkerja.

"tapi pam-" ucap Rissa terpotong karena disela oleh Lukas dahulu. "pam pam gak terima penolakan sayang" ucapnya dengan mengecup pipi kiri Rissa. Rissa mengerucutkan bibirnya jengkel. Dengan setengah dongkol ia masuk kekamar mandi untuk mengganti bajunya.

Lukas memang tidak suka dibantah. Apalagi demi kesehatan istri tercintanya. Setelah itu, Rissa keluar dari kamar mandi. Ia berjalan kearah Lukas. "pam-pam belum berangkat?j tanya Rissa. Lukas tak menjawab, malahan ia menyodorkan dasinya. Rissa menaikkan alisnya. "pasangin dasi buat pam-pam" perintahnya.

Rissa garuk-garuk kepalanya yang tak gatal. "em anu kak itu aku gak bisa pasang dasi hehehe" ucapnya dengan menyengir.

Lukas tersenyum lebar. "sini pam-pam ajarin pasang dasinya" ujar Lukas. Ia mengambil kedua tangan mungil Rissa dituntunnya untuk membentuk dasi. Rissa tidak memperhatikan gerakan yang diajarkan oleh Lukas. Ia malah menatap lekat lekat wajah Lukas.

Saat selesei memasangkan dasi Lukas mendongak. Ia mendapati Rissa menatapnya begitu intens. Ia menaikkan sebelah alisnya. "udah bisa pasang dasi belum?" ucapnya. Rissa gelagepan. "hehe belum pam" ucapnya dengan menyengir.

"ya iya lah gak tau, kamu aja liatin pam pam begitu banget" ucapnya tersenyum lebar. Sontak Rissa memelotot. Kini wajah Rissa merona bak kepiting rebus. Ia malu tertangkap basah karena memperhatikan wajah tampan Lukas.

"ih ge-er banget deh" ucapnya dengan berlalu pergi. Namun, segera dicekal tangannya oleh Lukas. Kini Rissa semakin merona, ia menutupi kedua pipinya dengan tangannya.

Lukas melepaskan tangan Rissa dari pipinya. "kalo blushing gitu jadi tambah cantik deh" goda Lukas dengan mencubit kedua pipi Rissa. Rissa sontak memelotot pada Lukas.

Kini mereka sedang menikmati sarapan dengan sereal dan segelas susu. Saat akan menyendokkan suapan serealnya yang ketiga kalinya, Rissa merasa perutnya terdorong keatas. Cepat-cepat Rissa berlari kearah wastafel. Ia memutahkan cairan. Kepalanya pusing dan perutnya melilit. Lukas menghampiri Rissa. "kami sakit?" ucap Lukas.

My Crazy BadBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang